80. Nadia - Egoist

34 5 0
                                    

Warning : dramatic af

-------
.
.
.
.
.

Sederhana saja harapanku di pagi yang cerah ini, yaitu aku tidak ingin bertemu Arion.

Setidaknya selama 24 jam ke depan, aku tidak mau melihat batang hidung lelaki itu.

Karena hanya dengan mengingat kejadian di malam minggu saja, aku sudah sangat... argh! Kesal! Apalagi jika aku bertemu dengannya.

Sebenarnya, yang membuatku kesal tidak sepenuhnya karena dirinya, tapi juga diriku sendiri.

Sikapnya padaku memang keterlaluan. Hickey yang harus kututupi dengan concealer ini adalah buktinya. Perkataannya juga tak kalah membuat pening. Sudah dibilang berkali-kali bahwa aku pacar orang lain, tapi dia malah berkata bahwa aku adalah miliknya.

Creepy as f**k!

No. Please don't see it romanticaly! It's  freakin' annoying!

Yang membuatku kesal lainnya adalah sikapku sendiri saat itu yang malah diam saja bagai terhipnotis di depannya. Aku bahkan tidak memberikan penolakan saat ia mencium bibirku.

Ia meninggalkanku di depan ruko itu, kembali lagi untuk mengantarku ke teras kos-kosanku, lalu meninggalkanku lagi, dan saat itu aku hanya diam melihatinya. Tidak melakukan apa-apa. Persis seperti orang tol*l.

Mengesalkan sekali diriku ini, kan?

Kenapa pula aku hanya diam saja setelah ia berbuat seenaknya padaku?! Harusnya kutendang saja tulang keringnya, atau sekalian selangkangannya. Minimal kutampar saja pipinya, agar ia tahu bahwa aku tidak suka dengan kelakuan kurang ajarnya.

Namun... Apa?! Kenapa?!

Aaargh!

Semakin diingat, semakin membuat frustasi.

Rambutku kuacak-acak sembari menjerit tertahan. Beberapa penumpang bus lain menoleh ke arahku yang menggila sendiri, tapi aku tak peduli.

Ibu-ibu di sampingku bahkan sampai bertanya. "Neng nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa, Bu," jawabku.

Lalu ibu-ibu itu tidak mengajakku bicara lagi. Aku pun merapikan rambutku dengan perlahan karena bus yang kutumpangi akan segera sampai ke sekolah.

Baiklah, Nadia. Fokus! Fokuslah! Tidak apa-apa. Kau bisa melalui hari ini dengan normal, asal tidak bertemu dengan Arion.

Iya. Aku tidak mau bertemu dengannya. Karena dia ternyata sangat berbahaya untuk kewarasanku. Lebih berbahaya dari yang kukira.

Arion yang mampu membuatku tak berkutik kala itu membuatku sadar bahwa ia ternyata sangat mematikan. Harus selalu diwaspadai! Aku tidak boleh dekat-dekat dengannya dulu, sebelum kupastikan pertahananku sudah cukup kuat.

Dengan sesekali mengedarkan pandangan ke sekitar karena waspada, aku mengayunkan langkah kaki memasuki gedung sekolah.

Gerbang, aman. Lobi, aman. Lapangan utama, aman.

Tangga menuju lantai dua, ternyata tidak aman.

Pasalnya, saat aku akan berbelok menaiki anak tangga pertama, mataku langsung menangkap sosok Arion yang sedang menuruni tangga.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang