10. Ezra - Satnight

75 12 2
                                    

"Lo nggak apa-apa, Ra? Kalo Nadia dideketin Arion?" tanya Adnan saat kami sedang duduk lesehan di pinggir lapangan basket indoor sekolah.

Aku menoleh padanya sebentar, lalu melihat ke arah Reno dan Carlo yang sedang berebut bola di tengah lapangan sana. "Gue... nggak paham sama diri gue sendiri, Nan."

"Nggak paham gimana?"

Kuembuskan napas panjang. Sesungguhnya, aku merasa prihatin pada Nadia yang didekati lelaki yang sudah punya pacar. Seharusnya aku memberitahu perempuan itu, bahwa Arion pacaran diam-diam dengan Aluna. Namun, sampai sekarang aku masih menutup mulut.

Ini sebenarnya memalukan untuk diakui, karena aku juga tidak menyangka bisa sejahat ini. Namun, aku tidak mau munafik.

Sebenarnya, ada sekelumit bagian dari hatiku yang berharap Arion dan Nadia pacaran saja. Dengan begitu, Aluna akan kecewa pada Arion, memutuskan hubungan romansa dengan lelaki itu, lalu kembali padaku.

Aku baru sadar kalau pikiranku ternyata bisa segelap itu. Ternyata aku begitu putus asa mengejar Aluna, sampai-sampai 'menumbalkan' perasaan orang lain agar aku bisa meraih kebahagiaanku sendiri.

Aku sangat jahat, ya?

Aku lelaki menyedihkan, ya?

"Gue kok lemah banget jadi cowok ya, Nan?" tanyaku pada Adnan, masih sambil melihat ke tengah lapangan. "Gue ngerasa kalo gue cowok yang menyedihkan."

"Ngomong apa sih, lo!" Adnan mendorong tubuhku sampai hampir limbung. "Jangan menghina diri sendiri gitu! Nggak boleh!"

Kulirik ia sinis. "Nggak usah dorong gue juga kalik!" seruku kesal.

"Omongan lo dijaga makanya!"

"Cih!"

Menyedihkan banget gue tuh, Nan. Desperate banget gue berharap Aluna balik ke gue, sampe bisa-bisanya mikir kayak gitu.

"Kalau-kalau lo lagi butuh kata-kata penyemangat, nih gue kasih. Lo bukan cowok lemah. Gue tahu kemarin lo kerja magang di tempat cuci mobil sampe jam sepuluh malem. Cowok pekerja keras begitu bukan cowok lemah."

Mataku melebar. "Lo ngikutin gue?!" tuduhku langsung.

"Apa sih!" balas Adnan. "Ge'er banget!"

"Lo kenapa bisa tahu?!"

"Tau lah! Bunda gue nyuci mobil di situ!"

"Emang bunda lo kenal gue?!"

"Kenal, lah! Kan bunda gue dateng ke sekolah tiap ada pembagian rapor. Dia inget muka juara kelas."

"Ck! Mudhorot juga ternyata dapet ranking satu," gumamku pada diri sendiri.

"Kenapa nggak pernah cerita-cerita, sih? Lo lagi kekurangan duit apa gimana?"

Bukannya apa-apa, aku hanya tidak mau dikasihani. Karena itu aku tidak cerita pada siapapun. "Bukan gitu."

"Terus apa? Ada cewek yang mau lo modusin di situ?"

Aku langsung memberi Adnan lirikan sinis. "Lo kalo narik hipotesis, pake nalar dikit, dong! Kehidupan romansa gue udah ruwet gini, masa mau gue bikin tambah ruwet lagi?!"

Adnan malah terbahak nyaring. "Barangkali lo capek ngarepin Aluna dan capek kejebak friendzone sama Nadia, jadinya nyari cewek lain."

Level emosiku langsung naik. "Siapa yang kejebak friendzone, woy!"

"Elo lah!"

"Kagak, anj*rr!"

Adnan terbahak lagi. "Jujur deh sama gue! Lo suka Nadia nggak?"

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang