20. Ezra - Scary

62 10 5
                                    

Dilarang reupload, republish, rewrite cerita ini ke platform manapun!

Rekomen ke orang, boleh. Tapi dilarang reupload! Sedikit maupun banyak!

Yang ngeyel, karma menanti

-------------
.
.
.
.
.

Hidup dengan minim ekspektasi ternyata tidak buruk.

Lewat Aluna, aku belajar untuk tidak menaruh harapan yang tinggi pada orang lain. Tidak ada jaminan beberapa orang akan selalu berada di sisi kita. Orang yang tidak cocok akan pergi dengan sendirinya, sementara yang cocok akan tetap tinggal. Memaksakan semua itu akan membuat salah satu atau kedua pihak tersakiti.

Lewat Nadia, aku belajar untuk lebih peduli pada diri sendiri dan orang-orang yang jelas peduli padaku, bukan pada yang sekadar lewat dan ingin bermain-main. Dia juga mengajarkanku untuk lebih memperkuat pertahanan hati sehingga aku tidak gampang terbawa perasaan oleh kebaikan seorang teman.

Aku sudah merelakan semuanya. Baik Aluna maupun Nadia, aku tidak berharap apa-apa lagi pada mereka. I set them free, so I can set myself free.

Untuk Aluna, hal terbaik yang bisa kulakukan adalah menjauhinya. Selagi belum menemukan cara untuk melepaskan dia dari ancaman Arion yang kutahu dari Ozie, aku hanya bisa meringankan bebannya dengan cara menjauhinya. Aku memang sudah tahu dari awal tentang kelemahan Aluna itu, tapi tak kusangka Arion juga tahu dan menggunakannya untuk blackmailing.

Sementara untuk Nadia, hal terbaik yang bisa kulakukan adalah membiarkannya hidup bahagia dengan caranya sendiri. Cara dia menjalani hidup memang unpredictable, dan aku menghargai itu. Dia memang punya sudut pandang unik, tapi aku yakin dia orang baik, dan setiap orang baik di dunia ini berhak bahagia.

Itulah yang selama ini kutanam dalam pikiran untuk mendetoks hati. Sejauh ini, lumayan manjur juga.

Sekarang aku tidak lagi merasakan emosi apapun setiap melihat dua perempuan itu, baik emosi negatif maupun positif. Apapun yang mereka lakukan, sudah tidak berefek lagi padaku.

Iya. Begitulah caraku menjalani hidup selama beberapa hari ini. Setidaknya sampai hari ini.

Karena di hari ini, semuanya malah berantakan.

Semua bermula ketika kelasku diadakan razia dadakan saat jam pelajaran kedua berlangsung.

Bukan hal baru bagi sekolahku mengadakan razia dadakan seperti ini. Setidaknya satu semester ada satu kali razia. Namun, jika ada yang melaporkan seorang siswa membawa barang tak wajar, atau ada siswa yang kehilangan barang berharga, maka sekolah akan mengadakan razia lagi, entah razia di kelas yang bersangkutan saja, atau razia di semua kelas.

Untuk kali ini, aku tak tahu ini jenis razia yang mana. Razia rutin, ataukah razia karena ada laporan.

"Semua tas harap ditaruh di atas meja! Lalu kalian semua berdiri di depan kelas!" perintah Pak Arman.

Para siswa, termasuk aku, kompak menuruti perintah Pak Arman.

Tidak membuang waktu, Pak Arman, dibantu guru mapel yang kegiatan mengajarnya harus dihentikan sebentar, mulai memeriksa isi tas setiap siswa.

Tak cukup hanya memeriksa isi tas, mereka juga memeriksa kolong bangku dan juga loker setiap siswa yang terletak di pojok belakang kelas.

Hasilnya?

Nihil.

Tidak ditemukan apapun yang menarik perhatian mereka berdua.

Iya. Tentu saja. Aku percaya teman-teman di kelasku tak ada yang melakukan pelanggaran berat.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang