34. Ezra - Lover

51 8 0
                                    

Berbeda dengan kemarin yang hujan sepanjang sore hingga tengah malam, sore hari ini sangatlah cerah.

Sore dengan cuaca yang mendukung ini kumanfaatkan untuk mengunjungi rumah Paman dan Bibi, rumah yang pernah menjadi tempat tinggalku selama delapan bulanan, yang kutinggalkan atas dasar kenyamanan bersama.

Dengan membawa susu bubuk formula untuk Lala-Lili, dan sekotak kue yang kubeli dari toko favorit Bibi, aku mampir dan mendapat sambutan yang baik.

Tak ada maksud apapun, kedatanganku dan pemberianku itu hanya wujud terima kasih, dan bukti bahwa aku tidak melupakan mereka walaupun aku telah tinggal terpisah.

Sungguh! Aku hanya ingin berterima kasih pada mereka, dan ini bukan sarkas.

Bagaimanapun, mereka mempersilakanku melarikan diri ke kediaman mereka, lalu menjagaku dengan baik. Itu adalah sesuatu yang kusyukuri. Karena, andaikan tidak dibantu mereka, aku tidak tahu akan seperti apa diriku saat ini.

Sekarang aku sedang menjaga si kembar Lala dan Lili yang sedang bermain bongkar pasang balok di teras rumah. Maklum, sang ibu sedang mandi, sedangkan sang ayah belum pulang kerja. Jadi, untuk sementara aku lah yang menjaga anak-anak mereka, seperti kegiatanku sehari-hari sebelum pindah dari sini.

Tidak susah menjaga anak-anak berusia tiga tahun. Kau hanya perlu membantu jika mereka mulai frustasi karena mainannya, dan menjaga agar mereka tak terluka karena jatuh atau yang lainnya.

Sebenarnya ada satu hal yang cukup menguras kesabaran, yaitu saat mereka mulai bertengkar karena berebut mainan.

Seperti sekarang ini, contohnya.

"Ini ada balok biru yang lain. Lala bikin rumahnya pake yang ini aja, ya?" bujukku agar mereka berhenti berebutan. Namun, ucapanku tak digubris oleh kedua anak kembar itu.

"Punya Lala!"

"Ini punya Lili!"

"Punya Lala!"

"Hiks... Lili duluan yang main."

Bibir kecil Lili sudah mulai bergetar dan melengkung ke bawah karena mainannya direbut kembarannya. Aku agak panik, tapi segera kupikirkan solusi untuk mengatasi masalah ini.

"Lala, liat deh! Rumahnya Lala ada pesawatnya!" ucapku setelah meletakkan pesawat mainan kecil ke puncak balok bongkar-pasang yang disusun Lala.

"Sekarang pesawatnya mau turun. Ngeeeenggg..." Kugerakkan pesawat mainan itu turun ke lantai, lalu berputar-putar di depan Lala dan sesekali beratraksi di udara.

Untungnya pengalihan perhatianku berhasil. Lala mengulurkan kedua tangannya padaku, berharap aku memberikan mainan pesawat itu padanya.

"Lala mau ini?" tanyaku lembut dengan senyum ramah tak luntur dari wajahku.

"Iya. Mau."

"Kalau mau ini, Lala balikin balok itu ke Lili dulu, ya?"

Lala terlihat bimbang, sepertinya ragu untuk menuruti ucapanku. Sedangkan Lili masih memandangku polos dengan mata berkaca-kaca.

"Ayo, Sayang. Baloknya kasih ke Lili, ya? Nanti Lala bisa dapet ini dari Abang, yeaaaaayy!"

Meski sempat ragu, Lala pun akhirnya menurut untuk mengembalikan balok mainan ke kembarannya itu. Lili tersenyum bahagia. Begitupun Lala yang akhirnya bisa bermain dengan pesawat mainan tadi.

"Nanti, Lala nggak boleh rebut mainan Lili lagi, ya?" ucapku lembut pada Lala. Dia mendongak ke arahku, memandangiku dengan raut polosnya. "Biar Lili nggak sedih. Lala sayang kan sama Lili? Lala nggak mau kan ngeliat Lili sedih?"

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang