"Nad, besok jadi, kan?" tanya Seruni saat kami berjalan di lorong sekolah, sedang menuju perpustakaan.
"Nyari kado buat Clara? Jadi dong!" jawabku.
"Kira-kira ngasih apa, ya? Gue bingung." Seruni melirik ke atas sambil bergumam. Tangannya masih setia memeluk laptopnya. "Lo mau ngasih apa, Nad?"
"Ummm... Apa ya? Kayaknya liat nanti di mall aja, deh. Gue juga bingung sebenernya."
Langkah kaki kami sudah sampai di perpustakaan. Setelah mengisi daftar pengunjung, aku dan Seruni langsung menuju jajaran rak yang terletak cukup tersudut.
"Tapi gue rada nggak nyangka Clara nggak bikin pesta ultah di tahun ini. Padahal ultah tahun kemarin, dia gelar pesta di hotel bintang lima, lho," ujar Seruni sambil mencari sebuah buku dari jajaran rak.
Posisi kami berdua memang lumayan jauh dari pengunjung perpustakaan yang lain, sehingga tidak ada yang terganggu dengan suara obrolan kami.
"Oh ya? Megah ya pasti," responku singkat, karena aku juga sambil berusaha mencari buku tertentu untuk menjadi referensi tugas biologi kami.
"Uh! Anak bungsu bos sawit nggak usah ditanya lagi, sih."
Aku terkekeh sebentar, lalu fokus mencari buku-buku yang sekiranya relate dengan tugas kami.
"Ngomongin Clara, ya?"
Suara yang terdengar tiba-tiba membuat perhatianku dan Seruni tercuri. Di ujung lorong dari rak buku ini, Ilham sedang berdiri sambil membawa sebuah buku matematika di tangannya.
"Lho? Beb? Tumben amat ada di perpus?" tanya Seruni pada Ilham. Kemudian, ia berjalan mendekati kekasihnya itu. "Kamu salah makan apa gimana?"
"Ck! Kenapa sih, Beb? Aku kan pengen tobat. Udah kelas tiga," jawab Ilham sambil memberengut manja.
"Hahahaaa... Bercanda, Beb." Seruni mencolek ujung hidung Ilham, membuat lelaki itu tersenyum cerah.
"Eh, emangnya Clara mau ulang tahun, ya?"
"Iya. Minggu depan. Nggak kerasa ya setahun cepet banget? Kayak baru kemarin kita dateng bareng ke hotel pestanya Clara."
"Udah beli kado?"
"Belum. Menurut kamu, aku kasih apa, ya?"
"Ummm... Gimana kalo aku anterin kamu nyari kado?"
"Duh! Telat, Beb! Aku udah janjian nyari kado bareng Nadia." Lalu Seruni menoleh ke arahku yang sedari tadi sibuk sendiri. "Iya kan, Nad?"
Aku menggangguk pelan sambil tersenyum kecil. "Tapi kalo kalian mau jalan berdua, gue nggak apa-apa, kok."
"Gimana kalo kita jalan bertiga aja?" usul Ilham, yang langsung membuat aku dan Seruni memberinya tatapan bingung.
"Sorry, gue nggak siap jadi nyamuk," ucapku.
"Ntar gue ajakin Arion, deh. Lebih banyak orang kan lebih seru." usul Ilham lagi. "Gimana, Nad?"
"Berarti nyamuknya nambah satu, ya?"
"Hahahaa... Bukan gitu, Nad. Kayak double date gitu maksud si Ilham," jelas Seruni.
"Gue sama Arion kan nggak pacaran."
"Belum," ralat Seruni, lalu ia menoleh ke Ilham. "Kamu tanyain Arion dulu, deh. Siapa tahu si Bapak Ketos nggak bisa gegara sibuk. Hari Minggu besok, gitu."
"Sip!" jawab Ilham, lalu langsung mengambil ponsel dari saku jas seragamnya.
Setelah itu, aku dan Seruni kembali sibuk mencari buku dibantu oleh Ilham. Setelah berhasil mendapatkan beberapa buku, kami menuju meja baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓
Fiksi Umum(Drama, Romance, Angst) Cinta segi-empat, akankah berakhir bahagia? === ON REVISION PROCESS === (beberapa bab di-unpub selama revisi) . ⚠️ Warning : mention of mental health problem, (slight) physical abuse, a crime case . Ezra selalu ingin menghind...