14. Ezra - Avoid

64 12 3
                                    

Stik PS di tanganku kutekan-tekan serampangan, membuat karakter game-ku yang sedang beradu gulat dengan karakter game Reno semakin tak karuan bergerak.

Gerakan karakterku sangat lincah, tapi tak berarah. Hal itu dimanfaatkan Reno untuk menyerang titik lemahku. Hanya butuh beberapa detik sampai karakter game-ku terkapar tak berdaya.

Aku kalah.

"Ya elah, masa baru satu menit udah kalah, Ra? Nggak asik, lah!" keluh Reno. Padahal dia menang, tapi tak ada raut kegembiraan di wajahnya.

"Ezra lagi nggak fokus, tuh! Kan lagi patah hati jilid dua," celetuk Carlo yang sedang nongkrong di sofa sambil mencamil kacang.

Ucapan asal Carlo membuatku mendelik ke arahnya. Terang-terangan aku memberinya lirikan kesal.

"Heh! Jangan gitu, Carlo!" Adnan yang sedang sibuk membaca majalah kuliner di sebelah Carlo pun ikutan bersuara. "Jangan terlalu jujur," sambung Adnan.

Sial*n!

Bantal kecil yang ada di depanku langsung kulemparkan ke arah mereka berdua tanpa ragu. Lemparanku tidak mengenai Carlo karena dia berhasil menangkis dengan tangannya, sehingga bantal itu hanya mengenai majalah yang dipegang Adnan hingga jatuh ke karpet.

"Hahahaaa..." Carlo malah terbahak puas. "Sabar, Ezra! Sabar! Orang sabar disayang Nadia."

"Bac*t banget sumpah!" seruku kesal, yang malah membuat Carlo tertawa lagi.

"Udah! Jangan Nadia-Nadia mulu!" kata Reno, membuatku bersyukur dalam hati karena masih punya teman yang pengertian. "Kita harus ngertiin gimana rasanya jadi korban PHP," lanjut Reno.

Mendengarnya aku jadi langsung emosi. "Siapa yang korban PHP, woy?!"

"Ya lo, lah!"

"Kambing!"

Reno dan Adnan hanya terkekeh, sementara Carlo menertawaiku keras-keras lagi.

Huft! Punya temen gini-gini amat.

Kemudian, Carlo beringsut ke depan untuk mendekati posisiku dan Reno. "Gue mau main, sini!" kata Carlo sambil merebut stik PS di tanganku.

Aku yang memang sedang tidak mood melakukan apapun akhirnya duduk di sofa yang tadi ditempati Carlo.

Sejak kemarin, pikiranku memang sudah tak karuan. Semua ini tentu saja karena Arion dan ucapannya yang kemarin.

"Sampai kapan lo mau kabur-kaburan begini?"

"Lo nggak bisa kayak gini terus! Lo harus ngelakuin hal yang seharusnya lo lakuin!"

"Gue kasih lo waktu sampe sebelum lulus. Kalo lo masih kabur-kaburan juga, gue bersumpah nggak akan membiarkan lo hidup dengan tenang. I'll do everything to make sure you can't be happy for the rest of your life. Bahkan jika cara gue ilegal sekalipun."

"Aluna dan Nadia hanyalah awal. Kedepannya, akan ada lebih banyak hal berharga yang akan hilang dari hidup lo."

"Apa lo bilang? Nadia bukan orang yang berharga buat lo? Cih! Lo pikir gue nggak tahu? Di lapangan bola waktu itu, gue liat kalian berdua ngobrol setelah gue pergi. Lalu di taman bermain saat tengah malam, gue liat kalian pelukan. Masih mau ngelak?"

"Gue nggak pernah main-main sama ucapan gue, Ezra. Jadi sebaiknya lo lakuin yang gue bilang."

Kepalaku sangat pusing, seperti berputar dan berdenyut seakan mau meledak. Napasku juga mulai sesak. Tanganku mulai menggigil lagi.

"Reno. Boleh pinjem kamar mandi lo bentar?" izinku pada sang empunya rumah.

"Yoi."

Setelah itu, aku pergi untuk menjauh dari mereka. Aku juga membawa segelas air mineral bersamaku.

DIVE INTO YOU || (HRJ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang