Ss⁵⁷

4.3K 212 17
                                    

Setelah pertengkaran tadi pegawai Minimarket baru menghubungi pihak rumh sakit untuk mengirim ambulance. Keadaan Stella jauh dari kata baik-baik saja, wajah yang sudah tertutup oleh lebam dan darah apa lagi kepalanya bocor akibat benturan tadi, sangat memprihatinkan! Bukan tak mau menolong tadi hanya saja kekuasaan yang Nia punya di atas mereka, jika mereka menolong Stella kemungkinan besar mereka juga akan terkena imbasnya dan mereka tak mau itu terjadi.

Stella sudah dibawa ke rumah sakit. Mereka tak sempat menelpon anggota keluarga Stella karena keadaan genting dan apa lagi mereka sudah terlanjur panik bukan main.

Sesampainya di rumah sakit Stella langsung dibawa ke ICU. Dua belas jahitan di kepalanya bahkan kepalanya sedang dirontgen takut-takut terjadi sesuatu di dalam. Stella masih belum sadar. 

Setelah beberapa jam kemudian Stella telah sadar dan dia tak ingat apa pun!!!! Canda elah. Kepalanya berdenyut sakit dan dia menatap langit-langit ruang rawatnya sedang merenungkan perkataan dokter tadi, dia hanya bisa tersenyum miris. Apa dia tak bisa bahagia? Batinnya.

Brakk!!!

Pintu ruang rawatnya terbuka dengan kasar membuat Stella kaget bukan main apa lagi tiba-tiba di peluk hampir saja dia terjungkal. 

"Kamu baru aku tinggal sebentar udah begini?"ucap orang itu lirih.

"Bahkan aku gagal menyelamatkan kamu, aku ngak becus jadi suami!"rutuknya.

"Maafin aku hiks"ucap Barra di selah tangisnya. Sebut saja dia cengeng karena apa pun yang bersangkutan dengan istrinya dia kan sangat sensitif!

"Aku ngak apa-apa kak" ucap Stella mengusap lembut rambut Barra.

"Ngak apa-apa gimana? Kepala kamu di jahit dan lihat lebam di pipi kamu!"ketus Barra.

"Ini cuman luka kecil, dari kecil aku udah sering dapet luka kaya gini. Kamu tenang ajah aku gpp kok"

Barra yang mendengar perkataan istrinya dadanya sesak bahkan bagaikan di hantam beribu-ribu benda tajam, sangat menyakitkan. "Hiks maaf, maaf, maaf hiks maafin kau" gumam Barra.

"It's oky Hubby. No problem I'm oky"

"No! Kamu ngak baik-baik ajah Wife! Aku bakalan bales mereka yang udah nyakitin kamu!"

"Jangan Hubby bagaimana pun mereka keluarga aku jdi, apapun yang mmereka perbuat akan aku maafkan. Ingat Hubby, aku ngak akan ada di dunia ini jika bukn mereka"ucap Stella tersenyum lembut.

"Huftt Baiklah"ucap Barra pasrah.

"BTW kamu ngak ngasih tau Arzan kan kalau aku msk RS?."

"Ah eh anu hehe aku kasih tau, habisnya aku panik waktu itu asal nelpon ajah eh malah nomornya Arzan. Jangan marah"bujuk Barra.

"Gi_"

Brakkkk!!!!!

"Bunaaaa!!!!" teriakan dan dobrakan itu memotong ucapan Stella.

"Hiks huaaa Buna tenapa cabi palanya gitu hiks?"ucap Arzan saat masuk langsung saja ke arah Brankar Stella.

Stella dan Barra panik melihat Arsan menangis sesegukan. "Buna gpp kok sayang" ucap Stella menenangkan.

"Asti hiks pala Buna cakit, Alsan batalan bunuh olamg yang jahatin Buna hiks"

Barra meringis saat Stella menatapnya tajam. "Maaf yang, aku ngak bakalan ajarin yang aneh-aneh lagi hehe ngak janji" ucap Barra ngebatin di akhir kalimat.

"Arzan dengerin Buna, Arzan ngak boleh bunuh-bunuh sembarangan dosa sayang"

"siap Buna"

"Ka-"

Stella Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang