Ss⁶²

4.8K 189 7
                                    

Seperti yang di ucapkan kemarin, kini Barra dan Stella berada di rumah sakit lebih tepatnya ruangan dokter cantik yang menangani penyakit yang Stella derita. Penyakit yang Stella derita adalah penyakit gegar otak, siapa yang tidak gegar otak jika kepala sering terbentur. Sebenarnya gegar otak yang dialami Stella hanya gegar otak ringan namun, saat kepalanya kembali di benturkan dengan tembok tempo hari oleh Bunda Nia, gegar otak yang dia alami menjadi gegar otak berat yang baru ia ketahu i waktu dia masuk rumah sakit waktu itu. Banyak gejala memang dulu yang sering bermunculan hanya saja dia anggap sakit kepala biasa atau hanya sekedar kecapekan saja, hingga dia bodo amatan dan menganggap itu hal biasa tanpa tahu di baliknya. Bahkan gegar otak yang Stella alami telah berkembang menjadi kanker otak, penyakit yang sangat sulit di sembuhkan walau dengan terapi sekalipun, kita hanya bisa tabah dan terus berusaha dengan takdir yang Allah berikan.

Barra menatap tak percaya penjelasan dokter yang ada di depannya itu. "Dokter serius?" tanyanya tak percaya.

"Apa saya terlihat sedang bercanda!"ketus dokter itu sebut saja dokter Anggi.

"Ti-tidak hanya saja saya kaget mendengar berita mengejutkan ini."

"Jangan pesimis begitu saya yakin nona Stella akan sembuh"ucap dokter Anggi menyemangati.

"Sayang, kamu maukan kemoterapi?"tanya Barra mengusap lembut rambut Stella.

"Ngak!"

"Sayang, ini demi kebaikan kamu"

"Aku gpp, aku baik-baik ajah aku ngak sakit! Ayok kita pulang ajah"

"Tap-"

"Pulang!"

"Oky. Kita pulang! Dokter terimakasih, kami permisi"

"Silahkan"

Pulang dari rumah sakit Stella asik melamun memikirkan nasibnya dia tak mau meninggalkan Barra dan Arzan, dia takut, takut membuat mereka semua sedih.

"Ya Allah, apa engkau belum puas membuatku menderita dulu? Kenapa saat aku bahagia sekarang engkau berikan cobaan lagi? Kenapa harus aku?"

"Sayang, kamu jangan ngelamun terus dong"ucap Barra.

"Iyh, enggak ngelamun kok ini"

"Iyh in ajah deh!"

"Kamu mau kan kemoterapi? Ini demi kebaikan kamu, sayang"

"Tapi kak, aku takut!"

"Kamu ngak usah takut, aku ada di sini buat kamu, ada Arzan juga dan ingat ada mom, dad, mami, papi, abang-abang kamu dll, msih bnyak yang sayang sama kamu"

"A-aku takut kalau aku ngak bisa sembuh gimana?"

"Jangan pesimis sayang, optimis! Kamu pasti sembuh, yakinlah sama takdir Allah"

"Tapi kenapa harus aku?"

"Because, Allah mencintaimu"

"Kalau Allah mencintaiku, kenapa dia memberiku ujian kehidupan seberat ini?"

Barra tersenyum mendengar perkataan istrinya. "Karena, Allah percaya sama kamu. Allah percaya kalau kamu pasti bisa lalui semua ini"

"Sekarang udah tenang?"tanya Barra.

"He'em, makasih Hubby"

"Kembali kasih sayang"

***

Keadaan Stela jauh lebih baik dari kemarin, sakit kepala yang sudah mereda dan kemoterapi yang dijalankan dengan rutin. Stella semangat kembali untuk sembuh untuk Barra, Arzan orang tuanya dan abang-abangnya dan orang-orang yang menyayanginya. 

Stella Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang