chapter 14 : Si Workaholic

269 50 5
                                    

Malam sudah berganti jadi pagi, jam dinding menunjukkan pukul empat dini hari, merenggangkan otot-otonya, Jingga merasa segar setelah bangun.

Menyibak gorden, rapi-kan tempat tidur, mandi dan kegiatan rutin lainnya dia lakukan dengan nyaman. Jingga bahkan punya sedikit waktu untuk pelajari beberapa resep masakan yang mudah. Untuk menambah variasi menu sarapan dan makan malam di rumah.

Merapikan pakaian, setelah merasa siap, dia berjalan menuju dapur untuk siapkan sarapan. Jam enam kurang empat menit, semuanya selesai dan Jingga sudah duduk nyaman di depan meja makan dengan semangkuk sarapan di hadapan dan sendok di genggaman.

Satu dua sendok, perhatikan sesuatu, sudah selesai semua tapi Jingga merasa dia melupakan sesuatu. Tapi apa?

Menit berlalu dengan semangkuk sup yang sisa setengah, Jingga baru ingat tentang apa yang dia lewatkan.
Keberadaan suaminya. Bukankah sudah hampir sebulan Jingga tinggal berdua dengan Bagas.

Meletakkan sendoknya dengan kasar, Jingga bangkit dan segera mengelilingi seisi rumah. Merutuki Bagas yang membeli rumah luas dengan empat kamar tidur besar ditambah ruagan-ruangan lain. Tidak ada di lantai dasar, Jingga bergegas ke lantai atas.

Langkah Jingga sampai di depan pintu kamar yang dekat dengan balkon, kamar yang inginnya mereka tempati untuk tidur namun sayangnya tidak terlalu luas jadi dipakai ruangan kerja Bagas saja.

Membuka pintunya pelan, kamar dan seisinya membuat Jingga bergidik ngeri. Bagas tidur di meja kerja dengan berkas menutupi kepala dan kertas-kertas berserakan di lantai. Dan jangan lupakan pintu juga jendela yang terbuka biarkan angin masuk.

Mendekat berniat membangunkan tapi ketika menyentuh tangan Bagas, Jingga tidak bisa sembunyikan kaget.

Kehadiran Jingga yang membuat Bagas bangun kemudian rasakan kepalanya sangat pusing.

"Lo ngapain? " geram Jingga, sudah berusaha tenangkan diri namun gemas ingin bertanya banyak.

"Duh kepala gue pusing," keluh Bagas serak.

"Lo demam, ngapain pake begadang sambil buka pintu balkon semalaman segala, mana enggak pake baju. Lo mau test kekebalan tubuh?"semprot Jingga, tangannya sudah bergerak rapikan meja dan punguti kertas-kertas yang berserakan di dekat kakinya.

"Serius Nga, ini kepala gue pusing banget. Bisa copot bentar enggak sih?"tanya Bagas masih mengeluh.

Jingga mendelik, "bisa dicopot, sini gue tebas kepalanya."

"Humor lo dark banget,"gumam Bagas.

"Kuat jalan sampe ke kamar samping enggak? " tanya Jingga alihkan obrolan, sambil tangannya tetap sibuk bereskan kekacauan yang Bagas buat.

Bagas mengangguk, bangkit dari duduknya, namun baru beberapa langkah tubuhnya sudah ambruk di lantai.

Hais...

*****

Tebak apa yang Bagas tanyakan ketika bangun dari pingsannya?

Jawabannya, "laptop gue mana deh, tolong ambilin dong, kerjaan gue belum selesai."

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, Jingga adalah orang yang tidak suka melihat kekacauan maka dari itu dia segera rapikan kembali ruangan tadi.

Sudah berimakan Bagas dan minum obat juga tempelkan kompres penurun panas instant di kening, tinggal pamit, Jingga sudah bilang tidak bisa menemani karena tidak punya jatah cuti.

"Gue juga harus kerja," celetuk Bagas ketika Jingga pamit.

"Perlu gue ingetin? Siapa tau lo emang hilang ingatan kan. Lo demam, kepala lo sakit, mata lo udah makin parah mirip pandanya, badan lo lemas karena kurang istirahat, Lo tau apa yang harus dilakuin sekarang? "

Argumen, Jihoon x HeejinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang