"Kita lucu ya, " celetuk Bagas ketika keduanya sudah duduk berhadapan dengan Jingga yang pertama selesai mengisi perut.
Oh iya, tadi setelah makanan datang Bagas lebih dulu mengambil sendok punya Jingga memaksa ingin menyuapi. Dan Jingga yang memang sedang kelelahan tak protes, tak peduli juga ditatap oleh banyak mata karena restoran di jam makan siang terlihat penuh. Yang penting dia cepat Kenyang, pikirnya begitu.
Mendengar ucapan Bagas, Jingga tak bereaksi banyak. Memilih menunggu Bagas lanjutkan ucapannya. Karena meskipun tubuhnya sudah terasa tidak terlalu lemas, dia tetap tidak ingin membuang tenaga dengan sia-sia.
'Lucu.... Dibagian mananya?' batin Jingga protes.
"Padahal harus nya sekarang kita tuh honeymoon, ngabisin waktu berdua di tempat-tempat bagus, bukan malah sama sama sibuk kerja,"lanjut Bagas bicara agak banyak, kemudian menyuapkan sesendok makanan lanjut mengunyah.
"Elo? Sibuk kerja?" tanya Jingga heran. Memperhatikan penampilan Bagas dari atas sampai bawah. Celana hitam selutut, kaos putih lengan pendek dibalut jaket hitam polos, rambut yang terlihat hanya sempat disisir tanpa ditata dengan baik, ah mungkin Bagas tadi memang buru-buru. Tapi yang Jingga yakini, Bagas bangun siang dan langsung pergi menyusulnya, bukan pergi ke tempat kerja. Jangan lupakan bahwa sekarang Bagas sedang mengunyah santai terlihat sangat menikmati makanannya sejak tadi. Dalam hati Jingga bertanya-tanya di mana letak sibuknya.
"Lo beneran sibuk kerja?" ucap Jingga mengulang tanya sambil menunjukkan raut wajah tak percayanya.
Bagas menyelesaikan kunyahan kemudian menelan, baru mau bicara Jingga sudah lebih dulu.
"Kalau sibuk ngapain disini?"
"Sibuknya bukan sekarang, tapi udah diselesaiin tadi malam. " Jawab Bagas disela-sela kunyahan, setelah itu sibuk kembali.
"Tapi kan semalam.. ."
Jingga tidak bisa menyelesaikan Kalimatnya, sekarang pipi putihnya sudah memerah sampai ke telinga.
Tangan Bagas bergerak untuk melepas kacamata bulat yang sejak tadi dia pakai.
"Nih liat, laki lo itu pekerja keras. Iya, semalem abis....."
Sekarang giliran Bagas yang sadar akan situasi yang mendadak canggung, Jingga dengan pipi memerah nya sedang Bagas mencoba menahan tawa. Dan penulis sebelahan dengan pembaca, yang bisik-bisik, pura-pura enggak tau semalam mereka ngapain aja.
"Jadi semalem pas lo tidur, gue selesain kerjaan sampe jam empat subuh," ucap Bagas.
"Ngerjain apa?" tanya Jingga belum mau percaya. Berhenti mengingat atau pikirkan hal lain, Dia coba fokus dengan obrolan.
Bagas berhenti mengunyah, "banyak, tapi sekarang gue enggak mau bahas itu,"jawabnya kesal.
"Tapi dari tadi lo duluan yang cerita,"sinis Jingga tak mau disalahkan.
"Ya cerita singkatnya aja, Lo cukup tau garis berasnya aja. " jawab Bahas tak pernah mau kalah.
"Biar apa?" tanya Jingga, dia bahkan sudah condongkan tubuh siap memulai perdebatan.
"Biar lo tau gue udah bekerja keras, siapa tau lo jadi makin terpesona bangga."
Jingga mendengus, Bagas menyelesaikan minumnya kemudian mengelap mulut. Sebenarnya tanpa Bagas cerita begitupun, Jingga sudah tersentuh dengan dijemput dan diajak makan apalagi disuapi seperti tadi. Bagas kali ini berhasil membuat Jingga terkesan. Maka dari itu Jingga kembali diam, membiarkan Bagas selesaikan makanan penutupnya dulu.
"Cape banget ya? " tanya Bagas ketika selesai dengan puding coklatnya, dia sadar Jingga diam tapi sesekali melirik ke arahnya.
"Lumayan," balas Jingga singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argumen, Jihoon x Heejin
TerrorDari sahabat, jadi teman hidup. Mampukah keduanya menjalani peran masing-masing?