chapter 5 : 5 Bagas vs Bagas 5 tahun

158 28 12
                                    

Satu bulan yang lalu.

Sedang melamun sendirian, di hari kembalinya dari Yogyakarta, Jingga dapat pertanyaan dari kakaknya, Jiraya.

"Pilih lima Bagas atau Bagas lima tahun ?"

Jingga sempat diam lama, tatap kakaknya tak percaya. Sepasang sodara yang selalu bersama namun terpisah sejak si silung menikah dan mengikuti suaminya, Si bungsu jelas kebingungan, tak pernah menyangka pertanyaan pertama setelah tidak bertemu dalam waktu lama malah seperti ini.

Jingga mendelik tak terima karena menurutnya Bagas yang berusia lima tahun tidak ada lucu-lucunya, dia menyebalkan dan sering mengganggu apalagi jika ada lima, Jingga tak mau sekedar membayangkan lelahnya.

Tapi setelah Jiraya berlalu menyisakan Jingga sendirian di kamarnya, tentang lima Bagas buat Jingga berpikir kembali. Pernah kehilangan Bagas yang dia kenal sekarang, akankah dengan satu Bagas yang lain Jingga bisa selamanya berteman?

Mengingat semua tentang Bagas selalu berhasil buat Jingga tersenyum getir. Apalagi hari itu dari kamar yang dibuka lebar jendelanya, pandangan Jingga yang tubuhnya sedang duduk di ujung tempat tidur bisa bertemu dengan jendela tertutup milik tetangganya. Rumah yang terakhir Jingga lihat bercat biru tua, sekarang berubah jadi abu-abu.

Sudah tujuh taun Jingga pergi, sibuk mengejar mimpinya sampai lupa dengan hidup yang dia tinggalkan. bersamaan dengan Jingga yang tatap kembali jendela di depannya, semua kenangan satu persatu bermunculan.

Biasanya ada anak laki-laki yang setiap malam berdiri disana, memegang kertas coretan berisi sebuah ejekan.

"JINGGA JELEK. "

"JINGGA PAYAH. "

"JINGGA KECIL."

Ejekan berbeda setiap malamnya, tapi anak laki-laki yang sama yang menemani Jingga dari goesan pertama sampai seimbang pakai sepeda. Anak laki-laki yang temani Jingga bermain. Laki-laki yang buat dia belajar bela diri, laki-laki yang buat Jingga nekad ikuti apapun yang Bagas lakukan karena kebingungan pertemanan selama tujuh belas tahun merenggang begitu saja.

Yang Jingga tidak tau, di balik jendela tertutup itu, Bagas dapat pertanyaan yang sama dari sodara kembarnya, Arjuna.

"Pilih 5 Jingga atau Jingga lima tahun?"

Bagas tidak mau menjawab, dia ingin bertemu dengan Jingga versi sekarang, cukup satu Jingga dan akan dia jadikan satu-satunya. Jadi setelah pertanyaan itu, Bagas terus bungkam.

Di tempat berbeda dengan jarak yang tidak sejauh kemarin, keduanya sibuk mengenang masalalu. Masalalu persahabatan karena diumur yang tinggal beberapa tahun menuju kepala tiga, keduanya tidak punya kisah percintaan.

Miris, kenapa seorang Bagas tidak punya mantan sama sekali? Padahal dia tampan iya, pintar iya, ramah juga punya banyak relasi. Cerita lainnya, di SMA-nya dulu, dia adalah seorang ketua osis yang pasti bukan sekedar sekolah tapi punya nama yang dikenal hampir seluruh warganya.

Orangnya memang berisik, tapi kharismanya tidak bisa diragukan. Tak jarang ketika memimpin rapat pandangan semua orang dengan fokus tertuju padanya. Tampan dan cerdas, nilai diatas rata-rata, aktif organisasi. Arjie Baskara terlalu bersinar terang, Komentarnya pedas hanya pada orang-orang yang melanggar aturan, Dia sebenarnya suka menolong dan baik pada siapapun, jadi kecil kemungkinan ada yang tidak menyukainya.

Alasan kesendirian seorang Bagas sudah jelas adalah karena dia tidak punya waktu. Sejak berumur delapan belas tahun beban di punggungnya sudah di tata satu persatu, jangankan buat kisah cinta, mengganggu Jingga yang sudah jadi kegemaran sejak kecil saja dia menyerah.

Sedangkan Jingga, diawal jadi murid SMA, dia pernah jadi perwakilan gugus untuk bernyanyi, dia juga pandai bermain gitar, bakat dengan visual sebagai point tambahan, buat dia dikenal dengan cepat dimanapun.

Yakin enggak ada yang naksir?
Masa sih keduanya enggak punya kisah cinta?

Pada kenyataanya, sendirinya Jingga karena selain sejak kecil bersama Arjie, tinggal diluar kota tujuh tahun Jingga tidak hanya di jaga Jiraya. Kakaknya itu hanya serumah selama dua tahun, sisanya Jingga di jaga para sepupu. Tiga laki-laki dan satu perempuan. Jadi kalau harus ada orang yang di salahkan kenapa perempuan seperti Jingga tidak punya kisah cinta yang menarik di masa remaja bahkan menuju dewasanya adalah karena mereka berempat.

Empat sepupu Jingga dari pihak Ibu, Kak Jafio Taraka, biasa dipanggil Jata yang lebih tua tiga tahun dari Jingga adalah seorang dokter, dia yang paling menjaga dan paling sering bersama Jingga. Kedua Narasi yang sering disangka pacar Jingga dan terakhir si kembar Brianetra Edelweish si cewek macho dan Baikhala Hanasta si manis yang sering mengaku pacar Jingga, tiga sepupu yang seumuran dengan Jingga, entah direncanakan atau tidak nenek punya empat cucu ditahun yang sama, apalagi dengan salah satunya Jingga punya nama yang sama. Tapi Jingga bersyukur dengan begitu dia tidak kesepian.

Kata Natasha Willona, kalau lo cukup kasih sayang dari rumah lo enggak akan nyari yang lain. Itu benar benar terjadi pada Jingga.

Movie date, study date, market date? Jingga tidak penasaran dengan hal seperti itu karena jika Jingga bilang mau, salah satu dari mereka bisa temani atau bahkan ketiganya. Mereka benar-benar boyfriend material.

Setiap ada yang berusaha dekati Jingga, mereka di pukul mundur. Cara Jafio, Narasi dan Khala jaga Jingga berbeda dengan cara mereka jaga Brianetra Edelweish. Terlepas dari berbeda, keduanya tetap di jaga dengan baik.

Dan tentang para sepupu, Jingga tidak heran jika pagi-pagi salah satu dari mereka sudah nangkring di depan rumah untuk mengantar Jingga ke kampus, mengajak Jingga makan bersama atau mengirimi coklat, boneka bahkan bunga.

Mereka sempat protes ketika Jingga bilang akan pulang dan melanjutkan pekerjaannya di kota asal. Sempat ingin mengantar juga tapi Jingga menolak. Mereka sudah punya kehidupan masing-masing biar Jingga jalani hidupnya sendiri.

Larut memikirkan para sepupunya buat Jingga tak sadar jendela rumah depan terbuka, Si pemilik kamar mematung memperhatikannya dengan waktu cukup lama.

Hari sudah malam, langit yang gelap jadi saksi pandangan dua orang yang saling rindu bertemu, Bagas yang pertama sadar kemudian segera menutup jendala dan berlari ke kamar samping milik sodara kembarnya.

"Jun, si Jingga pulang? "

Arjuna menganguk kalem, dia lebih dulu tau tentang kepulangan teman masa kecilnya, meskipun tidak dekat seperti Bagas. Jingga dan Arjuna tetap berteman.

"Kok gue enggak tau?" protes Bagas.

"Kenapa kalau tau?" tanya Arjuna masih dengan nada kalem. "Mau lo lamar? "

Bagas mengangguk pelan, Arjuna di tempatnya terbelalak kaget. Tapi yang paling kaget dengan kabar rencana pernikahan Jingga dan Bagas adalah para sepupu. Dua keluarga yang tau dekatnya Bagas dan Jingga tidak keberatan untuk beri restu, berbeda dengan ketiga sepupu. Esoknya mereka datang untuk mengintrogasi, menilai seperti apa Pria yang berhasil buat Jingga jatuh hati. Mereka yang menyuruh Bagas buat SIM, surat ijin menikah dan beberapa rintangan lainnya.

Tbc


Argumen, Jihoon x HeejinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang