; surat dari Bagas

318 61 10
                                    

Untuk Kamu,

Hi Briana, perempuan cantik yang hari ini resmi jatuh pada pelukku.
Pertama, kamu tidak perlu bertanya-tanya tentang perasaan yang aku miliki untuk kamu. Bria, dengan sampainya surat ini di tangan kamu, selesai duduk untuk berakad tadi, di detik aku minta kamu ke Ayah, aku memutuskan untuk bangun semuanya sama kamu. Kita, sama-sama ya. Bangun bahagia, sebagai dua orang yang saling sayang. Dan jika kamu belum, aku cuman mau kamu tau bahwa rasaku, hatiku, sudah sepenuhnya kamu yang genggang. Kita mulai semuanya dari awal, semoga tanpa ujung ya.

Harusnya kalimat di surat ini cukup sampai sana, tapi aku ingat bicara sama kamu hasur jelas. Jadi, aku putuskan untuk jujur disini..

Bri sahabat gue dari kecil yang ternyata naik pangkat jadi istri gue hari ini, jujur Gue sempat kebingungan tentang masa depan. Bukan khawatir enggak dapet jodoh, soalnya gue tampan dan mapan jadi banyak yang mau. Enggak sombong, ini kenyataan. Gue enggak pernah khawatir enggak dapet jodoh, tapi gue khawatir tentang salah milih kemudian enggak bahagia.

Gue bingung dari mana awalnya, tiba-tiba aja hati gue terlalu yakin bahwa elo orangnya. Ngebayangin tumbuh sama lo, rebutan selimut di malam hari, makan masakan lo, dirapiin dasinya sama lo, belanja bulanan, perkara siapa yang matiin lampu sebelum tidur dan banyak lagi hal-hal sederhana yang selalu gue liat Papi lakuin bersama Mami, Gue bayangin untuk praktekkin itu semua sama lo, dan semua itu berhasil bikin gue senyum-senyum sendiri.

Gue pikir setelah ngajak lo buat jalanin hubungan serius ini, gue bakal dapat pertanyaan,"kenapa gue?"

Tapi ternyata enggak, padahal gue udah siapin jawabannya. Gue pilih lo karena lo tahan banting dan paling tahan ada dideket gue sampai sekarang. Juga karena perdebatan- perdebatan kecil yang selalu berhasil bikin gue yang selalu berhasil menang perdebatan jadi kalah karena setiap kalimat pembalaan dikepala gue hilang karena liatain wajah lo yang lucu, seperti perkara lo Tim bubur diaduk, sedangkan gue enggak diaduk, kalau orang lain gue anggap aneh, tapi sama lo gue ngalah. Lo bebas mau aduk buburnya sampe gimanapun bentuknya didepan gue, meskipun kalau keseringan gue enek dan kita sarapannya nasi uduk aja.

Dari sana, gue ngerti kalo sama lo gue bisa negosiasi, sama lo juga gue merasa dihargai. Terakhir, menurut Gue Lo punya peluk paling nyaman setelah Mami.

Tolong bantu Gue wujudin mimpi untuk hanya sekali jatuh cinta tapi sampai akhir ya bestie eh salah ya istri. Gue sayang lo, serius.

Terakhir, kata penutup. Temenin gue sampe tua ya Jinngga Brianne Shakeel. Udah, nama keluarga gue diukir rapi dibelakang nama lo.

Argumen, Jihoon x HeejinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang