Chapter 2 : Setelah Akad

502 82 22
                                    

Waktu terasa bergerak cepat kala keduanya sama-sama sibuk dengan keramaian tengah-tengah resepsi. Namun tak lama sebab kemudian berubah terasa melambat kala keadaan membuat mereka hanya tinggal berdua.

Akad yang dilakukan dipagi hari dilanjutkan dengan resepsi dari siang hingga sore. Jangan tanya kenapa tidak malam, itu sudah jadi kesepakatan dua keluarga.

Banyak kejutan yang Tuhan beri hari ini. Tentang kumpulnya semua keluarga dari kedua pihak hampir tanpa terkecuali menjadikan suasana semakin ramai. Juga tentang banyak teman yang datang dengan terheran-heran jadi memberikan pertanyaan macam-macam.

"Woy !! Matahari masih terbit dari timur bisa-bisanya gue denger kalian sebar undangan!" perempuan dengan gaun putih selutut mengomel sambil memeluk Jingga erat. Delikan jadi jawab dari Bagas sedang Jingga hanya terkekeh.

"Jujur sama gue, kalian selama ini pacaran cuman backstreet kan?" tanya seorang pria yang datang bersama perempuan tadi.

Bagas baru membuka mulut, belum berucap sudah di dahului oleh orang yang baru saja datang, " Bener feeling gue, selama ini kalian bedua korban Friendzone!"

"Enggak, "jawab Jingga ragu.

"Halah, kata gue apa, enggak mungkin dua manusia beda gender sahabatan tanpa rasa."

"Selamat ya, gue penasaran siapa yang pertama jatuh?"

"Berisik ah, mana ampopnya siniin, terus mending kalian pulang aja. Enggak usah makan disini, makan di rumah masing-masing aja," ujar Bagas setelah dapat kesempatan untuk bicara.

Tujuh orang yang jadi tamu menyoraki, cukup dibuat emosi dengan sikap menyebalkan teman dari SMA mereka itu.

"Jahat banget lo," maki salah satunya sebal.

"Kalian berisik soalnya," balas Bagas tengil.

"Lo lebih berisik ya knalpot resing," ujar seorang lagi yang datang sambil menggandeng pasangannya.

Jingga tertawa, cantik. Tujuh orang yang berkeinginan besar untuk pukul Bagas jadi reda emosinya karena melihat bahagia itu, mereka bahkan ikut tertawa.

Ejekan, perdebatan dan masih banyak pertanyaan menyebalkan lain yang coba Jingga tanggapi dengan sabar. Sabar menjadi penengah, sabar untuk berusaha redakan setiap kalimat yang jadi balasan Bagas. Karena sebenarnya satu kalimat menyebalkan untuk menggoda Bagas akan dibalas dua kali lipat.

Selesai dari sahabat, ada juga dari saudara dekat. Seperti, "Nenek juga bilang apa, kalian bakal berjodoh. "

"Udah saling sayang sejak kapan?" tanya tante.

"Disuruh nikah dari tahun kemaren Bagas bilang belum ketemu jodoh taunya ketemu tiap hari, malah ketemu dari orok lagi. " ejek Paman.

"Aku mau keponakan kembar," heboh Adimas, adik bungsu Bagas itu meminta sambil memeluk Jingga.

"ISTRI GUE. " teriak Bagas tak terima.

"Berisik Bagas," balas Jingga kesal.

"Ya tapi kan.... " Bagas tak melanjutkan ucapannya. Dia langsung terdiam ketika tangan Jingga yang sudah melepas peluk dengan Adimas menariknya.

"Kalian tuh emang cocok apa Mami bilang. "

"Sahabatan doang sahabatan doang pret, selamat sudah denial bertahun-tahun lamanya. "

Dan masih banyak komentar lagi, rasanya cukup melelahkan saat harusnya berdiri hanya untuk bersalaman atau menanggapi kata selamat, sedang di pernikahan mereka banyak sekali komentar juga pertanyaan yang membebani. Tapi seberat apapun hari ini ternyata bisa mereka lalui dengan bahagia juga. Menebar senyum, meyakinkan bahwa hari ini memang hari bahagia mereka. Meskipun memang cukup melelahkan.

Argumen, Jihoon x HeejinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang