Sada menduduki kursinya setelah kembali dari meeting bersama kliennya lalu kembali membuka laptopnya untuk meneruskan pekerjaannya yang tertunda. Rancangan kebaya modern untuk salah satu kliennya yang akan menikah beberapa bulan lagi.
"Sada, lo dipanggil Mbak Violet, katanya ada yang mau dibicarain," ucap Astin, rekan kerja Sada di Wedding Organizer.
"Gue? Gue buat salah apa emangnya?" tanya Sada dengan perasaan bingung dan takut. Sada jarang dipanggil secara pribadi seperti ini.
"Mending lo pergi langsung aja ke sana biar jelas," usul Metta.
Sada segera beranjak dari tempat duduknya. Dia termangu sebentar di depan ruangan mbak Violet. Perasaannya mendadak jadi tidak enak. Pikirannya mulai menyusun setiap kesalahan yang kemungkinan dia lakukan.
"Bismika allahuma ahya wa bismika amut," gumam Sada lalu dia menghela napas.
"Lah? Itukan doa sebelum tidur." Sada jadi salah baca doa saking gugupnya. Sada merapikan rambutnya yang tergerai rapi melewati bahu lalu mengetuk pintu ruangan Mbak Violet.
Setelah dipersilakan masuk, Sada mendorong pintu kaca itu dengan gerakan hati-hati.
"Mbak Violet manggil aku?" tanya Sada dengan perasaan was-was.
"Iya, silakan duduk, Da," jawab Mbak Violet. Sada menarik kursi di depan Mbak Violet lalu mendudukinya.
"Ini tiket pesawat untuk ke Medan, kamu yang akan mewakili kantor kita untuk hadir di acara adat Raina," ucap Mbak Violet sambil mengangsurkan sebuah amplop berwarna putih pada Sada.
"Kok aku mbak? Kenapa gak Mbak aja? Atau Meta, Oliv," ujar Sada mulai panik.
"Sekalian kenalan sama keluarga calon kamu kan? Calon kamu kemarin bicara sama mbak, minta izin kalau bisa kamu diberikan cuti untuk ikut ke Medan, kebetulan belum ada perwakilan dari kantor kita, makanya kamu saja. Tiketnya juga sudah dipesan, keberangkatan kamis malam ya? Besok kamu sudah mulai cuti," jelas Mbak Violet. Rasanya Sada ingin menangis saat ini juga, pantas saja si Wirasableng itu tidak memaksanya, ternyata lelaki itu malah bermain dengan soft and smooth di belakangnya.
"Untuk event yang aku tangani weekend nanti gimana, mbak?" tanya Sada.
"Gampanglah, biar itu jadi urusan kantor. Pulang dari Medan nanti, langsung sebar undangan ya," ucap Mbak Violet sambil mengerling pada Sada dengan senyuman lebar. Berbanding terbalik dengan Sada yang ingin sekali menghilang dari bumi.
"Yaudah mbak, aku permisi," pamit Sada kemudian dia pamit untuk keluar.
Sada menghela napas, menatap amplop di tangannya dengan perasaan gamang. Apa ini sudah saatnya untuk mempersiapkan diri? Apa pilihannya ini sudah benar? Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan yang bersarang dalam pikiran Sada itu.
🌻🌻🌻
Sejak kembali dari ruangan Mbak Violet, Sada jadi lebih banyak diam dan melamun. Sikap Sada itu tentu saja menarik perhatian dua sahabatnya yang mulai curiga.
"Sada, kok lo diem aja daritadi? Sariawan?" tanya Oliv saat jam pulang kantor hampir tiba.
"Lagi gak mau ngomong," jawab Sada dengan malas-malasan.
"Emang tadi Mbak Violet ngomongin apa sama lo?" tanya Meta tak lagi dapat menahan rasa penasarannya.
Sada membuka lacinya lalu mengeluarkan amplop yang tadi diberikan oleh Mbak Violet. Oliv dan Meta saling bertatapan penuh tanya.
"Lo dipecat? Emang lo salah apa?" tanya Meta lagi.
"Liat aja sendiri, Met," jawab Sada lalu membaringkan kepalanya ke atas meja. Meta meraih amplop itu lalu membuka dan membaca isi dari amplop putih yang membuat Sada mendadak jadi pendiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...