Satya mengamati Sada dari kejauhan, gadis itu sedang duduk sendirian di teras belakang rumah Opung Doli. Satya yang memegang dua buah gelas berisi teh hangat mendadak tak bisa melanjutkan langkahnya. Satya ingin duduk di sebelah Sada, menemani Sada walaupun dia tahu akan lebih banyak diam, akan tetapi sikap Sada mendadak kembali menjadi diam seperti saat awal mereka bertemu setelah kembali dari taman tadi sore.
"Kalau kata aku, disamperin aja sih, Bang."
Satya terlonjak kaget mendengar suara seseorang, saat dia menolehkan kepalanya, Raina sudah ada di sebelahnya sambil tersenyum.
"Siapa yang mau samperin Sada?"
Raina menggaruk pelipisnya sambil mendengus kesal.
"Plek ketiplek banget sama Bang Aries. Gengsi digedein. Terus itu teh dua gelas buat siapa? Gak mungkin buat Bang Satya semua kan?" ujar Raina.
"Ini buat.. Itu, buat Bunda saya," jawab Satya dengan kaku. Raina menatap Satya tak percaya.
"Masa sih?" tanya Raina lalu dia tersenyum meledek dan menoleh pada Satya. Satya menatap Raina tanpa ekspresi membuat Raina langsung memasang wajah datar dan berdehem pelan.
"Bang Satya sama Sada berantem? Eh tapi emang kalian berantem terus sih," ucap Raina.
"Sada itu kalau ngambek diam ya?" tanya Satya tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan Raina.
"Enggak. Sada kalau ngambek suka nyindir atau misuh-misuh," jelas Raina.
"Gitu ya? Terus kenapa dia jadi pendiam ya?" gumam Satya yang masih belum bisa menebak semua karakter Sada.
"Berarti ngambeknya udah di level dewa itu, Bang," celetuk Raina.
Satya menoleh pada Raina dengan wajah kesal. Satya bingung, bagaimana bisa Aries sabar menghadapi Raina?
"Serahin sama aku, Bang," ucap Raina kemudian mengambil alih dua gelas teh hangat dari tangan Satya.
"Kamu mau ngapain, Raina? Heh! Itu teh buat Bunda saya," ucap Satya dengan panik saat Raina hendak berjalan ke arah Sada.
"Bang Satya bohong banget, Bunda Ika kan sukanya teh hijau," ucap Raina dengan wajah polosnya.
"Yaudah siniin satu gelasnya, itu punya saya," ujar Satya mengambil cangkir teh miliknya akan tetapi Raina menahan tangan Satya dengan sikunya.
"Ini imbalan buat aku, Bang Satya tunggu hasilnya besok. Mending Abang buat teh yang baru lagi aja. Permisi." Raina tersenyum kemudian dia berlalu untuk menghampiri Sada.
"Tadi pagi mie gomak saya diambil Sada, sekarang teh saya diambil Raina." Satya hanya bisa menghela napas dan mengalah.
🌻🌻🌻
Sada merasa bingung dengan dirinya, sejak tadi dia tidak bisa berhenti memikirkan percakapannya dengan Satya saat mereka menikmati senja di taman komplek.
"Kak Wira melakukan semua ini karena memang ingin atau karena hal lain?" tanya Sada. Tumben saja Satya mendadak melembut padanya, selama ini Sada terbiasa dengan Satya yang pemaksa.
"Hal lain maksud kamu apa?" Satya balik bertanya dengan wajah bingung.
"Kak Wira ngajak aku jalan-jalan keliling komplek, terus duduk di sini nikmatin senja, itu karena keinginan kak Wira atau... karena Kak Satria?" ucap Sada memperjelas pertanyaannya.
"Satria menitipkan kamu pada saya, artinya itu termasuk membuat kamu bahagia," jawab Satya setelah terdiam beberapa saat.
"Jadi semuanya karena kak Satria?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Roman d'amour[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...