Angin malam berhembus sedikit kencang yang menerbangkan anak rambut Sada. Gadis itu berdiri di balkon kamarnya sambil melihat jalanan di depan rumahnya yang masih lumayan ramai karena berbagai macam jajanan makanan tersaji di beberapa titik di sekitar rumah Sada walaupun jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam.
Zara jelas sudah tidur bersama Melody. Gadis kecil itu sangat cepat mengambil hati keluarga Sada dan malam ini dia memilih untuk tidur di kamar Melody. Sada menghela napas, pikirannya tentang gadis yang tadi siang mengantar Zara pulang belum juga hilang, perasaannya tak karuan lagi. Sada marah karena merasa dibohongi oleh Satya, juga dia merasa tak suka melihat wajah Kyara.
"Lo kenapa sih, Sada?" Sada memijit pelipisnya sambil memejamkan matanya.
"Jelas-jelas dia bilang sahabatnya kak Wira, ngapain lo kesal gini?" gumam Sada yang semakin merasakan perasaan marah yang kuat.
"Tapi emang ada persahabatan cewek dan cowok? Bodo ah."
Sada semakin merasa kesal pada dirinya. Sada kemudian membuka matanya dan pandangannya langsung bertemu dengan seseorang yang sudah berdiri di depan gerbang dengan ponsel yang menempel di telinganya.
"Ngapain pakai ke sini segala sih?"
Sada bergegas masuk ke dalam kamarnya bersamaan dengan ponselnya yang berdering. Memilih mengabaikan panggilan itu, Sada segera turun untuk bertemu dengan Satya. Lelaki itu pasti menelepon untuk menyuruhnya keluar.
"Mau ke mana?" tanya Papi yang sedang menonton berita di televisi.
"Ke depan sebentar. Ada kak Wira," jawab Sada.
"Jangan lama-lama."
"Kalau lama Papi tinggal periksa keluar aja."
Setelah mengucapkan itu, Sada beranjak keluar. Sebelum membuka gerbang, Sada mengatur ekspresinya terlebih dahulu agar terlihat biasa saja.
"Ngapain ke sini?" tanya Sada begitu dia membuka gerbang rumahnya.
Satya masih memakai seragam dinas. Artinya lelaki itu baru saja selesai bekerja. Satya mengamati Sada yang hanya memakai piyama tidur. Pandangan Satya terarah pada lengan baju Sada yang pendek, tanpa mengucapkan apapun Satya kembali ke dalam mobilnya untuk mengambil jaket.
"Pakai. Dingin," ucap Satya sambil menyerahkan jaketnya pada Sada. Sada yang sudah hafal dengan tabiat pemaksa Satya hanya bisa menurut. Dia mengambil jaket yang diberikan Satya lalu memakainya. Aroma khas Satya yang selalu menarik perhatian Sada langsung tercium.
"Zara udah tidur?" tanya Satya.
"Udah dari tadi," jawab Sada sesingkat mungkin.
"Maaf ya, tadi saya gak lihat telepon dari kamu," ucap Satya. Sada memang menelepon Satya tadi sore, tetapi atas permintaan Zara yang merindukan Ayahnya.
"Oh gak apa-apa, Zara cuma pengen ngobrol."
Suasana mendadak hening. Sada memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket milik Satya.
"Kok diem? Ke sini cuma mau bilang itu aja?" tanya Sada yang tidak tahan dengan keheningan.
Satya menatap Sada, belakangan ini dia selalu ingin bertemu dengan Sada walaupun hanya sebatas melihat gadis itu saja. Alasannya menitipkan Zara pada Sada juga sebenarnya hanya agar dia bisa bertemu dengan Sada.
"Kamu tadi ketemu Kyara?" tanya Satya. Mendadak Sada ingin mencecar banyak pertanyaan pada Satya karena gadis bernama Kyara itu.
"Gak mau sambil duduk aja kalau mau ngobrol? Capek berdiri, udah kayak orang upacara aja," ucap Sada.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Lãng mạn[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...