Sada bergerak gelisah dalam tidurnya, dia merasakan perutnya mulai sakit. HPLnya memang sudah lewat tiga hari, seminggu yang lalu juga Sada mengalami sakit perut yang sama, tetapi saat dia ke rumah sakit bersama Satya yang luar biasa panik, ternyata itu hanya kontraksi palsu. Mereka terpaksa pulang lagi.
Pukul 3 pagi, Sada akhirnya memutuskan untuk bangun. Satya sedang ada misi beberapa hari ini, orang tua Sada juga sedang di luar kota, jadi saat ini Sada menginap di rumah orang tua Satya. Sada mengusap pipi Zara yang tidur bersamanya lalu dia beranjak menuju kamar mandi.
Sada panik saat melihat flek di dalamannya. Perutnya sebenarnya sudah mulai sakit sejak sebelum tidur tadi, tetapi Sada pikir itu kontraksi palsu lagi. Namun melihat fleknya sekarang, Sada yakin apa yang dirasakannya ini adalah kontraksi asli.
"Oke Sada. Tenangin diri lo dulu," ucap Sada menghembuskan napasnya. Sebaiknya dia menunggu subuh saja, daripada mertuanya malah akan panik.
"Adik bayi, sabar sebentar ya? Opa sama Bunda masih tidur, kita tunggu subuh dulu. Oke?"
Sada memang sering sekali memberikan afirmasi pada bayinya, salah satunya adalah meminta anaknya lahir jika Yayahnya bebas tugas. Tapi kalaupun anaknya itu lahir sedangkan Ayahnya masih ada misi, Sada juga akan tetap senang.
Sada memutuskan untuk kembali tidur setelah mengganti pakaian dalamnya dan memakai pembalut. Pukul 4 lewat, sayup-sayup suara dari masjid terdengar, Sada sudah tidak bisa tidur lagi maka dia memutuskan untuk bangun dan segera mandi. Bunda juga pasti sudah bangun.
Sada memakai slip dress berwarna krem yang menjuntai hingga setengah betisnya dan melapisinya dengan long cardigan berwarna putih gading.
"Zara, nak, bangun sholat subuh dulu yuk." Sada membangunkan Zara dengan lembut. Sejak Zara masuk SD, Satya sudah mulai mendisiplinkan putrinya itu untuk sholat. Jika dulu saat masih TK, Zara sholatnya masih ikut-ikutan, maka sejak masuk SD Satya sudah mengajari putrinya untuk khusyuk dalam sholat.
"Ala sholatnya bisa libur dulu gak, Ibu?" Tanya Zara yang enggan membuka matanya. Sada yang mendengar itu tertawa tetapi dia kembali meringis karena rasa sakit yang kembali menghampirinya.
"Mana bisa libur, orang kalau udah gede tuh sholatnya gak libur, nak," jawab Sada. Zara merengek tapi dia membuka matanya.
"Doa bangun tidurnya baca dulu nak," ucap Sada. Zara kemudian membaca doa bangun tidur lalu dia beranjak duduk. Bukannya langsung berdiri, Zara malah melamun dulu. Persis seperti kebiasaan Sada jika bangun tidur.
"Sholawatannya panjang amat nak gak selesai-selesai," ujar Sada. Zara tertawa.
"Bu, Yayah pulangnya kapan?" Tanya Zara, hal yang selalu dia tanyakan setiap hari jika Satya pergi untuk misi.
"Belum tahu, nak, kan Yayah belum telepon. Sana wudhu, terus sholat, Ibu mau ketemu Bunda sebentar," ujar Sada. Zara mengangguk lalu dia meregangkan ototnya dan menuju toilet sedangkan Sada langsung keluar.
"Loh? Udah seger aja?" Bunda yang sedang membuat teh hijau menatap menantu satu-satunya dengan heran.
"Bun, perut aku udah sakit, kayaknya udah mau lahiran deh, tadi juga udah ada flek waktu Sada cek," jelas Sada. Bunda menyesap teh hijaunya.
"Yaudah Bunda mau mandi dulu. Nanti kalau Abi udah pulang dari masjid, kita langsung ke rumah sakit," ujar Bunda dengan santai. Sada menganggukkan kepalanya.
Tetapi santainya Bunda jelas berbanding terbalik dengan Abi. Pria yang berusia akhir 50-an itu langsung heboh begitu tahu menantu kesayangannya akan segera melahirkan.
"Kita ke rumah sakit sekarang!" Abi yang masih memakai baju koko berjalan hilir mudik dengan tidak tenang.
"Abi ih, mandi dulu sana, ganti baju," ucap Bunda mendelik kesal pada Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Roman d'amour[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...