Setelah menggelar akad dan resepsi di Jakarta, kini Sada dan Satya memulai serangkaian prosesi adat Batak. Prosesi adat dimulai dengan 'Mangalo-alo Boru dan Manyantan Boru' untuk menyambut Sada dan Satya dari Jakarta. Kemudian keesokan harinya dilanjutkan dengan acara 'Mangalehan Marga To Boru Na Di Oli' yang merupakan acara pemberian marga untuk Sada. Marga yang diberikan adalah marga yang berasal dari Bunda. Karena Bunda bermarga Sinaga, maka Sada pun mendapatkan marga yang sama.
Acara berlanjut pada hari berikutnya hingga tiga hari kemudian. Tiga hari yang menurut Sada benar-benar menguras energinya karena begitu banyak tamu yang hadir. Apalagi saat resepsi, banyak para petinggi Sumatera Utara yang turut hadir. Begitu acara berakhir, malam harinya Sada langsung membaringkan tubuhnya setelah membersihkan dirinya. Sada dapat merasakan badannya yang mulai hangat, sepertinya dia akan demam karena kelelahan.
"Kak Wir," panggil Sada.
"Ya?" Satya menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel di genggamannya. Sebelah tangannya lagi sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Aku kayaknya mau demam deh," ucap Sada.
Satya langsung menolehkan kepalanya dan meletakkan ponselnya.
"Badan aku agak hangat," ucap Sada lagi. Satya memegang pelipis Sada lalu beralih memegang pergelangan tangan Sada, memang tubuh istrinya itu terasa lebih hangat dari biasanya.
"Biasanya kamu minum obat apa? Biar saya belikan," ucap Satya.
"Beliin aku bye-bye fever aja sama paracetamol, ini aku pasti kecapekan deh," jawab Sada.
"Ya sudah, kamu istirahat saja, saya keluar sebentar beliin kamu obat," pamit Satya, wajah lelaki itu sedikit panik karena ini pertama kalinya dia menghadapi Sada yang sakit.
Sada mulai merasakan matanya memanas dan terasa berat. Sada memejamkan matanya, menuruti ucapan Satya untuk beristirahat. Entah berapa lama dia memejamkan matanya hingga Sada merasakan sesuatu yang dingin di pelipisnya.
"Minum dulu obatnya, setelah itu kamu tidur lagi," ucap Satya. Sada beranjak duduk dibantu Satya lalu meminum obat yang telah dibukakan Satya untuknya.
"Gak menggigil kan?" Tanya Satya sambil mengangsurkan gelas berisi air minum untuk Sada. Sada menggelengkan kepalanya.
"Tapi kepala aku sedikit sakit," ucap Sada.
"Baring lagi, biar saya pijitin," ujar Satya. Sada kembali membaringkan tubuhnya lalu Satya mulai memijit pelan kepala Sada.
"Saya minta maaf ya?"
Sada yang sudah memejamkan matanya pun kembali terjaga karena mendengar ucapan Satya.
"Maaf untuk apa? Kamu gak ada salah kok sama aku, kak," ujar Sada.
"Karena acara ini kamu jadi sakit," ucap Satya. Sada tertawa kecil.
"Gak apa-apa, aku malah senang. Bentar lagi juga sembuh kok, kan dijagain kak Wira," jawab Sada. Satya tidak mengucapkan apapun, tangannya terus bergerak memijit kepala Sada.
"Kok malah gak tidur?" Tanya Satya karena Sada masih terjaga.
"Belum ngantuk lagi aja," ucap Sada.
"Kakinya pegel gak?"
"Lumayan."
Satya kemudian beralih untuk memijit kaki sang istri.
"Jago kamu mijitinnya, kak. Sering-sering ya," ucap Sada lalu terkekeh.
"Iya, saya mau mijitin kamu sering-sering, asalkan sakitnya gak sering-sering," jawab Satya.
"Oke, suami," ucap Sada kemudian dia mulai memejamkan matanya. Dan tidak butuh waktu lama, Sada tertidur, selain karena pijitan dari Satya, efek obatnya juga sepertinya mulai bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...