Kondisi Sada perlahan membaik, tekanan darahnya memang masih tinggi karena hipertensi gestasional, tetapi sudah tidak dalam tahap membahayakan. Menurut penjelasan dokter, nanti tekanan darah Sada akan berangsur normal setelah melahirkan. Sudah satu minggu ini Sada diizinkan pulang, dan dua hari belakangan dia menginap di rumah mertuanya.
Sidang putusan terkait hak asuh Zara akan dilaksanakan besok lalu dilanjutkan dengan sidang terkait keluarga Benazir. Sada tidak akan mengikuti perkembangan sidang itu. Mendengar nama keluarga Benazir saja membuat Sada ingin menangis, maka Sada memilih untuk menghindar.
"Bunda."
Sada memanggil Bunda yang sedang melamun. Abi sudah menceritakan kejahatan keluarga Benazir pada Bunda. Dan sesuai dugaan Abi, Bunda shock hingga kondisinya drop. Bunda tidak menangis, hanya saja jadi lebih pendiam dan banyak melamun.
Satya sedang bekerja, Abi sedang sibuk mengurus kasus keluarga Benazir, dan Zara sedang sekolah ditunggui oleh Mbak Ani. Tadi Mbok Pia mengatakan pada Sada jika Bunda belum sarapan. Sada akhirnya berinisiatif untuk membujuk Ibu mertuanya makan.
"Bunda."
Sada kembali memanggil, kali ini tangannya menyentuh lengan Bunda. Bunda tersentak lalu menolehkan kepalanya. Bunda tersenyum tipis pada Sada.
"Bunda sarapan dulu ya? Tadi kata Mbok Pia, Bunda belum sarapan," ucap Sada dengan lembut. Biasanya hanya Abi yang bisa membujuk Bunda dan jika Abi tidak ada, Bunda akan melewatkan makan seperti sekarang.
Bunda menggelengkan kepalanya dengan pelan lalu kembali menatap layar televisi. Sada tahu pikiran Bunda berada di tempat lain.
"Sada tahu Bunda sedih. Sada juga sedih banget setelah dengar cerita dari kak Wira," ujar Sada dengan pelan. Satya melarang Sada untuk membahas hal itu, tetapi menurut Sada Bunda harus meluapkan perasaannya.
Bahkan saat konsultasi pada psikolog, Bunda tidak mengatakan apapun. Bunda memendam semua perasaannya.
Bunda masih diam.
"Kehilangan kak Satria berat banget kan buat Bunda? Sada juga dulu merasa begitu. Apalagi Sada akhirnya tahu ada yang sengaja melakukan hal jahat itu pada kak Satria," ucap Sada. Mata Bunda mulai berkaca-kaca.
"Saat kak Satria pergi, Sada merasa gak punya hal yang menyenangkan lagi. Sada berusaha baik-baik aja, memendam semuanya sendiri, bahkan saat bareng kak Wira, Sada selalu bandingin sama kak Satria tanpa sadar."
Sada mengambil napas. Membahas Satria selalu menimbulkan kesedihan yang mendalam bagi Sada. Apalagi Bunda yang adalah wanita yang telah melahirkan Satria dan merawatnya.
"Susah untuk Sada bangkit, Sada juga tahu Bunda susah, bahkan Bunda jauh lebih terluka dari Sada, Bunda jauh lebih sedih. Tapi Bunda juga harus tetap sehat. Sada makin sedih lihat Bunda drop."
Setetes air mata Bunda jatuh. Sada menggenggam tangan Bunda.
"Bunda masih punya Abi yang selalu sayang Bunda. Abi yang selalu melakukan apapun untuk Bunda. Bunda juga punya kak Wira yang selalu berusaha jaga Bunda, kak Wira yang berusaha buat Bunda senang. Bunda punya Zara yang selalu mau kasih Bunda perhatian, yang selalu mau nemenin Bunda. Bunda punya aku juga, dan sebentar lagi juga Bunda akan punya cucu lagi. Seenggaknya itu bisa buat Bunda sehat dan bertahan."
Isak tangis Bunda terdengar. Bunda menatap Sada.
"Satria salah apa sama mereka, nak? Satria gak jahat, Satria selalu ramah sama orang, tapi kenapa mereka yang gak kenal dengan Satria tega melakukan itu?" ujar Bunda disela isak tangisnya.
Sada ikut menangis.
"Kak Satria gak salah apapun, Bunda. Mereka yang salah, mereka yang jahat. Dan mereka akan mendapatkan balasannya. Mungkin gak setimpal, tapi setidaknya mereka akan hancur," ucap Sada. Perasaannya benar-benar sesak luar biasa. Melihat Bunda yang hancur jauh lebih membuatnya sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...