SERENDIPITY - 29

4.4K 804 38
                                    

Pagi-pagi sekali Sada sudah dijemput oleh Satya karena sebelum ke kantor, Sada ingin melihat kondisi Zara, selain itu juga sekalian Satya berangkat kerja. Katanya demam Zara sudah turun tetapi masih batuk.

"Sudah sarapan?" Tanya Satya membuka suara. Semakin mengenal Satya, rupanya lelaki itu peduli juga pada Sada, tidak sediam saat awal-awal mereka kenal.

"Udah," jawab Sada dengan singkat. Entahlah, dia masih kesal, bukan pada Satya, tetapi pada perkataan Lydia yang menembus mentalnya.

Satya melirik Sada sekilas, sepertinya mood gadis itu belum membaik.

"Nanti pulang jam berapa?" Satya kembali bertanya. Biasanya Sada yang lebih sering membuka obrolan, tetapi pagi ini Satya yang melakukannya karena aneh saja jika Sada mendadak jadi diam.

"Belum tau." Sada kembali menjawab dengan singkat. Satya tidak lagi membuka suara.

Sada menatap Satya yang fokus menyetir, seperti biasa lelaki itu selalu terlihat tampan. Sada tahu Satya pasti bersusah payah membangun obrolan. Satya adalah laki-laki yang tidak pandai berbasa-basi, tetapi jika mendadak lelaki itu melakukannya pasti membutuhkan usaha keras.

Sada kembali mengalihkan pandangannya ke jalan raya dengan musik yang mengalun memenuhi mobil, kebetulan lagu itu memutar salah satu musik favoritnya.

"Lagu kesukaan kamu ini," ucap Satya lalu lebih memperbesar volume musik itu.  Lagu milik Lee Hi yang berjudul HOLO mengalun lembut.

"Kok kak Wira tau?"

"Kan sering kamu putar musiknya," jawab Satya. Entah mengapa Sada merasa perasaannya menghangat. Satya bahkan tahu hal kecil seperti ini, padahal dari luar lelaki itu terlihat tidak peduli.

"Kak Wira pernah pacaran gak sih?" Tanya Sada mendadak. Satya terdiam sejenak, Sada pikir lelaki itu tidak mau menjawabnya.

"Pernah satu kali waktu SMA," jawab Satya.

"Sama Lydia ya?" Tebak Sada dengan asal.

"Bukan. Ada dulu teman sekelas, tapi gak lama," ujar Satya.

Sada sejujurnya penasaran dengan Lydia ini, apalagi gadis itu sudah jelas sangat membencinya.

"Kenapa kakak gak sama Lydia aja? Dia kan sahabatnya Shena, otomatis deket sama Zara," ucap Sada.

Kening Satya berkerut. Ini Sada sedang cemburu atau kesal dengan Lydia?

"Dia memang sayang sama Zara, tapi saya gak ada rasa apa-apa sama dia," ucap Satya.

"Kalau dia yang ada rasa sama kakak, gimana?" Tanya Sada lagi. Melihat bagaimana perempuan itu membencinya sebagai calon istri Satya, mungkin saja kan dia menyimpan rasa pada Satya? Lagipula tidak susah untuk orang lain suka dengan Satya jika melihat penampilan fisik lelaki itu.

"Itu hak dia, urusan dia. Saya tidak punya kuasa atas perasaan orang lain terhadap saya, Persada," jawab Satya.

Sada tidak lagi membuka suara, perasaannya menjadi tidak enak terhadap Lydia.

🌻🌻🌻

Setibanya di kediaman orang tua Satya, rupanya sudah ada Lydia di sana. Gadis itu sedang menyuapi sarapan untuk Zara.

"Lydia? Kok di sini?" Tanya Satya dengan kening yang berkerut bingung. Lydia tersenyum lebar.

"Iya, tadi mau antar Zara ke sekolah, tapi ternyata dia sakit," jawab Lydia. Wajah ramahnya ini berbeda sekali saat kemarin menghadapi Sada.

"Zara udah enakan nak? Gak sakit lagi?" Tanya Sada yang berdiri di sebelah Satya.

"Enggak, kan sakitnya udah di usir Ibu semalam," jawab Zara lalu merentangkan tangannya, meminta untuk dipeluk.

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang