SERENDIPITY - 58

3.4K 595 36
                                    

Malam sudah beranjak, Sada mengusap perutnya dengan perasaan gelisah. Sidang kedua hak asuh Zara sudah selesai sejak tadi sore, bahkan kedua orang tua dan mertuanya tadi sudah menjenguknya. Tetapi hingga saat ini belum ada tanda-tanda kedatangan Satya. Sada menghela napas lalu melihat jam di ponselnya.

Pukul 22.14

"Kita tunggu Yayah ya nak, semoga gak ada apa-apa," ucap Sada. Tendangan di janinnya terasa, seolah merespon ucapan Sada.

Kata Bunda, sidang tadi siang berjalan alot. Keluarga Benazir membantah semua bukti-bukti, kemarahan mereka pecah saat bukti kejahatan mereka dikeluarkan sebagai alasan yang kuat ketidaklayakan mereka terkait hak asuh Zara. Tetapi penangkapan Lydia berhasil membungkam mereka. Setelah ini keluarga Benazir akan diinvestigasi oleh pemerintah hukum.

Mertuanya juga tidak mengetahui keberadaan Satya. Tadi setelah sidang selesai, Satya terlihat terburu-buru. Bunda dan Abi mengira Satya langsung ke Rumah Sakit, tetapi saat mereka tiba malah bingung karena Sada yang menanyakan Satya.

Kedua orang tua Sada menyuruh Sada untuk tetap tenang. Bisa jadi Satya ada misi darurat dan belum memberi kabar. Papi juga akan membantu untuk mencari tahu tetapi hingga saat ini Papi belum memberi Sada kabar lagi. Sada memejamkan matanya, tangannya masih terus mengusap perutnya sambil berusaha memikirkan kemungkinan terbaik.

Sada merasa perutnya agak tegang, tiba-tiba juga dia merasa mual. Dengan sedikit kesusahan, Sada beranjak menuju toilet. Pada trimester dua ini Sada jarang merasa mual. Mungkin karena pikirannya yang penuh, Sada jadi mual seperti ini. 10 menit kemudian, Sada kembali ke tempat tidurnya.

Sada memeriksa ponselnya dan chatnya masih ceklis satu. Sada meringis pelan merasakan kram pada perutnya.

"Tenang Sada," gumam Sada lalu dia segera memencet bel di samping tempat tidurnya. Tak lama suster datang.

"Ada yang bisa dibantu, Bu?" Tanya suster.

"Sus, perut saya agak kram," ucap Sada dengan pelan.

"Baik, tunggu sebentar Ibu, biar saya cek tensinya," ujar suster lalu bergegas untuk mengambil alat tensinya.

Tak sampai 1 menit, suster kembali dan melakukan pemeriksaan. Tensi darah Sada yang tadi pagi berangsur normal, kembali tinggi.

"Kita periksa janinnya dulu ya, Bu. Sebentar."

Suster bergegas keluar untuk memanggil dokter residen yang piket malam ini. Tak lama seorang dokter residen datang dengan membawa peralatan untuk memeriksa janin Sada.

"Apa yang dirasakan, Bu?" Tanya dokter residen itu.

"Perut saya agak kram, kepala saya juga pusing," ucap Sada. Dokter residen itu dengan cekatan memeriksa kondisi janin Sada.

"Janinnya baik-baik saja, posisinya juga aman, denyut jantungnya normal. Ibu Sada sedang banyak pikiran?"

"Iya dok. Saya khawatir sama suami saya, sampai saat ini dia belum ada kabar," ucap Sada.

"Ibu Sada tenang ya? Pikirannya dikelola dengan baik. Besok biar dokter Irish yang melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sekarang Ibu Sada istirahat, kalau satu jam ke depan perutnya masih kram, kabari kami," ucap dokter residen itu setelah menyuntikkan sesuatu di cairan infus Sada.

Sada mengangguk pelan, dia mengucapkan terimakasih lalu dokter residen dan suster itu pamit.

"Maafkan Ibu ya, adik bayi. Ibu akan coba tenang," gumam Sada. Sada adalah orang yang gampang sekali panik, tetapi dia terus berusaha untuk tetap menjaga pikirannya. Sada mengatur nafasnya, sekali lagi dia berusaha untuk tidak cemas.

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang