Sada berjalan mondar-mandir di toilet dengan perasaan gugup. Tadi begitu hanya tinggal dirinya dan Satya berdua, mendadak Sada merasakan sebuah perasaan canggung dan takut pada saat bersamaan. Hatinya mengatakan, ini saatnya. Tetapi otaknya berusaha keras menolak karena gugup.
Dan Sada langsung bergegas ke toilet untuk membersihkan diri lebih dulu. Mungkin saat Satya yang membersihkan dirinya nanti, Sada bisa pura-pura tidur. Itu sudah dia rencanakan. Apalagi sahabat-sahabatnya malah meledeknya, membuat Sada tidak mau lagi membuka obrolan grup chatnya.
"Oke. Lo bisa pura-pura tidur, pura-pura sakit atau apapun itu, asal jangan malam ini dulu," gumam Sada lalu dia segera membersihkan dirinya, Sada bahkan sudah membawa pakaian gantinya ke toilet.
Setelah membersihkan diri, Sada beranjak keluar. Rambutnya yang setengah basah dibiarkan tergerai. Satya yang sedang memeriksa ponselnya menolehkan kepalanya begitu Sada keluar dari toilet.
"Sudah mandinya?" Tanya Satya.
"Udaaah," jawab Sada dengan ceria, padahal dia sedang berusaha keras menutupi kegugupannya.
"Tadi saya sudah pesan makan, kalau saya masih mandi, kamu yang buka pintunya ya," ucap Satya.
"Okey," jawab Sada. Satya tersenyum tipis lalu meletakkan ponselnya di atas nakas dan bergegas ke toilet untuk mandi.
Sada menghembuskan napasnya begitu pintu toilet tertutup lalu segera merebahkan dirinya.
"Gue harus tidur. Harus." Sada berucap penuh tekat dan memejamkan matanya, tak peduli dengan rambutnya yang belum dikeringkan.
Baru saja lewat satu menit, pintu kamar tempat Sada dan Satya menginap diketuk beberapa kali. Mungkin makanannya udah dateng.
Sada segera beranjak bangun kemudian membuka pintu kamar.
"Eh? Anak Ibu kok di sini?" Tanya Sada sedikit terkejut dengan kehadiran Zara yang datang sendirian. Gadis kecilnya itu memeluk boneka dengan piyama tidur bergambar buah strawberry, rambutnya tergerai lurus setengah basah. Zara juga baru selesai mandi, sama seperti Sada.
"Ala mau lihat Ibu aja sebelum Ala bobo, Ala seneng setiap hari nanti bisa lihat Ibu terus," jawab Zara dengan wajah yang berbinar ceria.
Sada tersenyum, putrinya itu selalu saja mengucapkan hal manis yang tidak pernah terpikirkan oleh siapapun.
"Ibu juga senang," ucap Sada lalu tiba-tiba saja dia memikirkan sesuatu, seperti ada lampu yang menerangi dirinya sejenak.
"Zara mau gak tidur sama Ibu dan Yayah?" Tanya Sada penuh semangat.
"Emang boleh, Bu?" Zara balik bertanya dengan wajah penuh harap.
"Boleh dong!"
"Ala mauuu!"
Sada tersenyum lebar. Kenapa dia tidak memikirkan hal ini dari tadi sih? Sada mengulurkan tangannya kemudian dia masuk bersama dengan Zara.
Tak berapa lama, Satya keluar dari toilet. Aroma sabun dan sampo hotel langsung menguar.
"Sada, makanannya udah--"
Ucapan Satya terhenti saat melihat Sada dan Zara yang sedang bercengkerama di kasur.
"Lho? Kok ada Zara di sini?" Tanya Satya tak melanjutkan ucapannya.
"Zara mau tidur bareng aku sama kamu, boleh kan?" ucap Sada sambil tersenyum. Zara juga ikut tersenyum menatap sang Ayah.
"Oh, boleh kok," jawab Satya.
"Tuh kan! Boleh sama Yayah. Kita tidur bertiga. Zara happy?" Sada menoleh pada Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...