Berjauhan dengan Satya ternyata begitu berat bagi Sada, tetapi Sada tentu saja tidak pernah mengatakannya pada sang suami. Sada menatap ponselnya dengan ragu, hari ini Raina akan melahirkan anaknya melalui prosedur operasi caesar tetapi tidak ada Aries yang menemaninya. Kebetulan Aries sedang ada latihan gabungan di tempat yang sama dengan Satya, maka Sada menawarkan untuk mencoba menghubungi Satya karena ponsel Aries tidak aktif.
Setelah menemani Zara tidur siang, Sada pamit pada Abi untuk ke Rumah Sakit. Bunda sudah pergi duluan bersama Mamanya Aries. Tadi Sada ingin ikut bersama, tetapi Sada harus menemani Zara makan dan tidur siang dulu.
Sada masih menatap ponselnya dengan ragu kemudian akhirnya memilih untuk menghubungi Satya duluan walaupun Sada masih kesal pada suaminya itu karena tidak memberinya kabar seharian kemarin. Pada nada sambung ke empat akhirnya panggilan Sada mendapat jawaban.
"Halo Sada?"
"Kak Wir, kamu lagi sama Bang Aries gak?" Tanya Sada tanpa basa-basi. Ingat, dia sedang kesal dengan Satya.
"Enggak. Ada apa?"
"Raina hari ini lahiran, ponselnya Bang Aries dihubungi gak aktif terus. Kamu tolong kasih tahu ya?"
"Iya, setelah ini saya beritahu Aries. Kamu gimana?"
"Apanya?"
"Kondisi kamu, Persada."
"Baik-baik aja." Sada menjawab dengan malas.
"Kamu marah?"
"Enggak."
"Saya minta maaf ya semalam gak hubungi kamu, kemarin latihannya padat, selesainya sudah tengah malam, saya takut ganggu istirahat kamu."
"Iya."
"Yaudah, nanti saya hubungi kamu lagi."
Setelah panggilan itu berakhir, Sada jadi sedikit menyesal karena bersikap cuek pada Satya, tetapi disaat bersamaan dia juga kesal. Sada jadi bingung sendiri dengan perasaannya.
Setibanya di Rumah Sakit, Sada tidak langsung ke kamar inap Raina. Sada malah berbelok ke dokter untuk memeriksa keadaannya. Seminggu ini Sada mudah merasa lelah saat bekerja, pinggangnya juga suka tiba-tiba nyeri tetapi tak kunjung datang bulan.
Setelah melakukan pemeriksaan dan mendapat rujukan untuk pemeriksaan lanjutan, Sada beranjak menuju toilet dan membaca hasil pemeriksaannya itu. Jantungnya berdetak kencang, walaupun dokter telah memberitahunya langsung namun Sada masih tidak percaya.
Air matanya jatuh, Sada benar-benar tidak menyangka hal ini terjadi padanya. Ada sedikit ketakutan karena tidak ada Satya di dekatnya, tetapi Sada harus menghadapinya.
Sada menghembuskan napasnya, menenangkan dirinya lalu memasukkan hasil pemeriksaannya ke dalam tas kemudian beranjak menuju kamar inap Raina. Saat Sada hendak mengetuk pintu, suara dari dalam terdengar.
"Semoga setelah ini kamu bisa menyusul ya, Ka." Suara Mama Nada terdengar.
"Aamiin."
"Raina juga doain, semoga Bunda lekas punya cucu lagi."
Sada menggigit bibir bawahnya, dia ingin menangis tetapi sebisa mungkin di tahan. Setelah menunggu beberapa detik, Sada mengetuk pintu kamar inap Raina lalu membukanya.
"Eh, anak cantikku udah datang," sambut Bunda dengan hangat lalu bergerak mendekati Sada. Bunda memeluk Sada lalu mengecup kedua pipi Sada.
"Kok lama ke sininya?" Tanya Bunda.
"Tadi Sada ke dokter dulu, Bunda. Seminggu ini kan Sada lemas terus," jawab Sada.
"Terus gimana? Gak ada yang serius kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Roman d'amour[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...