SERENPIDITY - 51

5.2K 704 27
                                    

Sada menyantap buah pepaya yang disuap Satya dengan enggan. Hari ini Sada diputuskan untuk rawat inap satu hari untuk observasi karena takut ada reaksi alergi berat yang dapat mengancam nyawa Sada dan juga janin dikandungannya.

"Gak usah kesal begitu mukanya," ucap Satya. Sada menghela napas lalu menelan buah pepayanya.

"Aku mau mie ayam, gak mau makanan rumah sakit, gak enak," jawab Sada.

"Enak kok. Menunya menggiurkan gitu. Ada pudding juga tuh kesukaan kamu," ucap Satya.

"Aku mau makan, tapi kamu dulu yang cicipi makanannya, kalau gak enak aku dibeliin mie ayam," ujar Sada.

"Oke. Kalau enak, harus sampai habis makannya," jawab Satya.

"Iya, disuapin kamu ya tapi," ujar Sada.

"Emang ini saya lagi ngapain?"

Sada terkekeh lalu kembali membuka mulutnya saat Satya memasukkan potongan pepaya terakhir di mulutnya. Satya kemudian membuka satu persatu makan malam untuk Sada. Nasi putih, sate lilit ayam, tempe asam manis, dan sayur bening. Satya mencicipi makanan itu satu per satu.

"Enak beneran kok, ini kalau Zara yang makan pasti lahap," ucap Satya.

"Nasinya keras gak?"

"Enggak, kayak nasi di rumah."

"Mau mie ayam."

"Nanti ya? Kalau udah keluar dari Rumah Sakit, mau makan apapun, boleh."

"Bohong. Waktu itu aku mau kue pancong gak kamu kasih," ucap Sada.

"Itu kan setengah matang, kamu itu lagi hamil jadi makannya harus yang matang. Sekarang buka mulutnya," ucap Satya mengangsurkan sendok di depan mulut Sada.

"Kebanyakan itu nasinya, kamu mah kalau nyuapin udah kayak aku gak makan setahun," ujar Sada.

"Ya Allah." Satya menghela napas lalu mengurangi porsi nasi di sendoknya. Menghadapi Sada yang sedang hamil selalu menguji kesabarannya. Satya yang selama ini apa-apa selalu galak dipaksa bersabar, ingin marah tapi Sada adalah istrinya dan sedang hamil anak mereka pula.

Setelah Satya mengurangi porsi makanan di sendoknya, Sada akhirnya membuka mulutnya.

"Enak kan?"

Sada terkekeh.

"Iya, enak."

Satya tersenyum dan mengusap puncak kepala Sada kemudian menyuapi sang istri hingga makanannya habis. Sada mengusap perutnya.

"Enak nak?" Tanya Sada menunduk menatap perutnya.

"Ohh enak, apalagi disuapin Yayah," ucap Sada lagi lalu beralih menatap Satya. Satya mengusap perut Sada tetapi beberapa detik kemudian langsung menjauhkan tangannya dengan ekspresi kaget.

"Eh adik bayi nendang," ucap Sada. Ekspresi Satya terlihat kaget dan tidak percaya disaat yang bersamaan. Melihat itu Sada tak bisa menahan tawanya.

"Itu barusan dia nendang?" Tanya Satya.

"Iya. Kenapa? Gak nyangka ya?"

Satya mengangguk lalu kembali meletakkan tangannya di perut Sada. Sada memperbaiki posisi tangan Satya dengan meletakkannya di perut bagian bawahnya. Ini adalah kali pertama Satya merasakan tendangan kecil dari anaknya.

"Adik bayi, nendang lagi dong, Yayah mau rasain lagi," ucap Satya. Sada ikut mengusap perutnya.

"Adik bayi, ayo nendang lagi. Agak kencang dikit ya? Ayo nak, yuk."

Tendangan itu kembali terasa. Sada dan Satya saling bertatapan sejenak lalu mereka tertawa.

"Gemesin kan?" Tanya Sada dengan tatapan antusias. Satya menganggukkan kepalanya.

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang