SERENDIPITY - 52

5.5K 709 54
                                        

Hari ini Sada berencana untuk menjemput Zara pulang sekolah. Rasanya sudah lama sekali Sada tidak menjemput putrinya. Selepas giat Ibu Pia selesai, Sada langsung bergegas menjemput Zara diantar Pak Bahar tanpa mengganti pakaiannya lebih dulu karena jam pulang Zara hanya tinggal beberapa menit lagi.

Jarak sekolah Zara dari rumah dinas Satya cukup dekat, hanya 5 menit menggunakan kendaraan. Begitu Sada tiba di sekolah Zara, bersamaan dengan siswa kelas 1 yang bubar. Anak-anak berlarian menuju kendaraan mereka. Sada sengaja hanya meminta Pak Bahar yang turun karena ingin memberi kejutan untuk Zara.

Sada tersenyum melihat Zara yang berjalan riang dengan tangan yang digenggam Pak Bahar. Begitu membuka pintu mobil, Zara berseru melihat sang Ibu yang tersenyum.

"Surprise!"

"Ibu!"

Zara buru-buru naik dibantu Pak Bahar lalu dia memeluk Sada dengan erat. Pak Bahar tersenyum lalu menutup pintu mobil dan kembali ke balik jok kemudinya.

"Ibu kok gak bilang mau jemput Ala?" Tanya Zara lalu mengurai pelukan mereka.

"Kan biar surprise. Seneng gak?"

"Seneng dong. Terus kita pulangnya ke rumah Yayah atau ke rumah Opa?"

"Ke rumah Opa dong, kan kita nginap di sana," jawab Sada.

"Yaah padahal kan Ala mau main sama Tisa, kapan sih Bu kita balik ke rumah Yayah?" Zara menatap Sada dengan wajah cemberut. Sada mengelus puncak kepala putrinya.

"Nanti kita tanya Yayah kapan balik lagi ke rumah ya?"

Zara menganggukkan kepalanya. Putrinya itu sejak tinggal di rumah dinas benar-benar banyak menghabiskan waktu bermain di luar dan tentu saja tidak sulit bagi Zara untuk mendapat teman baru. Apalagi di lingkungan mereka banyak anak kecil yang usianya tak jauh dari Zara.

Setelah meminta Pak Bahar untuk pulang ke rumah Abi, Sada pun mendengarkan Zara yang menceritakan aktivitasnya di sekolah.

"Oh iya Bu, tadi ada Om yang ngasih Zara permen," ucap Zara.

"Om siapa?" Tanya Sada dengan kening yang berkerut bingung.

"Gak tahu, Ala gak kenal sama Om nya," jawab Zara.

"Terus? Permennya Zara terima?"

"Enggak, kan kata Ibu gak boleh terima sesuatu dari orang asing, gak boleh pulang bareng orang asing, dan gak boleh ngomong sama orang asing," ucap Zara. Dia masih mengingat dengan jelas ucapan Sada saat dia masih TK dulu. Bahkan sekalipun dengan orang yang dikenal, Zara harus menghubungi Ibu atau Yayahnya terlebih dahulu melalui guru sekolahnya.

"Iya. Zara juga harus hati-hati, kalau main bareng teman-temannya, harus di tempat ramai."

"Terus kalau dalam bahaya harus teriak minta tolong kan, Ibu?" Tanya Zara yang sudah hafal ucapan Ibunya karena hampir setiap malam jika menemani Zara tidur, Ibu akan mengucapkan kalimat itu.

Sada yang mendengar itu tertawa.

"Iya nak, betul."

"Ala udah hafal, jadi Ibu tenang aja."

"Mana bisa Ibu tenang kalau Zara gak ada dalam pengawasan Ibu? Apalagi kan Zara masih kecil," ujar Sada.

"Ih Ibu ini, Zara udah gede, kan bentar udah mau jadi kakak. Yang kecil itu adik bayi, buktinya sama Ibu terus ke mana-mana," jawab Zara.

"Baiklah anak gede."

Sada kemudian menciumi Zara yang duduk di sebelahnya hingga tawa Zara mengisi sisa perjalanan pulang mereka.

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang