Sada memasuki pekarangan sekolah Zara untuk menjemput putrinya. Tadi pagi Bunda meminta tolong pada Sada untuk menjemput Zara karena Bunda harus menemani Abi keluar kota.
"Loh? Ibunya Zara? Ada perlu apa?" Sapa Ibu Silvy. Sada tersenyum tipis.
"Mau jemput Zara, tapi saya lihat di taman bermain kok gak ada ya, Bu?"
"Zara sudah dijemput tadi, Bu, sama wanita muda. Saya juga sudah konfirmasi ke Ayahnya Zara dan beliau mengizinkan, beliau juga kenal dengan wanita muda itu," jelas Ibu Silvy.
Kening Sada berkerut, apa mungkin Kyara? Tapi Satya mengapa tidak memberitahunya? Kalau Bunda meminta tolong pada Sada artinya Bunda tidak tahu jika Zara dijemput orang lain.
"Oke kalau gitu, terima kasih informasinya Bu Silvy, saya permisi dulu," pamit Sada tetapi pikirannya masih belum tenang.
"Baik Ibu Zara."
Sada kemudian berbalik kembali ke mobil yang dikemudikan Pak Malik.
"Pak, balik ke kantor lagi ya, Zara udah ada yang jemput ternyata," ucap Sada lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Kyara. Seharusnya Kyara menjawab panggilannya jika saat ini bersama Zara.
Benar saja, tidak butuh waktu lama panggilan telepon Sada mendapat jawaban.
"Halo Sada."
"Kyara, maaf ganggu. Aku cuma mau make sure aja, kamu yang jemput Zara ya?"
"Hah? Enggak, ini aku lagi mau praktek. Bang Satya juga gak minta tolong apa-apa tentang Zara. Memangnya ada apa?"
"Tadi Bunda minta tolong aku jemput Zara, tapi kata gurunya Zara udah dijemput sama perempuan muda gitu, udah diizinin juga sama kak Wira, aku pikir kamu."
"Bukan. Kamu coba tanya ke Abang aja kalau khawatir."
"Yaudah kalau gitu, makasih ya Ky, sorry ganggu waktu kerja kamu."
"Gak masalah."
Panggilan itupun berakhir. Sada menatap kontak Satya dan akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi lelaki itu lebih dulu. Sada hanya tidak ingin saja mengganggu waktu kerja Satya jika dia menghubunginya duluan. Panggilan Sada tidak mendapat jawaban. Sada beralih menghubungi Mbak Ani, berpesan untuk menghubunginya kembali jika Zara sudah tiba di rumah.
"Teteh kenapa seperti cemas begitu? Ada yang dipikirkan?" Tanya Pak Malik yang melihat ekspresi Sada dari balik spion tengah mobil.
"Aku gak tenang aja, Pak. Aku gak kenal sama yang jemput Zara, tapi kata gurunya Zara tadi kak Wira udah kasih izin, yang artinya kak Wira kenal," jelas Sada.
"Kalau begitu Teteh gak usah khawatir, lagipula Pak Wira mana mungkin membahayakan putrinya sendiri," ucap Pak Malik menenangkan Sada.
Sada mengangguk pelan, mungkin ini hanya ketakutannya saja. Benar kata Pak Malik, Satya tidak mungkin mencelakakan anaknya sendiri. Tetapi Sada masih penasaran dengan wanita muda yang menjemput Zara itu.
Dia siapa ya?
🌻🌻🌻
Sudah pukul 1 siang, tetapi Mbak Ani memberi kabar jika Zara belum pulang. Padahal sudah memasuki waktu Zara untuk tidur siang seharusnya. Jika tidak tidur siang, Zara akan tidur selepas maghrib lalu akan bangun pada pukul 10 malam dan tentu saja menyebabkan tidur malamnya berantakan.
Sada kembali menghubungi Satya dan akhirnya panggilannya mendapat jawaban.
"Kak, yang jemput Zara siapa?" Tanya Sada to the point. Perasaan cemas dan kesalnya bercampur menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...