SERENDIPITY - 6

15.6K 1.8K 112
                                    

Sada berjalan mondar-mandir di depan ruang kerja Papinya. Ini karena saat Satya mengantarnya pulang tadi bersamaan dengan mobil Papinya yang baru saja tiba.

Sada sebenarnya melarang Satya untuk menyapa Papinya, dia benar-benar belum siap dengan hubungan mereka yang masih seperti benang kusut, tetapi Satya memilih sebaliknya. Menyapa Papi yang jelas kentara sekali heran mengapa anggota kesayangannya itu malah mengantar putri sulungnya.

Baru saja tadi dia mengetahui tentang keberadaan anak angkat Satya, kini dia ketahuan Papi.

"Sudah tidak apa-apa," ucap Ibu yang sejak tadi duduk tak jauh dari tempat Sada berdiri.

"Udah hampir satu jam, Bu," ucap Sada. Dia bingung, kenapa dia harus khawatir? Apa yang sebenarnya dia khawatirkan?

Suara kunci diputar membuat Sada buru-buru beranjak duduk di samping Ibunya dan langsung membuka ponselnya. Ibu menahan tawa melihat perubahan sikap Sada.

Wajah Papi yang tadi terlihat serius saat mengajak Satya bicara, kini terlihat sedikit bahagia.

"Saya tunggu kedatangan kamu dan orangtua mu."

Sada langsung mendongakkan kepalanya. Sebenarnya apa yang dibicarakan Satya dengan Papinya?

"Siap, kalau begitu saya permisi, Ndan," ucap Satya, dia mencium punggung tangan Papi lalu memberikan hormat.

"Teteh, anter Satya sampai depan," perintah Papi yang langsung dipatuhi Sada. Ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.

"Kamu ngomong apa ke Papi, kak?" tanya Sada saat mereka menuruni anak tangga.

"Semuanya," jawab Satya dengan enteng.

"Iya, apa aja?"

"Tentang permintaan mendiang Satria dan rencana menikahi kamu," ucap Satya.

"Emang aku mau nikah sama kamu, kak?" Sada menatap Satya dengan sengit. Satya menghentikan langkahnya.

Dia menatap Sada dengan tajam, membuat nyali Sada langsung ciut.

"Jangan bermain-main Persada, tadi kamu sudah menyetujuinya saat di taman," ucap Satya dengan serius.

Sada berdecak.

"Bercanda kak, hidup tuh gak usah serius banget," cibir Sada dengan kesal lalu melangkah mendahului Satya.

"Pernikahan itu bukan candaan, ketika kamu mengiyakan artinya serius," jawab Satya.

"Iya.. Iya.. Kaku banget sih kayak kanebo."

Satya tak mengatakan apapun lagi hingga mereka tiba di halaman depan.

"Akhir pekan nanti, kamu sibuk gak?" tanya Satya.

"Nanti aku cek, kalau gak ada event aku kabarin kakak," ucap Sada. Satya mengangguk singkat kemudian dia pamit untuk pulang karena sudah tengah malam.

🌻🌻🌻

Rasanya baru kemarin Sada merasakan debaran pertama saat dia jatuh cinta. Merasakan bagaimana seseorang begitu perhatian padanya, bahkan hari-harinya dipenuhi dengan lengkungan senyum.

Setiap malam, rasanya dia tidak sabar menunggu esok. Dia selalu penasaran dengan jokes receh dari kekasihnya, atau menunggu sambil menghitung hari agar bisa kembali berjumpa dengan kekasihnya.

Tetapi ternyata, secara tidak langsung Sada seperti menghitung hari kematian Satria, dan saat itu tiba seperti bom waktu, Sada amat hancur.

Awalnya, untuk ke pusara mendiang sang kekasih saja rasanya begitu menyesakkan, walaupun perlahan rasa sesak itu memudar berganti dengan kerinduan yang membuncah.

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang