Menjadi ibu rumah tangga yang sekaligus juga bekerja ternyata tidak mudah bagi Sada. Sebelum kerja, dia harus mengurus keperluan suaminya, melepas suaminya bekerja, baru setelah itu Sada bersiap-siap ke kantor. Ditambah lagi jika memiliki kegiatan ibu-ibu Pia Ardhya Garini, waktu Sada benar-benar banyak dihabiskan di luar rumah. Selain itu juga ada Zara yang perlu diperhatikan aktivitas sekolahnya.
Selain urusan itu semua, masih ada urusan keuangan yang membuat Sada harus banyak berpikir, bagaimana dia mengelola keuangannya. Sada kini duduk tercenung dengan struk sisa saldo atm di tangannya dan layar laptop yang menampilkan desain gaun kliennya yang masih setengah jadi.
"Bentar, ini dua ratus ribunya ke mana?"
Sebulan ini Sada berusaha keras untuk beradaptasi dengan status barunya itu.
"Gak gue tulis juga kemarin pengeluarannya apa," gumam Sada yang bermonolog dengan dirinya.
"Persada."
"Hah?" Sada tersentak kaget saat merasakan lengannya disentuh. Sada menolehkan kepalanya dan mendapati Satya yang sudah berdiri dihadapannya.
"Saya dari tadi manggil kamu, kenapa melamun?"
Sada mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya.
"Aku lagi mikir aja, ini saldo atm kurang dua ratus ribu, aku habis beli apa ya?"
"Kan kemarin saya isi bensin mobil. Kamu lupa?"
Sada memejamkan matanya sesaat.
"Oh iya ya."
"Jadi dari tadi kamu melamun mikirin itu? Sampai saya pulang juga kamu gak sadar," ucap Satya.
"Maaf ya, aku pusing banget soalnya, mood aku juga lagi gak bagus hari ini," ujar Sada. Satya mengusap puncak kepala Sada dengan lembut.
"Terus gimana biar mood kamu bagus lagi?" Tanya Satya.
"Aku mau healing, kita liburan yuk ke Bali," ajak Sada.
"Enteng kali ngomongnya ya. Kita baru cuti nikah sebulan yang lalu," ucap Satya.
"Staycation aja kalau gitu, kita ajak Zara juga. Weekend ini aku gak ada event lho," ujar Sada.
"Lihat dulu saya ada kerjaan atau enggak," jawab Satya. Sada tersenyum dan mengangguk setuju.
"Oh iya, kamu udah makan malam? Tadi aku buat tempe bacem, kamu cobain ya?"
"Belum. Kalau gitu kamu siapin makanannya, saya mau mandi dulu."
Sada menyerahkan handuk pada Satya lalu dia bergegas menuju dapur, menyiapkan makanan untuk suaminya.
Masakan Sada sebulan ini mulai menunjukkan progress yang baik. Sada sudah handal memasak nasi, lauk yang dimasaknya pun juga rasanya tidak separah saat minggu pertama dia memasak untuk Satya walaupun tetap saja masih ada yang kurang.
10 menit kemudian, Satya sudah mengganti seragamnya dengan pakaian santai. Dia menatap menu di depannya. Ada tempe bacem dan sayur bayam.
"Tadi pas aku makan sih enak," ucap Sada sambil menyendok nasi di piring Satya.
"Ya berarti enak. Apapun yang kamu masak juga selalu enak kok," jawab Satya.
"Bohong banget. Kamu mah biar rasanya asin banget juga kamu bilang enak," ujar Sada.
"Kan hasil masakan kamu, kamu berusaha keras untuk belajar masak," ucap Satya lalu dia mulai menyantap masakan Sada. Sada mengamati Satya, menunggu reaksi suaminya itu yang tetap saja datar.
"Gimana? Enak apa enggak? Muka kamu datar banget, gak ada ekspresi apa kek gitu," tanya Sada dengan tidak sabaran.
"Enak kok ini," ucap Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...