Libur akhir tahun akan segera tiba. Biasanya Sada akan berlibur keluar kota bersama keluarganya atau luar negeri bersama sahabat-sahabatnya seperti satu tahun yang lalu.
Sada menghembuskan napasnya, menatap nanar tanah merah yang dibubuhi kembang. Hampir 3 minggu kepergian Satria, dan duka itu masih dirasakan Sada. Seharusnya tahun depan dia bisa menata hidupnya bersama Satria tetapi Tuhan merenggutnya secepat kilat.
Manusia yang merencanakan tetapi Tuhan yang menentukan.
"Raina ngajakin aku liburan kak, tapi rasanya kemanapun aku pergi selalu ada bayangan kakak," ucap Sada lalu mengusap batu nisan yang berukir nama lengkap Satria.
Dia lelah harus berpura-pura. Dihadapan semua orang dia seolah terlihat kuat dan baik-baik saja, tetapi jika sendiri, Sada benar-benar tak berdaya.
Setelah puas menangis seperti hari-hari sebelumnya, Sada beranjak berdiri dan kembali membawa kepingan hatinya yang telah hancur. Entah sampai kapan Sada harus merasakan bayang-bayang Satria.
"Sada."
Gerakan Sada yang hendak memesan grab terhenti. Sada mendongakkan kepalanya dan berjengit kaget melihat seorang pria yang amat mirip dengan Satria.
Sada melangkah mundur, jantungnya berdetak kencang. Apa Satria kembali? Tetapi postur tubuh pria itu lebih tegap dan tatapan tajam pria itu memadamkan perasaan bahagia sesaat Sada.
"Saya antar kamu pulang," ucap pria itu lalu tanpa menunggu jawaban Sada dia menarik tangan Sada, membuat Sada tentu saja berontak.
"Lo siapa? Kita bahkan baru bertemu pertama kali," tanya Sada sambil terus berusaha melepaskan genggaman tangan pria itu.
"Melihat dari tatapan kaget kamu, saya rasa kamu sudah tahu siapa saya. Saya Perwira Satya Wasesa Nasution, kakak Satria Bimantara Nasution," ucap pria itu lugas.
Sada terpaku ditempatnya, bahkan tanpa sadar dia tidak berontak lagi dan mengikuti langkah Satya yang menuju tempat mobil pria itu terparkir.
🌻🌻🌻
Satya tak langsung mengantarnya pulang, pria itu berbelok di salah satu restoran dan tak memedulikan protesan Sada yang menolak makan karena dia memang sudah makan sebelum ke pemakaman Satria.
"Saya lapar dan juga saya tidak menawarkan kamu untuk makan," ucap Satya dengan wajah angkuhnya kemudian dia beranjak turun dari mobil.
Sada segera turun sebelum Satya mengunci pintu mobilnya. Dasar pria kasar! Rutuk Sada sambil berlari kecil mengikuti langkah lebar Satya.
Satya memesan makanan, benar-benar untuk dirinya sendiri tanpa menawarkan Sada walau hanya sekedar minum, padahalkan dia haus karena harus mensejajari langkah Satya.
"Saya Perwira Satya Wasesa Nasution, panggil saja Wira," ucap pria itu dingin. Sada mengangguk pelan. Gue gak nanya. Gumam Sada dalam hati.
"Saya kakak kandung Satria, kamu sudah tahu kan kenapa saya harus repot menyapa kamu?" tanya Satya.
Kedua alis Sada berkerut bingung. Pria itu tidak memberitahu maksudnya, dia malah langsung menyeret Sada seperti seorang penculik.
Satya berdecak tak sabaran.
"Satria menyuruh saya untuk menjaga kamu," ucap Satya to the point.
"Sebenarnya, lo ehm-- kamu tidak perlu repot untuk--"
"Ya, seharusnya memang tidak perlu," potong Satya. Sada mendengus, sekali lagi mengumpat dalam hati.
"Tapi karena ini permintaan Satria, dan saya sangat menyayanginya sebagai adik semata wayang saya, maka saya akan menjaga kamu," ucap Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romansa[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...