Sayup-sayup suara adzan dari masjid terdengar, Sada mengerjapkan matanya yang terasa berat. Saat dia hendak beranjak bangun, tubuhnya terpaku pada sebuah tangan yang melingkar di pinggang nya.
Sada tidak berani menoleh, dia tahu itu adalah Satya. Lengan pria itu menjadi bantal untuk kepala Sada. Jadi semalam mereka tidur di ranjang yang sama?
"Cepetan bangun Persada, tangan saya kesemutan," ucap Satya dengan suara serak khas bangun tidur.
Sada langsung beranjak duduk, dia bahkan membelakangi Satya. Sada menyibak selimut tipis yang membalut tubuhnya dan menghela napas lega karena masih memakai pakaian yang sama.
"Kita gak ngapa-ngapain semalam, hanya nonton lalu kamu tertidur," ucap Satya lalu dia beranjak duduk dan merenggangkan ototnya yang terasa kaku. Ini karena mereka tidur di ranjang yang sempit.
"Kakak kenapa gak bangunin aku sih semalam?" tanya Sada setengah kesal.
"Kamu tidurnya pules gitu, mana nyaman banget lagi di pundak saya," jawab Satya lalu dia beranjak menuju toilet. Sada cemberut.
Sada beranjak berdiri kemudian memperbaiki selimut Zara yang sedikit tersibak, gerakan Sada terhenti saat melihat cairan infus Zara yang masih banyak. Artinya perawat masuk ke sini dong?
Wajah Sada memerah. Dia tidak ileran di lengan Satya kan? Sada segera memeriksa wajahnya, tidak ada bekas iler. Artinya aman.
Eh tapi, gue gak ngorok kan ya? Kan gak elit, citra gue bisa jatuh.
"Sana wudhu, terus sholat subuh," ucap Satya membuyarkan lamunan Sada.
"Zara siapa yang jagain kak? Aku ada meeting pagi ini," tanya Sada.
"Nanti tante Nada ke sini bareng Kak Anya," jawab Satya. Dia bersyukur, keluarga dari pihak Papanya masih peduli dengan Zara walaupun gadis itu bukan darah daging Satya.
"Kenapa bengong lagi, Persada?" tanya Satya yang melihat Sada masih duduk di sisi ranjang Zara.
"Eh iya kak, ini juga udah mau ke toilet kok," jawab Sada gelagapan kemudian dia segera beranjak menuju toilet. Satya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sada.
🌻🌻🌻
"Kalau tante Sada pelgi juga, yang jagain Ala siapa dong?" Gadis kecil itu menahan tangis saat Sada pamit untuk bekerja.
"Nanti tante Sada ke sini lagi nak habis kerja, bareng sama Yayah juga," ucap Satya membujuk gadis kecilnya itu. Zara cemberut.
"Tante temenin sampai Nini dateng, mau ya? Nanti pulang kerja Tante bawain bakso bakar," ucap Sada lalu menundukkan kepalanya menatap Zara yang terus memeluk lengan Sada.
Zara menolehkan kepalanya pada Satya.
"Yah, Ala boleh makan bakso bakal?" tanya Zara. Satya tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.
"Tante janji bawain bakso bakal?" Zara mengulurkan jari kelingkingnya.
"Okey, janji! Tapi Zara nanti nurut sama Nini sama Tante Anya ya?"
"Deal!"
Satya menghela napas lega. Zara adalah tipe anak yang susah untuk dibujuk, tetapi setelah Sada hadir, gadis itu pandai membujuk Zara.
Tak lama kemudian Ibu dan Kakak pertama Aries datang. Zara langsung memekik senang. Nini Nada selalu memanjakannya, sama seperti Bunda dan Opa, beda ceritanya kalau sama Satya. Yayahnya itu selalu saja keras padanya.
"Aduh semangatnya cucu Nini ini," ucap Tante Nada lalu mengecup kening Zara.
"Jadi ini calonnya Satya?" Kak Anya menatap Sada kemudian tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...