EPILOG

5.8K 628 106
                                    

Serendipity

Kebetulan yang indah. Kebetulan yang sudah direncanakan dengan sangat baik oleh-Nya. Begitu pula dengan kisah Satya dan Sada. Mungkin awal pertemuan mereka tidak begitu baik, bahkan disebabkan oleh kepergian Satria. Tetapi tak ada yang menduga jauh sebelum itu, mereka pernah tak sengaja bertemu di Jabal Rahmah dengan Sada yang saat itu berdoa ingin bertemu jodohnya di sana. Hanya dalam hitungan detik doa itu terijabah, walaupun untuk saling tahu mereka butuh waktu bertahun-tahun kemudian.

Sada yang seperti kata Satria bisa sekuat bunga matahari juga terbukti dengan terus bertahan walaupun mengalami kesedihan yang mendalam ditinggal oleh orang yang dicintainya dengan tulus. Juga bertahan saat melahirkan putranya dengan Satya. Setelah perjuangan panjang Satya untuk membuat Sada mencintainya, akhirnya buah cinta mereka lahir dengan selamat, dengan tangis yang paling kencang yang membuat Satya ikut menangis haru.

Sebuket bunga matahari kini berada dalam genggaman Satya, dia melangkah menyusuri pemakaman lalu berjongkok di sebuah makam yang terakhir kali dikunjunginya 3 bulan yang lalu, sehari setelah putranya lahir. Satya tersenyum tipis lalu meletakkan buket bunga matahari itu di atas makam. Tidak ada lagi kesedihan di wajahnya seperti pertama kali dia ke makam ini.

"Hai, maaf baru sempat ke sini lagi," sapa Satya sambil mengusap nama yang terukir di nisan makam itu.

"Apa kabar di sana? Semua baik kan? Aku di sini juga baik, Bunda, Abi, dan Zara juga baik," ucap Satya lagi lalu dia menghela napas berat.

"Kaaak!! Ih main ditinggal aja, kebiasaan deh." Sada berseru sebal sambil menggenggam tangan Zara. Satya menolehkan kepalanya lalu tersenyum tipis.

"Naah, Ala sayang, ini rumah barunya uncle Satria. Uncle sekarang tinggalnya di sini, nak," ucap Sada begitu dia tiba di depan makam Satria lalu berdiri di sebelah suaminya.

"Terus uncle nya mana, bu?" Tanya Zara dengan bingung. Sada tersenyum.

"Ada di bawah. Orang-orang yang pergi dari dunia ini, tempatnya di bawah sana, nak," jawab Sada.

"Mamanya Ala sama Eyang juga dong?" Tanya Zara. Eyang yang dimaksud Zara adalah Maminya Sada. Sada menganggukkan kepalanya.

"Iya nak. Yaudah uncle nya disapa dong," ujar Sada. Zara menoleh menatap makam itu.

"Halo uncle, uncle kangen Ala gak? Ala kangen banget sama uncle. Oh iya Uncle, Ala sekarang udah punya adik lho, adiknya Ala ganteng kayak Yayah, adik juga udah bisa diajak main. Kalau lihat Ala, adik suka senyum," celoteh Zara. Sada dan Satya saling bertatapan dan tersenyum.

'Kak Satria, awalnya berat banget jalanin hidup tanpa kakak. Tapi kakak kirim kak Wira sebagai gantinya. Kak Wira buat aku jadi sekuat bunga matahari. Terima kasih, kak.' Sada ikut berjongkok seperti Zara.

'Adek, Abang sudah tepati janji untuk jaga Persada. Walaupun saat itu kamu tidak bilang harus menikahinya, tapi Abang memilih untuk menikah dengannya. Kamu benar, Persada begitu mudah dicintai. Dan sekarang Abang benar-benar jatuh cinta padanya.' Satya menatap Sada dan Zara yang kini berebut untuk bercerita pada Satria. Perasaannya benar-benar lengkap sekarang. Memiliki istri dan anak-anak yang amat dicintainya.

"Yah, habis ini kita ke tempat Mama Shena boleh gak?" Zara mendongak menatap sang Ayah dengan wajah penuh harap. Satya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Boleh nak."

"Kalau ke tempat eyang juga boleh?"

"Iya boleh, sekarang kita berdoa untuk uncle dulu ya." Satya kemudian mulai memimpin doa untuk Satria.

🌻🌻🌻

Tangis seorang bayi terdengar begitu Sada membuka pintu depan rumah dinas disusul dengan suara tawa geli dari dua orang.

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang