SERENDIPITY - 25

5.7K 881 108
                                    

Sada berdiri di depan rak bagian mie instan sambil berkacak pinggang. Disebelahnya, Sadam bersedekap sambil memindai berbagai macam mie instan di depan mereka. Ibu hanya mengizinkan mereka untuk mengambil sebungkus mie setiap orang.

"Pilihnya harus yang bener biar bisa saling nyicipin," ucap Sada.

"Iya tahu, ini juga aku lagi mikir mau yang mana, Teh," jawab Sadam. Di rumah juga pasti Melody sedang berpikir ingin dibelikan mie instan yang mana.

Ibu mereka adalah wanita yang tegas, mereka hanya boleh makan mie instan sebulan sekali, itupun atas izin Ibu. Sada bisa saja makan mie instan diam-diam, akan tetapi setelah itu dia akan merasa berdosa. Mungkin karena sejak kecil mendiang Mami selalu memberikannya amanah, kemudian Ibu yang sangat percaya pada mereka sehingga untuk berbuat tidak jujur, mereka pasti akan merasa bersalah seperti telah melakukan dosa besar.

"Kamu mau mie kuah atau mie goreng, Dam?" tanya Sada.

"Mie kuah."

"Aku juga mie kuah deh, terus dicampur telur, sayuran, pokoknya komplit deh," ujar Sada yang mulai membayangkan hidangan mie nya nanti seperti apa.

"Ody juga mau mie kuah," ucap Sadam setelah membaca balasan pesan dari Melody. Mereka pun akhirnya mengambil varian mie yang berbeda agar nanti bisa saling mencicipi. Setelah selesai, Sada dan Sadam beranjak menuju tempat Ibunya berada.

Ibu kebetulan sedang berbincang dengan seseorang dan melambaikan tangannya begitu melihat Sada mendekat.

"Nah, ini dia anaknya udah ada," ucap Ibu.

Rupanya Ibu sedang berbincang dengan Bundanya Satya. Begitu Bunda menoleh, Sada langsung memasang senyuman lebarnya.

"Sada apa kabar? Baik?" Tanya Bunda. Sada segera mencium punggung tangan Bunda dengan sopan, diikuti Sadam kemudian.

"Alhamdulillah baik, Bunda. Maaf ya, Sada belum sempat ke rumah Bunda lagi," ucap Sada. Satya sempat mengabarinya kemarin jika Bunda, Abi, dan Zara sudah kembali ke Jakarta.

"Gak apa-apa, nak. Yang cakep ini adiknya Sada?" Bunda beralih menatap Sadam.

"Iya, Bu. Jarang kelihatan anaknya, lagi pendidikan," jawab Ibu.

"Bunda belanjanya sendirian?" tanya Sada.

"Tadi dianterin Satya, tapi tahu sendiri dia gimana, mana mau temenin Bunda belanja gini," jawab Bunda.

"Semoga sama Sada jadi ya, Bu. Biar Bu Ika ada temennya di rumah," ucap Ibu. Sada menoleh pada Ibunya lalu memasang ekspresi protes yang tentu tidak dipedulikan sang Ibu.

"Aamiin ya, Insya Allah. Tapi bener lho, Bu, kalau gak ada anak perempuan di rumah, sepi. Untung beberapa tahun ini juga sudah ada Zara yang jadi pelipur lara kami," jawab Bunda.

"Emang gemesin sih cucu Bunda itu, ada aja yang ditanyain," timpal Sada membuat Ibu dan Bunda tertawa.

"Bu Ika baliknya bareng kami saja nanti, daripada Satya repot pulang balik," ujar Ibu menawari tumpangan.

"Boleh kalau tidak merepotkan," jawab Bunda tersenyum tipis.

"Ya enggak lah, Bun. Kan searah juga jalannya," ucap Sada.

"Yaudah, Bunda mau bayar belanjaan dulu, kamu sama Sadam nunggu di depan, nanti bantuin angkat barangnya," ucap Ibu yang dituruti Sada bersamaan dengan Sadam yang entah dari mana. Sadam segera membantu Ibu untuk mendorong troli ke bagian kasir lalu kakak beradik itu keluar lebih dulu ke parkiran.

"Tadi kamu ke mana, dek?" tanya Sada.

"Aku ambil mie instan lagi sama cemilan, Ibu gak mungkin ngomel karena lagi bareng Ibu mertuanya teteh," jawab Sadam. Sada yang mendengar itu tentu saja langsung tertawa, Sadam pintar mengambil kesempatan dalam kesempitan.

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang