"Pihak kepolisian sudah handle masalah ini," ucap Aries yang berdiri di belakang Raina.
Sada sudah dipindahkan ke kamar inap. Raina dan Aries menemani Sada untuk menunggu keluarga mereka datang. Sejak beberapa menit yang lalu, Zara sudah tertidur, mungkin lelah menangis.
"Ck! Lagian itu kakek tua, udah tau bau tanah masih aja berbuat jahat," omel Raina. Sejak tadi, Ibu dua anak itu tidak berhenti mengomel, mungkin kalau ada satu anggota keluarga Benazir di sini, Raina akan mengamuk dan menerjangnya. Tega sekali melukai seorang ibu hamil. Memang tidak punya perasaan!
"Kita serahkan saja pada pihak polisi, gak usahlah Raina marah-marah macam ini," jawab Aries dengan tenang. Raina memicingkan matanya, menatap suaminya dengan amarah yang semakin menggebu.
"Ih Abang ini ya! Lengan Sada tuh pasti sakit. Iya kan, Da? Sakit banget kan?" Raina menoleh pada Sada, mencari pembelaan. Sada tertawa kecil namun dia menganggukkan kepalanya.
"Emang dasar keluarga Benazir brengsek-- Abang gak usah ikutan ngomelin aku! Memang brengsek mereka tuh, suka playing victim," ucap Raina tak membiarkan suaminya membuka suara sedikit pun.
"Kalem dong, Nyonya. Kondisi gue juga gak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Sada. Raina mengipasi wajahnya yang memerah.
"Gak akan gue kalem kalau kondisi lo begini. Ini luka tembak lho, Sada. Ngeri. Gue akan bilang Papa soal ini," ucap Raina. Aries menatap tajam istrinya.
"Raina," tegur Aries.
"Gak bisa! Raina akan tetap bilang ke Papa. Keluarga Benazir harus hancur, bahkan sampai ke bisnisnya sekalipun, gak akan Raina biarkan bersisa. Papa juga pasti gak akan tinggal diam kalau tahu Sada kenapa-napa," ujar Raina dengan tegas, tidak memedulikan wajah suaminya yang sudah siap akan memarahinya.
Sada bersyukur sekali, walaupun dia hanya menantu dari Hendro Nasution, tetapi seluruh saudara dari ayah mertuanya itu juga menganggapnya sebagai menantu. Bahkan rasa sayang Hadi Nasution pada Raina yang jelas menantunya, juga dia berikan pada Sada yang hanya istri dari keponakannya.
Baru saja Aries hendak membuka suara untuk menolak, karena memberitahu Papanya artinya siap untuk mendengar kemurkaan dari lelaki pemarah itu, pintu kamar inap Sada dibuka dengan sedikit kasar.
Empat orang berdiri di sana. Dua orang wanita yang matanya sembab dan dua orang lelaki yang wajahnya terlihat khawatir. Bunda, Ibu, Abi, dan Papi. Aries menghela napas, sepertinya drama baru akan tayang. Lagu lama keluarga Nasution, gemar mendramatisir. Istrinya saja jadi ikut-ikutan drama.
"Teteeeh."
Ibu berlari mendekat. Sada memberi kode pada Raina untuk memindahkan Zara dan Raina segera meraih tubuh Zara dalam dekapannya.
"Lukanya di mana?" Tanya Ibu. Sada menunjuk bagian belakang lengannya yang mulai berdenyut karena reaksi obat biusnya mulai habis.
Tangis Ibu semakin pecah, juga Bunda yang amat panik.
"Ya Allah, luka kecil aja Teteh gak tahan sakitnya. Papi, lakuin sesuatu dong untuk putri kamu!" Ibu menoleh pada Papi.
"Abi gimana sih?! Gara-gara Abi nih mantu Bunda jadi luka, kalau berbekas, Abi yang Bunda hantam," ucap Bunda. Nah kan, Nyonya Hendro mulai melakoni dramanya.
Sada menggaruk pelipisnya melihat drama kolosal di depannya ini lalu menoleh pada Raina dan Aries yang hanya menggeleng pelan. Tidak bisa melakukan apapun selain pasrah.
"Bunda, Abi, Ibu, Papi, Raina keluar dulu, mau bawa Zara ke mobil. Kalau di sini takut kebangun," ucap Raina yang memilih kabur duluan.
"Iya nak, terima kasih sudah bantu jaga Sada," jawab Papi tersenyum. Abi juga hanya melempar senyum pada Raina dan Aries. Tanpa disuruh dua kali, Raina buru-buru menarik tangan Aries yang sudah mengambil alih Zara untuk keluar. Raina sempat menoleh pada Sada untuk memberi semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Romance[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...