Setelah melewati banyak kesedihan, Sada dan Satya akhirnya akan segera menikah. Pernikahan. Dulu, Sada berpikir akan menikah saat usianya diatas 30 tahun. Namun, Tuhan mengirimkan Satya meskipun Sada harus merasakan kesedihan yang begitu dalam. Kehilangan orang yang dicintai selamanya. Awal pertemuan Sada dan Satya pun bukan lah hal yang indah seperti, jatuh cinta pada pandangan pertama.
Seiring berjalannya waktu, perasaan itu pun pelan-pelan tumbuh diantara keduanya. Satya yang awalnya galak dan pemaksa, perlahan mulai mengatur emosinya dan sebisa mungkin tidak memaksa Sada, walaupun sikap kaku dan diamnya itu akan terus melekat. Lalu Sada yang awalnya judes, kini hilang entah ke mana, berganti menjadi ramah dan suka mengganggu Satya.
Ketenangan hidup Satya pun perlahan hilang. Dimulai dari streo mobil yang kini diisi dengan playlist music Sada, ponselnya yang monoton kini sudah ada aplikasi untuk menonton film atau drama, dan yang paling utama adalah celotehan Sada yang selalu membahas apapun, baik secara langsung maupun melalui whatsapp.
Anehnya, Satya tidak pernah bosan dengan itu, bukannya terusik lelaki itu malah suka setiap kali Sada mulai bercerita. Pernikahan Sada dan Satya akan digelar dalam beberapa hari ke depan.
Hari ini Sada berencana akan membawakan undangan untuk dibagikan Satya pada atasannya. Sada melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, pukul 9 pagi. Seharusnya Satya sudah bangun, tetapi sejak tadi lelaki itu tidak menjawab teleponnya.
"Apa kerja ya? Atau ada misi?" Gumam Sada. Namun jika ada misi lelaki itu pasti akan memberitahukan Sada.
Sada akhirnya memilih untuk tetap mengunjungi kesatuan Satya, jika lelaki itu memang tidak ada, Sada bisa pulang. Sada mengetuk pintu rumah dinas Satya beberapa kali. Tidak ada jawaban.
Saat Sada berbalik hendak pergi, pintu rumah dinas Satya terbuka.
"Kok ke sini?" Tanya Satya dengan kening yang berkerut bingung.
"Mau ngasih undangan. Kak Wira kenapa?" Sada mengamati wajah Satya yang sedikit pucat lalu dia bergerak mendekat.
Sada mengulurkan kanannya untuk memegang pelipis Satya sedangkan tangan kirinya memegang pelipisnya sendiri.
"Kak Wira demam? Kok gak bilang?" Tanya Sada dengan panik lalu dia menarik tangan Satya untuk masuk.
"Kakak udah makan? Udah minum obat?" Tanya Sada lagi.
"Belum," jawab Satya dengan singkat. Sada kemudian mengeluarkan ponselnya.
"Sebentar, aku buatin bubur," ucap Sada. Satya hanya mengangguk singkat lalu menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dan memejamkan matanya.
"Oh iya kak, suara apapun yang kakak dengar nanti, gak usah nanya dan gak usah samperin ke dapur ya?" ujar Sada memperingati. Satya lagi-lagi hanya menjawab dengan anggukan singkat.
Baru beberapa menit, Satya mendengar suara barang jatuh.
"Persada, itu--"
"Diam, kak!" Sada memotong ucapan Satya. Lagi-lagi suara barang jatuh terdengar.
"Dia mau hancurin dapur apa gimana?" gumam Satya lalu mencoba untuk tidak peduli dengan kegaduhan yang terjadi di dapur.
Setelah berkutat di dapur, Sada mengamati bubur buatannya dengan puas walaupun hasilnya tidak seperti yang pernah dibuat Raina dan tidak sama dengan gambar di internet.
"Gue tadi naruh air kebanyakan kayaknya, lagian gak jelas sih airnya sebanyak apa," ucap Sada lalu dia mengambil nampan untuk menaruh mangkok berisi bubur ayam dan segelas air hangat.
"Kak, aku udah buatin--" ucapan Sada terhenti saat melihat Satya yang tertidur di sofa.
"Yaaah, dia malah tidur," gumam Sada kemudian dia meletakkan nampan makanan di atas meja dan bergegas untuk mengambil selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Roman d'amour[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...