SERENDIPITY - 4

10.6K 1.5K 125
                                    

Menjadi satu-satunya harapan keluarga tentunya merupakan suatu hal yang berat bagi Satya, apalagi kepergian sang adik semata wayang belum genap satu bulan. Keluarganya seperti kehilangan sebagian kehangatan dan kenyamanan.

Bundanya menjadi lebih pendiam dan banyak melamun, Abinya semakin sibuk dengan pekerjaannya di Kepolisian.

Satya bersedekap di ruang tamu rumahnya sambil menatap lurus foto sang adik. Dia tersenyum tipis.

"Lo harusnya pamit dulu Sat, seenggaknya gue punya persiapan," gumam Satya.

Satu-satunya hal yang paling dia sesali adalah tidak menghadiri pemakaman sang adik. Saat itu dia sedang berada di daerah konflik. Tepat saat dia mendarat di Jakarta, pemakaman adiknya selesai.

"Yayah?"

Satya menolehkan kepalanya dan mendapati seorang anak kecil yang memeluk boneka beruang kecil tersenyum padanya.

Gadis kecil yang berusia 4 tahun itu melangkah mendekat lalu merentangkan tangannya meminta untuk digendong. Satya pun meraihnya dan memeluknya erat.

"Zara kok belum tidur? Udah jam 11 lho," tanya Satya pada gadis kecilnya. Raisha Azzahra Nasution.

"Kata Bunda, Yayah pulang hali ini jadi Ala tunggu Yayah," jawab Zara polos. Satya tersenyum dan mengusap pipi kemerahan putrinya.

"Satya?"

Satya menoleh dan mendapati sang Bunda yang masih memakai mukenah. Satya melangkah mendekat dan mencium punggung tangan Bunda.

"Zara sama Bunda dulu sini, kasihan Yayah capek baru pulang," ucap Bunda mengulurkan tangannya pada sang cucu. Zara menggelengkan kepalanya.

"Mau sama Yayah, Ala kan kangen," jawab Zara sambil memeluk leher Satya dengan erat.

"Biar Zara sama Satya, Bunda istirahat saja," ucap Satya. Bunda mengusap pundak Satya dengan lembut.

"Kamu sudah makan malam? Kalau belum nanti panasin lauk ya? Ada di kulkas," ucap Bunda.

"Satya sudah makan kok, Bun," jawab Satya. Bunda tersenyum tipis lalu pamit kembali ke kamarnya.

"Malam Bunda, tidul nyenyak," ucap Zara. Bunda tertawa kecil.

"Malam juga cucu Bunda yang sholehah, berdoa sebelum tidur ya nak," ucap Bunda. Zara mengangguk semangat lalu menolehkan kepalanya pada frame foto Satria.

"Yah, Uncle Sasat malah ya sama Ala?" tanya Zara sambil mengamati foto Satria.

"Enggak, kan Uncle sayang sama Zara," jawab Satya dengan kedua alis bertaut. Zara mengerucutkan bibirnya.

"Tapi uncle kok pelginya lama? Telus Uncle gak telepon lagi, Ala nakal ya Yah?" Zara menatap Satya, gadis kecil itu menuntut penjelasan.

Zara memang sangat akrab dengan Satria daripada Satya yang notabene adalah Ayahnya. Hati Satya berdenyut nyeri.

"Zara anak Ayah yang paling baik, Uncle pergi karena Allah udah kangen pengen ketemu," jawab Satya.

"Tapi Yah, Ala juga kangen Uncle, kok Uncle gak kesini temuin Ala?"

"Kapanpun Zara kangen, Zara bisa doakan Uncle, nanti pasti Allah sampaikan sama Uncle," ucap Satya yang susah payah menjelaskan pada Zara yang belum paham arti kepergian.

"Telus kalau Uncle kangen Ala gimana Yah?" tanya Zara dengan wajah penasaran.

Satya tersenyum tipis dan mengusap puncak kepala Zara dengan sayang.

"Uncle selalu melihat Zara, sekarangpun Uncle pasti lagi liatin kita dari langit," ucap Satya.

"Langit kan jauh, Yah."

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang