Mengurus pengajuan benar-benar membuat energi Sada terkuras. Dia harus bolak-balik kesatuan Satya untuk menghadap atasan Satya yang tidak bisa diselesaikan dalam sehari. Ada hari di mana mereka sudah menunggu seharian namun atasan Satya harus dinas keluar kota. Dan hari ini, hal itu terulang kembali.
"Mau makan dulu?" Tanya Satya yang melihat wajah tidak bersahabat Sada. Kalau sudah memasang ekspresi itu bisa dipastikan jika Sada sedang menahan kesal.
"Enggak."
Dan jawaban singkat itu semakin meyakinkan Satya jika memang mood Sada sudah berantakan. Satya tidak lagi membuka suara, takut Sada akan marah di tempat umum apalagi bukan hanya mereka yang menunggu atasan Satya.
Sada melihat jam di ponselnya, pukul setengah 5 sore. Sada menolehkan kepalanya pada Satya dan lelaki itu hanya mengucapkan 'sabar' tanpa suara. Sada menghembuskan napasnya.
Seorang lelaki dengan seragam datang mendekat membuat Sada dan beberapa orang yang juga menunggu langsung beranjak berdiri.
"Komandan sedang ada dinas, baru kembali hari senin nanti."
Setelah pergian lelaki itu, Sada langsung beranjak berdiri dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun. Satya dengan sigap menyusul Sada.
"Persada," panggil Satya sambil terus mengikuti langkah Sada lalu menahan langkah gadis itu.
"Gak usah nikah ajalah," ucap Sada menghentikan langkahnya.
"Eh? Gak boleh ngomong gitu," jawab Satya.
"Aku capek gini terus," ucap Sada.
"Iya, tapi kan tinggal sedikit lagi selesai, gak boleh nyerah lah," ucap Satya lagi. Air mata Sada menetes dan gadis itu terisak pelan.
"Sini, kita ke mobil," ajak Satya.
Begitu mereka masuk mobil, tangis Sada langsung pecah. Sada menangis sesegukan.
"Kalau minggu ini selesai kan, nanti bisa urus yang lain lagi. Aku beneran capek kak urus ini terus," ujar Sada menyuarakan keluhannya.
"Iya, saya mengerti. Tapi sabar sedikit lagi ya?"
Sada mengusap air matanya. Ingin sekali dia meminta bantuan Papinya, tetapi di satu sisi juga Sada tidak mau bergantung pada kekuasaan Papinya.
"Terus ini kapan selesainya?" Tanya Sada.
"Gak usah dipikirkan, kita jalani saja prosesnya, pasti selesai. Maaf ya sudah buat kamu harus berada di situasi ini," ujar Satya. Lelaki itu berusaha menahan dirinya untuk tidak ikut marah, karena jika Satya mengikuti emosinya, dia dan Sada akan bertengkar.
"Yaudah, ayo," ucap Sada sambil menyeka air matanya. Kening Satya berkerut bingung.
"Ayo apa?" Tanya Satya
"Tadi kak Wira nawarin makan, ayo makan," jawab Sada. Sada tidak memperpanjang keluhannya karena yang capek bukan hanya dirinya, tetapi juga Satya.
"Oke."
Satya kemudian memasang seat belt nya, begitu juga Sada, lalu lelaki menyalakan mesin mobilnya untuk mencari tempat makan.
🌻🌻🌻
Perbedaan pendapat jelang pernikahan adalah hal yang sering sekali terjadi. Tentu saja Sada dan Satya mengalaminya. Pengajuan mereka sudah selesai setelah melewati banyak perjuangan dan kali ini mereka mulai mengurus persiapan lainnya. Walaupun dibantu dengan jasa Wedding Organizer, tetapi ada saja hal yang menjadi perbedaan pendapat Sada dan Satya.
"Lo beneran lihat mobilnya pergi kan, Liv?" Tanya Sada memastikan. Dia sedang kabur dari Satya, tentu saja karena kesal pada lelaki itu.
"Iya. Beneran," jawab Olivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY [SELESAI] ✅️
Roman d'amour[ Spin off Move On] "Rasa rindu yang paling menyakitkan adalah ketika kita merindukan seseorang yang berbeda dunia dengan kita. Hanya tercurahkan lewat doa disetiap sujud" -Persada Nastiti Aulia- "Rasa cinta yang paling menyakitkan adalah mencintai...