SERENDIPITY - 15

9.5K 1.4K 129
                                    

Kedekatan Sada dan Zara belakangan ini berhasil mencuri perhatian keluarga. Keduanya sudah seperti ibu dan anak kandung, sayangnya si Ibu masih jual mahal dengan si Ayah. Di sela kesibukannya, Sada selalu meluangkan waktunya untuk Zara. Entah itu mengantar ke sekolah atau menjemput Zara pulang sekolah sekaligus menemani makan siang dan tidur siang.

Kesibukan Sada yang mengurus resepsi pernikahan Raina dan Aries cukup menguras tenaga dan waktu. Tetapi walaupun begitu, Sada tetap berusaha untuk hadir di pentas sekolah Zara. Sejak pagi-pagi sekali dia sudah mengkoordinir timnya untuk mengurus persiapan acara yang tidak cukup satu minggu lagi, lalu setelahnya Sada bersiap-siap untuk ke rumah Satya.

Sada tiba di rumah Satya hampir pukul sembilan pagi. Rencananya mereka akan ke sekolah Zara bersama-sama. Sada melangkahkan kakinya dengan santai, baru saja dia hendak mengucap salam, pandangannya lsngsung terhenti pada Bunda yang tampak menangis.

"Satya kan ada misi, kenapa malah kamu yang ikutan nangis?"

Sayup-sayup suara Abi terdengar. Sada segera menggeser tubuhnya agar kehadirannya tak terlihat.

"Coba aja masih ada Satria, Bang, Zara gak perlu sesedih ini. Aku kangen Satria, Bang." Bunda terdengar menangis sesegukan. Mendengar itu perasaan Sada menjadi campur aduk.

Tuhan, aku juga rindu kak Satria. Mengapa rasanya masih sesakit ini?

"Biasanya kalau Satya sibuk, kamu juga sibuk, Satria yang selalu ada untuk aku dan Zara. Anak kita itu baik sekali, tapi kenapa dia harus dirampas secepat ini? Aku gak sanggup, Bang."

Sada mengepalkan tangannya, berusaha menahan laju air matanya yang hendak tumpah.

"Semua itu sudah takdir, sayang, gak usah bersedih terus. Kenapa? Kamu pusing lagi? Kita ke dokter Andi ya?"

"Gak usah, Bang. Hari ini pentas Zara, aku gak mau cucu kita semakin sedih. Kasihan dia, kalau aku down lagi, gak ada yang nemenin dia."

"Kalau gitu gak usah nangis lagi, bertahan demi Zara, ya?"

Lalu hanya tersisa keheningan. Sada menghela napas kemudian memasang senyumannya.

"Assalamualaikum Abi, Bunda." Sada menyapa dengan ramah. Bunda segera menyeka air matanya begitu melihat calon menantunya datang.

"Bunda kenapa nangis? Zara mana?" tanya Sada setelah menyalami kedua orang tua Satya.

"Gak apa-apa sayang," jawab Bunda menyunggingkan senyumannya lalu menggenggam tangan Sada. Sada mengelus tangan Bunda dengan lembut.

"Bunda kalau ada apa-apa, cerita ya sama Sada. Bunda gak sendirian kok. Kalau misalnya Abi sibuk, Bunda bisa ngobrol sama aku," ucap Sada.

"Makasih ya nak, Sada baik sekali sama Bunda."

Sada hanya tersenyum menanggapi ucapan Bunda.

"Sada, bisa bujuk Zara? Dia ngambek, Ayahnya gak bisa datang di pentasnya karena ada pekerjaan," ucap Abi.

"Sada coba dulu ya, Abi."

"Iya. Zara ada di kamarnya."

Sada kemudian pamit ke kamar Zara.

🌻🌻🌻

Zara duduk di tepi tempat tidurnya sambil memeluk erat boneka beruang kesayangannya. Air matanya terus berjatuhan.

Zara membuka pintu ruang kerja Ayahnya, tatapannya terhenti pada sang Ayah yang sedang berkutat di depan laptop.

"Yayah.."

Satya mendongakkan kepalanya saat mendapati putri kecilnya, senyuman tipis tercipta di bibirnya.

"Ala boleh masuk?"

SERENDIPITY [SELESAI] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang