17. RAHASIA BESAR ARKA (?)

8.7K 374 280
                                    

Hi! Call me rin

⚠️DI MOHON UNTUK TIDAK LATAH ATAU SALAH LAPAK⚠️

Kalian masih nunggu aku up?

Jam berapa kamu baca part ini?

Siap, Vote! Dan komen di setiap bagian?

Oke! Let's go!

Happy reading <3

•••

Bruk!

Bugh!

Gadis yang di dorong ke dinding tembok, juga pukulan yang mengenai pipinya. Gadis itu itu meringis kesakitan, ia hanya menatap datar, pria yang sudah mendorongnya juga memukulnya.

Gadis itu berdiri dan menatap pria itu dengan tatapan kecewa. Dia sahabatnya, kenapa dia seperti itu kepada dirinya? Queisha benar-benar tidak menyangka.

"Why?" tanya Queisha kepada Ezra, dengan nada rendahnya.

"Harusnya gue yang nanya, Sha! Lo kenapa, hah?!"

"Kenapa lo beda sama Queisha yang dulu? Ingat tugas kita Sha! Lo gak boleh egois!" lanjut Ezra dengan membentak Queisha.

"Gue egois? Selama ini lo kira gue egois?" tanya Queisha terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalau bukan karena dia, gue gak akan ngelakuin ini semua!" tekan Queisha menatap Ezra dengan sorot penuh kecewa.

"Lo yang beda, Ez! Lo bukan Ezra yang dulu. Dulu lo gak pernah dorong gue, pukul gue. Lo selalu jaga gue. Tapi sekarang? Masih bilang kalau gue beda? Justru lo yang beda, kemana Ezra yang dulu gue kenal?" tanya Queisha sambil memalingkan wajahnya menatap kearah lain.

Sedangkan Ezra hanya menatap Queisha datar, tidak terlihat wajah penyesalan di wajahnya. Mereka berdua berada di markas, Bianca dan Gladys memang tidak ada disini.

"Bukan cuman lo yang kehilangan dia, tapi gue juga." Queisha kini menatap Ezra kembali. Ezra memalingkan wajahnya, saat tatapan matanya bertemu dengan Queisha.

"Pukul balik gue, Sha," perintah Ezra kepada Queisha.

Queisha terkekeh kecil, dengan senang hati Queisha membalasnya.

Bugh!

Bugh!

"GUE KESEL BANGET SAMA LO, EZRA!" teriak Queisha mengeluarkan emosinya. Dengan memukul Ezra dengan membabi buta.

Ezra menggenggam kedua tangan Queisha agar menghentikan nya. Dilihatnya Queisha sedang mengatur nafas, karena capek tentunya sudah memukul Ezra tanpa henti. Ezra tersenyum dan mengusap pipi Queisha yang habis ia pukul, dengan gerakan pelan.

"Maafin gue, Sha. Gue tadi kelepasan. Gue cuman gak mau lo lupa sama tugas lo," tutur Ezra dengan nada rendah.

Queisha tersenyum dan mengangguk. "Lo tenang aja, Ez. Gue gak akan pernah masuk ke dalam jebakan mereka. Dan gue akan segera menemukan keadilan buat dia."

"Sekali lagi maafin gue, Sha."

"It's okay, Ezra."

•••

"APA?!" teriak seorang gadis kepada temannya di telepon.

"Lo jangan bercanda sama gue, ya!" sentak nya karena terkejut.

"Buat apa gue bercanda sama lo?" balas temannya diseberang sana.

"Okay, kita buktikan besok!" Setelah nya gadis itu menutup teleponnya.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang