18. KHAWATIR

8.8K 355 140
                                    

Hi! Call me rin

⚠️DI MOHON UNTUK TIDAK LATAH ATAU SALAH LAPAK⚠️

Jam berapa kamu baca part ini?

Masih stay disini?

Siap, Vote! Dan komen di setiap bagian?

Oke! Let's go!

Happy reading <3

•••

Zela menghentikan langkah kaki nya saat mendengar suara dari gudang sekolah. Ini memang sudah jam pulang sekolah. Tapi tadi Zela sengaja berjalan lewat gudang sekolah, karena dirinya juga belum tahu seluruh sekolah ini.

Zela berjalan mendekati pintu gudang, dan menempelkan telinganya disana. Zela memejamkan matanya saat mendengar teriakan orang meminta tolong.

Zela memundurkan langkahnya pandangan nya tiba-tiba saja memburam. Badan nya bergetar, Zela memegang kepalanya yang tampak sedikit pusing. Zela, kamu harus kuat. Jangan lemah kaya gini, hatinya berkata.

Zela menghela nafas kasar. Kemudian dengan sekuat tenaga dan keberaniannya Zela menendang pintu gudang. Kini pintu gudang itu terbuka, dan orang yang didalam sana menatap tajam Zela.

"Siapa lo?" tanya seorang gadis yang sangat terlihat badgirl.

"Kalian ngapain?" tanya Zela balik. Dengan berusaha untuk tidak takut.

Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, dan berjalan pelan kearah Zela. Gadis itu melihat penampilan Zela dari atas hingga bawah. Gadis itu terkekeh kecil.

"Kaya nya lo mau juga kaya dia, ya?" tanya gadis itu sambil menunjuk seorang gadis yang diikat di kursi.

"Yang bilang siapa? Aku gak bilang, kok," jawab Zela dengan wajah polosnya.

Gadis itu semakin dekat dengan Zela. Karena emosi nya terhadap gadis yang diikat belum selesai, karena kedatangan Zela. Gadis itu akan melampiaskannya kepada Zela. Suruh siapa mengganggu acara bullying nya terhadap mangsa nya.

Gadis itu menarik tangan Zela dan mendorong tubuhnya hingga tubuh Zela mengenai kursi disana. Zela tidak bereaksi apapun, dia hanya diam setelah diperlakukan seperti itu.

Zela sudah kebal dengan bully. Bahkan saat dirinya sekolah di SMA Garuda hampir setiap hari dirinya diperlakukan seperti itu. Tubuhnya tidak sakit lagi.

Gadis itu yang merasa dirinya sedang dipermainkan oleh Zela berjalan cepat kearah Zela. Dan menarik rambut Zela dengan kencangan membuat dirinya tersenyum menyeringai.

"HAHAHA LO UDAH MAIN-MAIN SAMA GUE!" bentak nya kepada Zela tanpa melepaskan jambakan rambut Zela. Bahkan ikat rambutnya sudah terlepas.

Gadis yang diikat di kursi itu tampak sangat khawatir kepada Zela. Harusnya dirinya yang menerima segala perilaku kakak tirinya itu. Iya, mereka adik kakak.

"Kak, dia gak salah," lirih gadis itu memohon kepada kakaknya agar melepaskan Zela.

Zela melirik kearah gadis itu sebentar, kemudian Zela memejamkan matanya. Kaki Zela menendang perut gadis yang menjambak rambutnya itu. Gadis itu mundur beberapa langkah dari Zela.

"Dia adik kamu?" tanya Zela kepada gadis itu, sambil menunjuk gadis yang sedang diikat.

"Urusannya sama lo apa, hah?!" sentak kakak dari gadis yang kini sedang menangis.

Zela berdiri dan berjalan berhadapan dengan kakak dari gadis itu. Kini tatapan Zela berubah tidak seperti biasanya. Tidak ada Zela yang penakut, dan polos. Tatapan Zela menatap kakak dari gadis itu dengan sorot mata yang penuh marah.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang