39. GUDANG TUA

6.9K 269 269
                                    

Hi ratulor! Call me rin

🎉 SPESIAL BUAT 10K READERS AND 2K VOTE AKU UP LAGI 🎉

⚠️DI MOHON UNTUK TIDAK LATAH ATAU SALAH LAPAK⚠️

Jam berapa kamu baca part ini?

Part ini lumayan panjang karena aku nulisnya nyaman banget hehe.

•••

"Sha, lo udah yakin, kan, kalau jaket itu punya dia?" tanya Bianca pada Queisha.

Malam ini, tepatnya di kamar Queisha. Ia baru saja memberitahu Bianca dan Gladys kalau dirinya sudah membawa jaket pelaku itu. Dan mereka memang mengamati jaket itu dengan teliti.

"Kok, bisa ya jaket ini gak di buang? Ini bukti loh. Kalau mau kita bisa laporin dia ke polisi. Bego banget dia-"

"Gue ragu." Queisha memotong ucapan Gladys.

"Gue masih ragu kalau dia pelakunya. Dan tadi apa kata lo? Kenapa jaket ini gak di buang? Gue juga mikir gitu. Kalau dia benar pelakunya dia gak mungkin masih simpan jaket ini. Dia simpan jaketnya di basecamp nya sendiri lagi," kata Queisha menghela nafas kasar.

Aneh. Bianca dan Gladys juga memikirkan hal yang sama. Seakan-akan semua ini ada kejanggalan. Dan dimana Queisha bersama sahabatnya harus menemukan bukti-bukti lainnya?

"Cctv di tempat kejadian gimana?" tanya Queisha pada Bianca.

Bianca menunduk dan menggeleng. "Cctv disana di rusak setelah kejadian selesai," balas Bianca pelan.

Queisha mengernyitkan keningnya. "Setelah kejadian selesai. Berarti, sebelum kejadian itu terjadi cctv masih nyala. Dan semua gerak-gerik disana ter-rekam. Gue yakin seseorang udah hapus atau simpan rekaman cctv itu. Atau mungkin pelakunya yang buat?"

"Bisa jadi, Sha."

"Gue tau tempat mana yang harus gue lacak untuk menemukan cctv itu." Queisha tersenyum miring.

"Sha, jangan lakukan itu sendiri," perintah Bianca karena khawatir.

"Gue takut lo kenapa-napa. Apalagi lo udah kepergok masuk ke basecamp Zers."

Queisha terkekeh kecil. "Lo ngeraguin kemampuan gue, hm?"

"Gue tau lo khawatir sama gue, tapi gak usah takut gue kenapa-napa. Gue bisa lawan mereka. Kalaupun waktu gue udah abis, ya udah. Gue gak takut mati. Karena kita semua juga bakal mati, kan?"

Queisha berjalan menuju balkon kamarnya. Dan melihat malam yang indah. Penuh dengan bintang dan bulan yang bersinar. Queisha tersenyum tipis. Itu kamu, kan?

Maaf, hampir satu tahun kamu pergi aku belum dapat bukti apa-apa, lirih Queisha di dalam hatinya.

•••

Oke, Arka harus melupakan marah nya pada Mike soal kejadian tadi. Sebenarnya ia masih kesal, bahkan sangat kesal. Tapi kali ini Arka akan mengalah dengan ego nya untuk berbicara kembali pada Mike.

Arka membuka ruangan informasi Zervaros, atau ruangan tempat Mike. Di lihatnya dia sedang mengotak-atik laptopnya. Arka berjalan menghampiri Mike dan duduk di sofa yang ada disana. Sangking fokusnya Mike sampai tidak sadar bahwa Arka ada di ruangannya.

"Ekhem," dehaman Arka terdengar sangat keras. Tapi memang sengaja agar Mike melirik kearahnya.

Mike menoleh cepat. "Loh, dari kapan lo disitu?" pekik Mike kaget.

"Dari dua jam, mungkin," balas Arka acuh tak acuh.

"Lo gak pantas ngelawak, Ka."

Mike terkekeh kecil dan melempar botol kearah Arka, namun botol itu berhasil di tangkap oleh Arka. Arka tersenyum miring kearah Mike. Sedangkan Mike hanya tersenyum tipis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang