45. HAZEL

6.8K 306 193
                                    

Hi ratulor! Call me rin

⚠️DI MOHON UNTUK TIDAK LATAH ATAU SALAH LAPAK⚠️

Jam berapa kamu baca part ini?

Jam berapa kamu baca part ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Zela duduk di ranjangnya dengan Hersha yang di sebelahnya. Hersha mengusap rambut adiknya penuh kasih sayang. Hersha tahu betul perasaan apa yang sedang Zela rasakan. Hersha juga sakit jika menjadi Zela.

Zela menatap lurus kedepan dengan pandang kosong. Setelah pembicaraan tadi dengan papahnya Zela tidak mengeluarkan sepatah katapun lagi. Perasaan Zela marah, kesal, sedih bercampur menjadi satu.

"Zela," panggil Hersha pelan dengan tangan yang terus mengusap rambut Zela.

"Papah benar lebih baik kamu berhenti. Biar papah yang urus semuanya Zel. Kakak gak mau kamu terluka apalagi sampai harus kehilangan kamu."

Zela melirik Hersha lalu tertawa pelan. "Aku gak akan pernah berhenti setelah semuanya selesai di tangan aku sendiri, Kak. Bukan nya nyawa harus dibalas dengan nyawa, hm?"

"Kamu kira Zii bakal seneng kalau kamu jadi pembunuh?!" balas Hersha tajam.

Zela menunduk ia tahu jelas Zii pasti marah jika dirinya menjadi pembunuh. Tapi Zela belum ikhlas jika penjahat itu masih bebas di luaran sana.

"Kamu belum tau kebenaran seperti apa. Kamu udah dapet bukti itu, kan? Bukti itu udah cukup buat dia di penjara Zel," saran Hersha menghela nafas frustasi.

"Kak, aku emang udah dapat bukti itu. Tapi tetap aja aku akan beri pelajaran buat pembunuh itu!" tekan Zela dengan mata yang berubah menjadi tajam.

"Kakak setuju, kan, sama rencana aku? Terus kenapa kakak harus bilang sama orangtua kita?!" tanya Zela dengan nada yang tinggi.

Hersha menghela nafas panjang Zela memang keras kepala. "Awalnya kakak emang setuju sama rencana kamu Zela. Mencari kebenaran buat Zii dan cari tau siapa orang yang udah bunuh Zii. Tapi sekarang kakak pengen kamu berhenti."

"I hate motorcycle gang," kata Hersha penuh penekanan.

Zela tersenyum miring. "Karena geng motor udah buat pacar kakak pergi, iya?!"

Hersha kaget dengan pertanyaan dari Zela. Tapi seharusnya Hersha tidak kaget. Karena Hersha tahu adiknya seperti apa. Hal seperti ini pasti mudah bagi Zela untuk tahu. Hersha akui dirinya dengan Zela memang lebih pintar Zela, dalam segi apapun.

"Kenapa diam?" pancing Zela tertawa sinis.

"Iya, karena itu kakak gak mau kamu ngalamin hal yang sama kaya dia," jawab Hersha setelah lama terdiam.

"Emang nya kenapa kalau aku ngalamin hal yang sama kaya pacar kakak? Sahabat aku aja udah pergi, Kak. Orangtua aku aja dengan teganya buang aku di hutan." Zela tertawa miris membayangkan masa kecilnya.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang