#48 Can I

231 58 28
                                    

[Kau sudah tidur?]

Pesan itu cukup membuat jantung Yena berdegup kencang. Ia lantas melirik Tzuyu yang sejak tadi sudah tidur dengan nyenyak. Padahal, sebelumnya gadis itu mengeluh karena kasurnya terlu keras. Namun, pada akhirnya ia tetap bisa tidur.

Saat ini sudah menunjukkan pukul 12 malam dan Yena masih belum bisa menutup mata. Sejak tadi bayi dalam kandungannya terus tak bisa diam. Ditambah dengan suara dengkuran Jungkook di ruang tamu, membuatnya semakin tak bisa tidur. Biasanya, ia akan bangun, memasak sesuatu atau membangunkan Seungho. Namun, kali ini ia tak bisa melakukannya.

Ia menyingkap perlahan selimutnya, mencari tempat untuk bisa bicara dengan Seungho. Memang, Jungkook selalu mengatakan untuk tak menghubungi lelaki itu lagi. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Rasa rindu itu muncul tanpa izinnya. Jadi, tak ada pilihan selain diam-diam berkomunikasi dengan lelaki itu.

"Kau seharusnya sudah tidur, Yena. Ini jam berapa?"

"Lalu kenapa Oppa belum tidur?"

"Aku baru menyelesaikan pekerjaanku. Kau makan dengan baik 'kan? Kau bisa meminta padaku jika ingin sesuatu seperti membuat nasi goreng kimchi malam itu."

Yena tersenyum. Menurutnya, seburuk apa pun Seungho, memang masih terselip rasa pengertian untuknya. Ia tak peduli dengan siksaan itu meski dunia pasti mengatakan ia adalah gadis terbodoh yang pernah ada. Di matanya, Seungho tetap pria baik yang bahkan mau bertanggung jawab setelah apa yang diperbuatnya. Mungkin jika itu pria lain, mereka takkan melakukan hal yang sama.

"Yena, bayinya tidak merepotkanmu 'kan?"

"Tidak, dia baik-baik saja. Kau baik-baik saja 'kan?" Yena memang yakin Seungho pasti baik-baik saja. Terlebih setelah ia pergi. Namun, ia yakin, lelaki itu pasti merindukannya. Jika tidak, mana mungkin Seungho menghubunginya selarut ini.

"Kau sungguh tidak menginginkan sesuatu? Aku ada di depan rumahmu."

Yena membulatkan mata, segera berjalan menuju jendela kemudian tersenyum saat mendapati Seungho berdiri di sana dengan kantung plastik hitam di tangan.

"Aku membawakan sesuatu untukmu. Aku tidak bisa menemuimu, maaf."

Seungho tentu takut jika Jungkook menghajarnya. Itu sebabnya ia memilih meletakkan makanan itu tepat di depan pintu. Namun, ia tak pergi begitu saja, dan memilih meletakkan telapak tangan pada jendela sembari tersenyum. Ia tahu ini cukup gila. Terlebih, sebelumnya ia begitu menyakiti Yena. Tetapi, beberapa hari terpisah membuat Seungho semakin sadar jika hidupnya memang sudah bergantung pada gadis itu.

"Terima kasih karena datang di saat aku merindukanmu." Yena ikut meletakkan tangannya di jendela. Memang, ia bisa membuka pintu untuk Seungho. Namun, ia memilih tak melakukannya. Ia tak mau ada keributan di tengah malam.

"Makan yang banyak. Jangan sungkan untuk memberitahuku jika kau menginginkan sesuatu. Aku akan datang dan membawakannya. Aku mencintaimu."

Yena sungguh ingin menangis setelah mendengarnya. Ya, itu kalimat yang tak pernah Seungho ucapkan. Bahkan, tatapan lelaki itu kali ini berbeda dari tatapan biasanya. Tatapannya sangat hangat dan membuat Yena rasanya tak ingin secepatnya berpaling.

"Yena, aku harus segera pergi. Cepat makan sebelum dingin." Seungho memutus sambungan telepon itu, memberi gestur jika ia akan pergi. Ia tahu ini semua sudah terlambat. Apalagi, ia juga jadi penyebab hilangnya bayi pertama mereka. Seperti yang Yena katakan, ia tak mau hidup dalam penyesalan. Jadi, sebisa mungkin ia akan memperbaiki segalanya. Tak peduli meski ia akan kehilangan hartanya. Ia tak mau kehilangan Yena dan bayinya.

Yena membuka pintu perlahan, meraih kantung plastik itu lalu tersenyum. Ia juga melambaikan tangan pada Seungho yang berjalan mundur sembari melambaikan tangan dan tersenyum.

Yena-ya, aku memang tidak pantas untuk dimaafkan, tapi kau malah memaafkanku setelah banyak penderitaan ada dalam hidupmu. Tunggu aku, aku akan membatalkan perjanjian itu dan membawamu pulang.

Yena begitu senang saat yang ada di kantung plastik itu adalah jjampong. Dulu, Seungho selalu menghindar jika ia menginginkan sesuatu. Namun, kali ini lelaki itu membawakannya bahkan saat tengah malam.

Ini tidak terlalu pedas. Aku sudah meminta penjualnya agar pedasnya tidak terlalu terasa. Makanan terlalu pedas tidak bagus untukmu.

Yena tersenyum kemudian mengusap perutnya. "Ah ... Jadi kau belum tidur karena ingin makan? Baiklah, ayo makan."

Yena bersyukur sebab Jungkook jika sudah tidur memang sulit dibangunkan. Itu sebabnya, ia bisa dengan leluasa makan makanan yang Seungho antar untuknya.

💎💎💎

Jungkook menghela napas saat melihat kekacauan yang Tzuyu buat pagi ini. Ia yakin, Tzuyu mengikuti cara yang ada di internet untuk menggoreng telur. Namun, hasilnya buruk. Tzuyu membuat telurnya gosong tapi dengan isi yang tak matang. "Tzuyu ...."

Tzuyu mencebik saat tak bisa membalik telur mata sapi itu. Bahkan, bentuknya tidak seperti telur mata sapi karena bagian kuningnya sudah hancur. "Tolong aku, ini sulit."

Jungkook terkekeh kemudian mengambil alih teflon juga susuk yang digunakan Tzuyu. Ia mengevakuasi telur gagal itu ke piring kemudian menuang lebih banyak minyak. Ia juga mengecilkan api kompornya sebelum memecahkan telur. "Gongju-nim, perhatikan baik-baik, kau tidak menuang minyak. Jadi, telurnya menempel. Tambahkan penyedap rasa sedikit saja lalu saat bagian putihnya agak kering, kau bisa membaliknya seperti ini."

Tzuyu mengangguk sembari memperhatikan. Ia sungguh nol besar dalam hal dapur. Jadi, ia menganggap liburannya ini untuk belajar banyak hal. Jika di rumah, ia akan dimarahi karena menyentuh pisau. Lagi pula, ibunya mengizinkan ia pergi ke rumah Jungkook dengan berdalih menginap di rumah Hyeri pada sang ayah.

Tzuyu tersenyum kemudian mendekap lelaki itu. "Oppa, jika aku tidak bisa memasak, apa aku harus kursus memasak dulu?"

"Tidak perlu, aku bisa memasak."

"Ish, kenapa tidak memberikanku motivasi? Apa Oppa akan makan di luar atau makan masakan orang lain?"

"Aku bisa memasak sendiri, Tzuyu. Untuk apa aku makan di luar."

Tzuyu mencebik. "Artinya makananku tidak enak? Menyebalkan."

"Kau bisa belajar denganku. Selama kau masih belajar, aku yang akan memasak. Ah ya, hari ini kita tidak bekerja?"

"Aku meliburkan diri. Lupakan soal bekerja. Apa hidupmu untuk bekerja? Aku akan mengunci pintu jika kau terus bekerja."

Jungkook tertawa. Setelah sebelumnya mengancam akan hidup lagi, kali ini Tzuyu mengancam akan mengunci pintu jika ia sibuk bekerja. "Baiklah, lakukan apa pun yang ingin kau lakukan, tapi jangan melakukan hal yang bisa merugikan dirimu, hm? Karena jika kau terluka, bukan hanya kau yang terluka. Orang tuamu juga akan merasakannya."

"Pada kenyataannya, untuk Ayahku itu tidak berlaku. Dia bahkan memaksa meski aku sudah menangis dan menolak perjodohan itu. Aku lebih kesal karena Ayah memajukan tanggal pernikahan meski pertunangannya dibatalkan."

Jungkook tersenyum. "Kau mau bersabar 'kan? Kau bisa meminta polisi mencariku jika aku kabur."





💎💎💎💎💎

Juwi punya masalah apa sih sama telor😭😭 gk ngerti lagi sama princess satu ini, jngn2 dia ngabisin stok telor punya juki

Btw Seungho sweet ya klo udh tobat wkwk tinggal gunho yg gk tobat2

30 Okt 2021

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang