Jungkook meringis saat punggungnya membentur pagar besi. Ia kembali berdiri. Namun, sebuah bogem mentah justru mendarat di wajahnya. Ia menyentuh sudut bibirnya saat rasa amis mulai terasa. Ia berniat melawan. Namun, pria-pria berpakaian hitam itu memberikan pukulan di titik lemahnya. Apalagi perut. Bahkan, ia merasa sulit untuk sekadar bangkit.
"Yak!" Tzuyu berdiri tak jauh dari sana sembari berkacak pinggang. Rasa takut seolah tak menyelimuti hatinya meski pria-pria itu bertubuh lebih besar. Bahkan, dengan berani gadis berpakaian formal itu berdiri di depan mereka, kembali berkacak pinggang lalu menghentakkan kaki.
"Kau, kau, dan kau. Apa kalian berani menyakitinya karena dia sendirian? Apa karena dia sudah mulai sukses kalian datang untuk menagih hutang dengan kasar?" Tzuyu merogoh ponselnya tanpa rasa takut. "Sebutkan jumlah dan rekening bos kalian. Berapa yang kalian butuhkan."
"Ini bukan soal hutang."
"Lalu? Kalian menghajarnya tanpa alasan? Heol, dasar pria kasar! Kalian membuat kesayanganku terluka."
Pria-pria itu tentu tak berani menyentuh Tzuyu. Terlebih, memang Gunho yang menyuruh mereka mengancam Jungkook. Keberanian lelaki itu nampaknya mengintimidasi pertahanan Gunho. Ia merasa jika lelaki itu akan melakukan segala cara untuk bersama puterinya. Itu sebabnya, ia merasa ancaman mungkin akan membuat Jungkook mundur. Ia tak mau jika harta puterinya turun pada lelaki itu. Apalagi, ia cukup tahu bagaimana cara puterinya mencintai seseorang. Yap, dengan memberikan segalanya.
"Aish, apa mereka kurang kerjaan?" Tzuyu segera berbalik, membantu sang kekasih untuk berdiri. "Apa kita harus ke rumah sakit?"
"Ti—"
"Artinya memang iya. Aku akan minta Hyeri Eonni ke sini untuk membantu."
💎💎💎
Jungkook berusaha menahan tawa sebab sejak tadi, yang Tzuyu lakukan adalah menangis. Menurutnya, gadis itu malah menggemaskan saat sedang menangis seperti ini. Padahal, dari awal ia sudah mengatakan jika ia baik-baik saja. Namun, Tzuyu tetap menangis seolah ia koma. "Berhentilah menangis. Kau mau menangis sampai kapan?"
"Sampai kau pulang dari sini mungkin."
Jungkook terduduk. Bagaimana bisa Tzuyu berhenti menangis dengan cepat di saat gadis itu malah memintanya tetap di sana meski lukanya tak parah? Bisa-bisa, Tzuyu menangis sampai besok pagi. "Baiklah, ayo pulang."
Jungkook meringis saat Tzuyu mendorongnya. Padahal, ia baru saja akan turun dari ranjang. "Aku baik-baik saja, Tzuyu. Ayo, kita punya banyak pekerjaan."
"Lupakan dulu soal pekerjaan."
Jungkook menghela napas. Ia lupa, hal yang sudah diputuskan gadis itu takkan bisa diganggu gugat. Padahal, seharusnya bisa karena ia yang membujuk. Namun, Tzuyu tetaplah Tzuyu yang tak bisa dibujuk dengan mudah. Ia hanya perlu mencari pengalihan agar Tzuyu mau mendengarkannya. "Tzuyu, hey, dengarkan aku. Jika aku terus di sini, bagaimana aku menghasilkan uang? Ayahmu ingin satu milyar dolar untuk mahar. Aku harus secepatnya mendapat uang, bukan?"
"Itu konyol, aku tidak membutuhkan mahar sebanyak itu."
"Sebagai seorang pria, aku harus menyiapkannya. Lagi pula, aku mengerti, Tzuyuku ini memang berharga, jadi mahar itu rasanya tidak sebanding."
Tzuyu segera tersenyum saat mendengar rayuan dari lelaki itu. Ia tersipu sembari mendorong pelan lengan Jungkook. Bahkan, ini membuat Hyeri yang berdiri dekat pintu rasanya ingin muntah. Bukan karena rayuan yang terlontar. Namun, karena respon Tzuyu yang selalu seperti itu. Untung wajah cantiknya memang cocok. Coba kalau tidak, ia pasti sudah melempar sesuatu agar gadis itu berhenti.
"Baiklah, ayo pulang."
Benar, cinta membuat siapa pun tunduk, batin Hyeri. Ia bahkan tak menyangka, bujukan dari lelaki itu akan berhasil. Padahal, biasanya Tzuyu akan sangat keras kepala dan hanya melakukan apa yang ingin ia lakukan. Lalu sekarang? Gadis itu seolah menurut tanpa mencari-cari alasan.
"Baiklah, kau lebih menurut padanya," gumam Hyeri.
💎💎💎
Jungkook masih melamun. Ia mencoba menerka siapa yang sudah menyuruh preman itu untuk mengeroyoknya. Namun, hanya ada dua orang yang berkemungkinan melakukannya. Seungho atau Gunho. Bukan tanpa alasan, semalam keduanya seakan memberi ancaman halus mengenai kalimat yang terlontar. Jadi, besar kemungkinan salah satu dari mereka yang melakukannya.
Jungkook menyatukan tangan untuk menopang dagu. "Aku rasa, tuan Chou tidak main-main soal menolakku, tapi tentu saja kali ini aku tidak akan mundur. Jika aku mundur, Seungho yang akan menikah dengan Tzuyu."
Jungkook tak mau, Yena maupun Tzuyu terluka karena pria yang sama. Mereka berdua adalah wanita terpenting dalam hidupnya. Tentu, ia tak mau melihat mereka terluka.
Jantungnya berdetak kencang saat pintu dibuka paksa. Ia pikir, preman itu mengikutinya sampai sana. Ternyata bukan. Itu Tzuyu, dengan senyum lebar dan dokumen di tangannya. Secara otomatis, ia ikut tersenyum meski itu malah membuat rahangnya terasa sakit.
"Apa Oppa memikirkan orang-orang itu? Aku sudah meminta Hyeri Eonni mencari tahu soal mereka," ujar Tzuyu. Ia duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Jungkook. Ia meletakkan dokumen-dokumen itu di atas meja kemudian tersenyum. "Aku akan mewawancarai mereka untuk menjadi sekertarismu, tapi kau bisa memilihnya dulu."
"Tzuyu, aku tidak membu—" Jungkook tertawa saat mendapati lamaran itu berasal dari pria. Padahal, biasanya para gadis yang akan melamar posisi itu. "Tzuyu, kau memilih mereka?"
"Aku tidak percaya pada karyawan wanita yang bekerja di sini. Mereka genit."
Pernyataan Tzuyu tentu mengundang tawa dari sang kekasih. Bahkan, menurutnya Tzuyu lebih genit dari mereka semua. Namun, gadis itu malah mengatakan karyawannya genit.
"Ih ... apa yang lucu?"
"Jika mereka genit, lalu kau apa?"
Tzuyu mengerucutkan bibir. "Aku bukan genit, aku mencintaimu."
"Baiklah, aku rasa itu berbeda. Kau bisa mewawancarai mereka."
"Baiklah," ujar Tzuyu. Ia tak langsung pergi, memilih duduk di sana, menopang dagunya sembari menatap Jungkook. Ia kesal karena preman itu membuat Romeonya tergores. "Ck, aku ikut kesal pada preman itu. Mereka membuat wajah tampanmu tergores. Apa mereka menyimpan dendam padamu? Sudah biasa, orang-orang menganggapmu saat sedang ada di atas."
"Aku baik-baik saja,"
Tzuyu berdecak. "Jika baik-baik saja, kau tidak akan terluka."
"Aku pria, Tzuyu."
"Aku tahu, tapi, apa pria akan saling pukul jika bertengkar? Kenapa tidak menyelesaikannya dengan cara baik-baik? Beruntung aku datang cepat dan jadi pahlawan tadi."
Jungkook mencubit pipi Tzuyu sembari tersenyum. "Baiklah, my hero, lebih baik kau kembali ke ruanganmu. Pekerjaanmu mungkin menumpuk karena terlalu lama di sini."
"Ada Hyeri Eonni," jawabnya enteng. "Aku akan tetap di sini, sembari mewawancarai mereka."
Tzuyu mendorong kursi yang ia duduki ke samping Jungkook. Ia tersenyum kemudian membuka salah satu map yang terdapat paling atas di tumpukan. Ia lantas menekan telepon milik Jungkook, meminta satu persatu kandidat sekertaris Jungkook masuk.
Tzuyu-ya, aku rasa kau memberikan terlalu banyak hal padaku.
💎💎💎💎💎
26 Okt 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/242174603-288-k131966.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Love You? [End]✅
FanfictionAn original Wattpad story by shine_Janie. Read on WATTPAD SITE! Cinta memang selalu datang dan pergi semaunya. Bahkan ia juga bisa berlabuh di situasi dan kondisi yang benar-benar tak memungkinkan. Seperti yang dirasakan Jeon Jungkook. Ia tak menya...