Gunho masih duduk di meja kerjanya. Ia nampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia cukup yakin memang ada sesuatu yang membuat Tzuyu tak kunjung menerima lamaran itu. Terlebih, isterinya juga mengatakan sudah lama tak ada bodyguard yang mengikuti sang puteri.
Dugaan jika Tzuyu berkencan, mulai menyeruak di pikirannya. Namun, ia kembali menepis dugaan itu, mengingat bagaimana tingkah puterinya. Bukan karena tak percaya. Tetapi, jika berkencan pun, Tzuyu akan dengan cepat mengakhiri hubungannya.
Gunho menekan salah satu angka pada telepon di atas mejanya, meminta sang asisten segera masuk untuk membantunya.
"Ada yang bisa kubantu?"
"Tolong cari seseorang yang bisa mengawasi puteriku. Dia harus melaporkan semua kegiatan Tzuyu padaku."
Apa aku bekerja sama saja dengan asistennya Tzuyu, ya? Dia bisa melaporkan semua kegiatan Tzuyu padaku. Tapi ... Sepertinya lebih baik jika aku mempekerjakan orang lain.
💎💎💎
Tzuyu tersenyum sembari memberikan paper bag pada Jungkook. Seperti biasa, gadis itu akan mulai salah tingkah, sama seperti awal pertemuan mereka berdua. Padahal, sudah hampir seminggu mereka berkencan. Meskipun memang secara diam-diam. "Sarapan untukmu."
Namun, tak seperti awal pertemuan, kali ini Jungkook segera menerimanya. Ia tersenyum kemudian mengacak pucuk kepala gadis itu. "Terima kasih."
"Ah ya." Tzuyu menarik tangan lelaki itu untuk segera duduk. Ia ingin sarapan bersama. Itu sebabnya, khusus hari ini, ia tak sarapan dulu sebelum berangkat, berharap bisa menikmati sarapannya bersama Jungkook dengan romantis. "Aku ingin sarapan bersama."
"Tzuyu, kau tidak boleh menahan lapar. Bagaimana jika kau sakit lagi?" Jungkook segera membuka kotak makan berisi sandwich itu. Ia lantas meraih salah satu potongannya lalu menyuapi Tzuyu. Ia tak mau jika lagi-lagi Tzuyu sakit karena dirinya.
"Apa aku selemah itu? Kau sama seperti Hyeri Eonni." Tzuyu tak menerima suapan itu. Ia meraih potongan sandwich itu dan memilih menyantapnya sendiri. Ia sudah sangat bahagia karena akan sarapan bersama Jungkook. Namun, suasana hatinya memburuk karena Jungkook seolah menganggap ia begitu lemah. Padahal, ia hanya menahan lapar sebentar saja.
Lelaki dengan rahang tegas itu segera tersenyum. Ia mencubit pipi Tzuyu yang mulai menggembung karena terisi roti yang ia kunyah. "Aku hanya sangat mengkhawatirkanmu. Apa itu salah?"
"Tapi secara tidak langsung Oppa menganggap aku lemah."
"Jika kau lemah, tidak mungkin kau membantuku memanen sayuran waktu itu." Jungkook tersenyum kemudian menggeser duduknya agar lebih dekat. "Kau salah paham."
"Tapi itu maksud Oppa 'kan? Aku akan ke rumah Jisoo Eonni saja." Tzuyu beranjak sembari memalingkan wajah. Ia sudah membayangkan sarapan itu akan begitu romantis. Ternyata tidak sama sekali. Ia akan marah pada lelaki itu sampai Jungkook mau membujuknya. Padahal, ia ingin mengundang kekasihnya dalam pembukaan yayasannya nanti. Namun, ia sudah telanjur kesal sekarang.
Jungkook hanya tersenyum saat Tzuyu menatapnya tajam sebelum benar-benar menutup pintu rumah Jisoo. Ia tentu sudah mengerti soal sikap Tzuyu yang mudah kesal lalu marah seperti ini. Terlebih, Hyeri sudah memberitahunya soal itu. Bahkan, asisten pribadi Tzuyu itu membuat daftar soal hal yang mungkin akan membuat gadis itu marah.
Namun, ia justru tertawa saat Tzuyu kembali dengan wajah kesalanya.
"Kenapa tidak menahanku? Kau ...." Tzuyu berdecak saat ia sama sekali tidak tega memarahi lelaki itu. Ia lantas duduk di sampingnya, mengeluarkan ponsel lalu memberikannya pada Jungkook. "Kau harus membaca ini."
"Aku?"
"Iya, lalu siapa lagi? Aku merasa hanya aku yang bergerak. Kau juga harus berkontribusi. Tidak lucu jika aku yang melamarmu sembari berlutut."
Jungkook menatap komik yang tampil di layar ponsel milik Tzuyu. Dahinya berkerut membaca judul yang ada. Ia kemudian menatap gadis di sebelahnya dan semakin bingung saat Tzuyu malah mulai bersandar pada bahunya.
"Komik itu kesukaanku. Kau tahu alasanku sangat menginginkanmu? Kau mirip dengan tokoh prianya. Sangat mirip."
Jungkook terkekeh mendengar penjelasan gadis itu. "Jadi ... Aku adalah tokoh utama prianya?"
"Bukan. Kau tokoh utama dalam kisahku. Bukan komik itu." Tzuyu kembali duduk tegak. Ia merebut ponselnya sebelum kembali ke rumah Jisoo. "Aku masih marah padamu!"
Jungkook tersenyum. Jika ada di sana, ia selalu lupa siapa Tzuyu sebenarnya. Gadis itu selalu tampil dengan sederhana. Tanpa merk ternama atau perhiasaan mahal. Namun, itulah hal yang membuat hatinya perlahan bergerak menuju Tzuyu. Gadis itu menjadi orang pertama yang membuatnya tak bisa tidur karena memikirkannya atau tersenyum tak karuan saat mengingatnya. Ya, ia mulai sadar jika cinta itu memang benar-benar ada.
Apa aku benar-benar boleh mencintaimu?
💎💎💎
Duduk di balai desa sembari menikmati es potong adalah hal yang paling Tzuyu sukai. Apalagi, Jungkook juga ada di sana, menjadi pelengkap atas rasa manis yang lidahnya kecap. Soal rasa kesalnya? Semua itu sudah luluh saat Jungkook memberikan buket bunga padanya dilengkapi dengan surat manis di dalamnya. Meski ia tahu surat itu bukan murni hasil pemikiran Jungkook, ia tetap menghargai usaha lelaki itu untuk membahagiakannya.
"Besok hari pembukaan yayasanku, kau harus datang. Bahkan, wajib."
"Tzuyu—" Kalimat Jungkook terhenti begitu saja saat melihat cebikan dari gadis itu. Ia kemudian tersenyum. Setidaknya, ia bisa belajar bagaimana cara agar bisa setara dengan Tzuyu. Namun, ia memutuskan untuk tak menutupi apa pun. Ia akan menjadi Jungkook apa adanya.
Jungkook mengusap halus pipi Tzuyu. "Baiklah, aku pasti akan datang."
"Setelah es ini habis, kau harus ikut aku."
"Untuk?"
"Mencari pakaian yang bisa kau pakai." Tzuyu tersenyum sembari memebersihkan debu halus yang mungkin menempel di kemeja Jungkook. "Jeon daepyo. Bukankah panggilannya sangat cocok?"
"N-ne?" Jungkook hampir tersedak dengan panggilan Tzuyu itu. Ia harap, kali ini Tzuyu tak melakukan sesuatu yang mungkin saja akan sangat berpengaruh untuk dirinya. Ia tak masalah jika ia yang dapat masalah. Namun, ia akan sangat sedih jika seandainya Tzuyu yang mendapat masalah bahkan terluka.
"Kau akan tahu besok, Jeon daepyo." Tzuyu tersenyum lalu beranjak. Ia membuang bekas es potong itu lalu menarik tangan kekasihnya. "Kau tahu toko jas terdekat 'kan?"
Tzuyu segera menggandeng lengan lelaki itu begitu Jungkook beranjak. Memang, awalnya Jungkook begitu risi jika Tzuyu terlalu menempel padanya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia merasa mulai terbiasa dengan tingkah Tzuyu itu. Bahkan, rasanya aneh saat Tzuyu berjauhan dengannya.
"Tzuyu, panggilan itu hanya main-main 'kan?"
"Lalu kau ingin aku memanggilmu apa? Suamiku? Baiklah, aku akan melakukannya." Tzuyu yang mengatakannya. Namun, Tzuyu juga yang merasa salang tingkah sekarang. Ia sungguh tak menyangka jika panggilan yang ialontarkan cukup membuat hatinya bergetar hebat.
Jeon daepyo. Itu panggilan yang cocok untukmu dan menurutku kau juga cocok untuk posisi itu.
Tzuyu sebenarnya sudah merencanakan itu. Bahkan, ia membuat papan nama untuk disimpan di atas meja Jungkook nanti. Namun, ia belum mau memberitahu kekasihnya karena yakin, Jungkook malah akan menolaknya dengan alasan ia tak pantas.
💎💎💎💎💎
22 Okt 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/242174603-288-k131966.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Love You? [End]✅
FanficAn original Wattpad story by shine_Janie. Read on WATTPAD SITE! Cinta memang selalu datang dan pergi semaunya. Bahkan ia juga bisa berlabuh di situasi dan kondisi yang benar-benar tak memungkinkan. Seperti yang dirasakan Jeon Jungkook. Ia tak menya...