#14 Best Gift Ever

287 74 18
                                    

Tzuyu duduk di balkon ditemani segelas teh hangat juga beberapa keping biskuit. Wajahnya tetap cemberut sembari membolak-balik halaman novel di tangannya. Hari sudah malam dan ia tak mungkin datang ke permukiman itu. Ia juga tak mungkin memaksa dengan tetap ke sana sendirian menggunakan bus.

Hyeri duduk di kursi sebelahnya, tersenyum dengan aksi merajuk Tzuyu yang sudah berlangsung seharian. Ia sibuk berada di samping nyonya Chou hingga lupa ada seseorang yang harus iabujuk. "Nona, ka—"

"Jangan mengajakku bicara," ketus Tzuyu. Ia kembali membalik halaman bukunya dengan kesal. Seharusnya Hyeri bisa membantunya. Namun, seharian ia harus diam di rumah. Ia pasti akan ke sana jika bisa naik mobil. Sayangnya, ia tak pernah belajar mengendarai mobil atau ikut dalam ujian untuk mendapat SIM.

Hyeri mengulurkan jari kelingkingnya. "Cha, aku janji akan mengantarmu besok."

Tzuyu menutup novelnya dengan angkuh. Ia bahkan tak mau melirik Hyeri dan memilih menatap lurus. "Aku ingin belajar mengendarai mobil."

"Tzuyu ... Nyonya besar akan marah jika tahu aku mengajarimu soal itu."

Tzuyu berdecak. Hidupnya memang takkan pernah bebas. Padahal, ia harus tetap bisa mengendarai mobil sebab tak selamanya ia punya sopir atau asisten. Jangankan mobil. Naik sepeda saja ia akan dimarahi.

"Kenapa tidak membujuk Eomma?"

"Yang puterinya siapa? Kau. Kenapa aku yang harus membujuknya?"

Tzuyu mengerucutkan bibir. Ada benarnya juga. Kenapa bukan ia yang membujuk sang ibu? Namun, ia merasa bujukannya sia-sia saja nanti. Ia takkan dapat persetujuan apa pun meski mulutnya sudah berbusa.

Tzuyu melirik jari kelingking Hyeri. Ini kali pertama Hyeri menawarkan duluan. Biasanya, sang asisten akan cerewet dan mengomelinya sepanjang jalan. Kali ini malah ia yang menawarkan.

"Ayolah, tanganku pegal."

Tzuyu tersenyum lalu menyambutnya tanpa ragu. Yang penting ia bisa bertemu Jungkook. Soal yang lainnya, ia tak peduli. Termasuk soal belajar mengemudi mobil. Ia akan mempelajarinya nanti saja saat ada waktu.

"Tapi dengan syarat." Hyeri terkekeh saat senyum Tzuyu pudar. Bahkan, gadis itu mulai melepas tautan kelingkingnya dengan raut terkhianati. "Tapi kau juga sudah berjanji. Jadi, syaratnya adalah jangan sakit atau terluka. Aku tahu, kau sangat mencintainya, tapi jika sakit siapa yang merasakannya?"

"Aku."

"Jadi, kau jangan bekerja terlalu keras jika ingin membantunya. Dia pria dewasa yang tidak perlu perlindungan darimu."

"Baiklah. Aku janji soal itu. Telepon aku saja jika waktunya makan. Aku tidak ingin menggunakan jam pintar karena itu mahal." Tzuyu melepas jam yang melingkar di tangannya. Kemudian, memberikannya pada sang asisten. "Penyamaranku akan sia-sia nanti."

"Aku akan menyimpan ini. Berjanjilah untuk menurut padaku kali ini agar kau aman."

💎💎💎

Jungkook mengangkut satu persatu kotak kardus yang ada. Pagi buta ia sungguh sudah bekerja keras demi lembaran uang yang ia dedikasikan untuk sang Nenek. Soal uang yang ia cairkan dari cek itu, sudah ia bayarkan untuk biaya sewa dan pajak. Ia juga membeli banyak keperluan sang nenek hingga uangnya tak tersisa. Untuknya, yang terpenting adalah kebahagiaan sang nenek.

Jungkook mengerutkan dahi saat melihat seorang gadis dengan gaun selutut, melambaikan tangan sembari tersenyum padanya. Secara tak sadar, ia ikut tersenyum dan melambaikan tangan. Namun, detik berikutnya ia menurunkan tangan, kembali bekerja hingga membuat gadis itu cemberut.

Can I Love You? [End]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang