Brayden memakan makanannya dengan tenang sambil menyuapi Duninya. Sebenarnya sih dunianya menolak, namun Brayden mengancam jika Rira menolak maka ia akan menghukum gadis itu dengan membersihkan mansion yang kelewat besarnya selama 2 tahun.
Tentu saja Rira langsung takut da mau menerima suapan dari Brayden. Dan sebenarnya juga Brayden tidak benar-benar mengucapkannya itu hanya sebuah ancaman agar Rira menurut kepadanya.
Brayden memberikan segelas air putih kepada Rira. Rira menerimanya lalu meneguk hingga habis.
"kamu gak ada meeting gitu?" tanya Rira berusaha mencairkam suasana yang sedari tadi dingin.
"gak tau. Kalau ada juga biarin Max aja yang nanganin" ucap Brayden acuh. Ia mengambil sebuah tisu lalu mengelap bibir Rira.
Rira terdiam membeku. Ia tau perlakuan tadi hanya perlakuan kecil, tapi! Jantung Rira berdetak lebih kencang lagi! Ia bisa mati dadakan jika seperti ini terus.
"makannya selesai" Brayden berdiri dari kursinya lalu menarik Rira agar ikut berdiri juga.
"permisi Tuan" seorang pelayan berdiri di depan Brayden dengan wajah menunduk
"kenapa?" tanya Brayden dingin.
"ada telfon dari Tuan Max" ucap pelayan itu lagi. Sekarang suara pelayan itu sudah bergetar Rira tau pasti pelayan di depannya sudah panas dingin sekarang "ini tuan" pelayan itu memberikan handphone milik Brayden kepada pemiliknya.
Brayden menaikkan alisnya bingung kenapa handphone miliknya berada di tangan pelayan itu "kenapa handphone saya ada di kamu?!"
Tubuh pelayan perempuan itu mulai bergeter lebih keras "ta-tadi saya sedang membersihkan kamar tuan, dan tidak sengaja melihat handphone tuan yang berdering" jelas pelayan itu.
Rira menyentuh tangan Brayden lembut "mbak bisa pergi" ucap Rira kepada pelayan yang berumur lebih tua darinya. Ia tau pasti habis ini Brayden akan menghukumnya. Biarkan saja lah pria iblis itu menghukumnya dari pada Dirinya yang melihat wajah ketakutan pelayan tadi.
"kok di suruh pergi?" tanya Brayden lembut kepada Rira
Rira tercengang. Ya ampun Rira radi berfikir bahwa tuan iblis akan memarahinya tapi ternyata tidak! Terimakasih! Terimakasih banyak tuhan!
"kasian. Muka bi Laras ketakutan gitu"
Brayden mengangguk menyetujui. Ia menatap layar handphone yang masih bergetar "aku angkat ya?"
Oh yaampun, apa tadi? Brayden meminta izin kepadanya untuk mengangkat panggilan dari Max? "iya"
Brayden memenekan tombol hijau alu mendekati handphonenya ke telinga
"kenapa?"
Brayden mendengarkan dengan jelas ucapan Max. Ucapan yang sepuluh tahun ini tidak pernah dirinya dengar lagi.
"kamu urus aja. Saya gak bisa ke kantor"
"saya mau berduaan sama istri cantik saya! Kamu jangan ganggu!"
Pipi Rira memerah saat mendengar ucapan Brayden kepada Max. Kan! Lagi-lagi ia dibuat baper!
"kalau kamu mau ngasihin berkas, kasihin aja nanti sore"
"saya tutup" Brayden menekan tombol berwarna merah di handphonenya.
"yuk sayang kita berduaan!" ucap Brayden manja. Pria itu kembali memeluk dunianya sambil sesekali mencium leher jenjang yang putih milik Rira.
Rira membulatkan matanya merasa kaget sekaligus geli atas perlakuan si tuan iblis yang tampan. Ingin sekali ia muntah karna mendengar suara barusan yang kelewat menjijikam
⭐👇
KAMU SEDANG MEMBACA
My World
Fantasy[Bagaimana jika seorang pria kembali kemasa lalu? ] Nyatanya semua penyesalan selalu berada di akhir bukan? Dia Brayden seorang pria tampan, kaya raya yang menyesali semuanya, Semua hal yang tidak bisa di ubahnya lagi. Sebuah hal yang membuat dunia...