04. My World

103K 7.9K 276
                                    

Brayden merapa kasur di sebelahnya ia tidak menemukan keberadaan dunianya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brayden merapa kasur di sebelahnya ia tidak menemukan keberadaan dunianya. Ia mengerutkan alisnya apa semua ini hanya mimpi? Tapi jika benar mimpi seharusnya dunianya masih berada di sebelahnya dan tertidur depan pulas kan?

Brayden membuka matanya. Pria itu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Kamar ini merupakan kamar yang ia tinggalkan dulu dan ia tidak berada di kamarnya yang baru.

Ini adalah kamarnya, sebuah tempat yang ia jadikan kamar 11 tahun yang lalu, sedangkan kamarnya yang baru, sebuah kamar yang selalu menemani dirinya dan dunianya tidur kemarin.

Tapi sekarang ia berada di kamarnya yang lama berarti ia tidak bermimpi kan? Tapi dimana dunianya? Apa dunianya pergi meninggalkannya lagi?

Brayden beridir ia berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamarnya lalu membukanya, tapi ia tidak menemukan dunianya di dalam sana.

Matanya memanas, ia menjadi lebih cengeng saat menyangkut dunianya.

"Rira" lirihnya

"RIRA!"

"RIRA!"

Brayden berteriak memanggil Riranya ia menangis dengan keras sambil membanting barang-barang di meja nakas.

Dan bukan hanya di meja makas saja Brayden juga melempar sebuah vas bunga mahal dengan mawar di dalamnya.

Brayden berjongkok ia mengambil pecahan kaca itu dan ingin menyayat urat nadinya

'brak'

Brayden mendongak ia tersenyum saat melihat dunianya berjalan mendekatinya dengan wajah yang panik.

Ternyata dunianya masih ada di sisinya dan dengan keadaan yang baik-baik saja

Dunianya berjongkok di sisinya, bisa di lihat bahwa Rira meperhatikan kamar bernuansa gelap itu lalu menatapnya penuh tanya

"tuan kenapa?" tanyanya lembut

Tak menjawab Brayden malah berhambur ke pelukan dunianya

"awas kena pecahan vasnya!" peringat Rira saat melihat tubuh tuan iblisnya berdekatan dengan vas bunga yng sudah hancur berkeping-keping.

"Rira kenapa pergi?" Brayden memeluk Rira erat ia juga menghirup aroma menenangkan dari tubuh dunianya.

"tadi saya kebawah tuan" ucap Rira

Brayden yang masih berada di pelukan Rira menekuk wajahnya tak suka. Kenapa sih Riranya pergi meninggalkannya saat ia tertidur? Dan kenapa Riranya memanggilnya tuan?

"Rira jangan panggil tuan! Rira juga jangan pergi kalau aku lagi bobo" ucap Brayden menatap wajah cantik dan lembut Brayden

Rira mengerutkan alisnya. Loh? Manusia di depannya bilang apa? jangan memanggilnya tuan? Bukannya dia sendiri yang mengucapkan untuk memanggilnya tuan? Dan sekarang kenapa?

"panggil saya itu tuan!"

"inget ya, saya nikahin kamu itu bukan berarti kamu jadi istri saya! Jadi jangan seenaknya kamu manggil saya nama doang! Saya anggap kamu itu sama kaya pembantu yang lain!"

Ucapan Brayden 7 bulan yang lalu kembali melintas di otak kecil Rira.

Brayden yang melihat Rira hanya diam akhirnya kembali berbicara "Rira denger kan?" tanyanya

"iya. Denger tu-Brayden" jawabnya hampir saja salah!

Brayden mengangguk angguk "Rira jangan pergi dari aku ya!" ucapan itu seperti paksaan untuk Rira. Rira haya mengangguk-angguk saja, toh dia tidak pernah pergi keluar dari rumah jika tidak penting-penting amat.

Rira memperhatikan beberaa barang yang jatuh dari tempatnya dan beberapa pecahan berseraka. Rira berjalan mendekati beberapa barang yang jatuh seperti buku-buku tentang bisnis, piagam berwarna gold yang untungnya terbuat dari emas murni dan beberapa barang lainnya

"Rira jangan di bersihin!" ucap Brayden mencegah saat Rira menaruh kembali barang-barang yang sudah jatuh dari tempatnya "kan ada banyak maid, kita suruh mereka aja!"

Rira menatap Brayden sebentar lalu kembali metapikan barang-barang yang berserakan "Rira aja, lagian Rira kan sama aja kaya para maid yang lain"

Ucapan itu membuat hati Brayden teriris. Dunianya menganggap dirinya sendiri sebagai pembantu dan itu semua ulahnya "enggak! Rira bukan pembantu! Rira itu istri aku! Istri tercinta aku! Rira itu nafas aku! Rira itu dunia aku! Rira itu segalanya!" Brayden kembali memeluk dunianya dan kembali menangis lagi

Mendengar itu Rira menengang. Tadi, pria tadi mengucapkan kata-kata manis kepadanya, apa dia tidak salah dengar? Rira mencubit dirinya sendiri untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi dan ternyata cubitannya sakit, ini bukan mimpi! Pipi putih Rira memerah, oh ayolah gadis mana yang tidak baper saat di ucapkan kata-kata manis seerti tadi? Selain itu-Rira juga sedikit mencintai tuan iblisnya.

Tangan kanan Rira mengrlus punggung tegap milik Brayden dengan lembut, sedangkan Brayden semakin megeratkan pelukannya. Kapan lagi mendapat pelukan hangat dari dunianya yng canti itu?

Kruyuk-kruyuk

Suara perut milik seseorang membuat Rira melepaskan pelukannya. Ia menatap Brayden dengan wajh yang memerah, mungkin ia malu dengan suara perutnya.

Rira ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat mendengar suara perut yang kelaparan dari si iblis namun sebisa mungkin ia menahannya. Jika di hukum bisa berabe nanti.

"Rira, aku laper" ucap Brayden pelan. Pria itu menunduk dalam, uhhh rasanya sangat-sangat malu!

"yaudah. Ayo ke bawah" ucap Rira berdiri terlebih dahulu di ikuti Brayden

______TBC______

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang