07. My World

88.7K 7K 83
                                    

Selesai mandi Rira kembali melangkahkan kakinya menuju kamar sang raja iblis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai mandi Rira kembali melangkahkan kakinya menuju kamar sang raja iblis. Alasannya karna Rira tidak mau melihat raja iblisnya kembali memecahkan barang yang mahal dan meneriaki namanya.

Rira duduk di ranjang mewah nan empuk itu. Ia menyenderkan punggungnya di sandaran kasur.

Tangan lentik Rira menyusuri rambut hitam lebat milik Brayden lalu mengelusnya dengan pelan.

Jika sudah mengelus rambut laki-laki  Rira jadi teringat rambut adiknya yang selalu ia usap saat adik laki-lakinya tidak bisa tidur.

Ia jadi merindukan adiknya yang selalu membuatnya kesal.

Ia jadi merindukan curhatan sang adik.

Ia merindukan adiknya!

Tapi kembali lagi, dirinya tidak bisa melakukan apa-apa.

Brayden mengeliat dalam tidurnya ia membuka mata tajamnya dan tersenyum saat merasakan usapan lembut di rambutnya dan melihat Rira saat bangun tidur.

"Rira" panggilnya serak.

Rira menggelengkan kepalanya ia berhenti mengusap rambut Brayden "i-iya?" ucapnya ragu

Brayden duduk ia memeluk dunianya erat "sayang banget sama Rira~ makasih udah nemenin aku bobo. Pengen deh setiap hati bobo bareng Rira, terus waktu bangun selalu ngeliat Rira" ucap Brayden dalam pelukannya

Brayden melepas pelukannya ia menatap wajah cantik Rira sebentar lalu mencium kening duninya, lalu turun menuju kedua pipi Rira yang putih dan terakhir turun menuju bibir kecil berwarna pink yang berisi.

Rira membeku atas ucapan Brayden dan ciumam pria itu juga. Rira menyentuh bibirnya yang di cium Brayden tadi "ciuman---"

"bibirnya manis" Brayden tersenyum sambil mengelus pipi Rira yang kemerahan. Ahhh Rira sangat lucu, ia jadi ingin memakan Rira sekarang.

Rira mengalihkan matanya menatap benda-benda mahal yang berada di kamar ini, sekaligus menenangkan hatinya yang sedang konser dadakan.

"l-lebih baik kamu mandi" ucap Rira gugup

"males" jawab Brayden sambil kembali memeluk dunianya, Ia menghirup aroma wangi tubuh Rira "Kamu udah mandi ya?"

"kan harus berangkat kerja. Aku udah mandi"

"gak mau. Maunya berduaan sama kamu" Brayden menatap wajah dunianya lagi lalu kembali memberikan kecupan di bibir gadis itu. Bukan hanya mengecup Brayden juga memberikan sedikit lumatan.

Rira diam mematung merasakan lumatan-lumatan lembut di bibirnya. Perlahan tapi pasti ia balas melumat bibir lawannya.

Rira memukul pundak Brayden saat dirinya kekurangan oksigen. Tau apa yang dimaksud Rira, Brayden menghentikan ciumannya walau dirinya enggan.

Brayden menyatukan keningnya dengan kening Rira "makasih" ucapnya tulus

Lagi, Rira di buat kembali memerah malu. Ia turun dari ranjang dan berdiri "lebih baik kamu mandi, aku tunggu di bawah" ucapnya lalu berlari dengan kencang keluar dari kandang harimau.

Brayden terkekeh geli saat melihat dunianya yang sedang malu. Brayden menyentuh bibirnya dan ia kembali tersenyum saat mengingat Dunianya mau membalas cumbuan mereka tadi.

Brayden berdiri dari ranjangnya ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada di sisi kamar.

🔸🔸🔸

Brayden berjalan dengan cepat menuju dapur ia sudah tidak sabar bertemu dengan dunianya. Ya padahal Brayden hanya berpisah beberapa menit namun rasa rindunya seakan menggerogoti

Brayden memeluk dari belakang tubuh Rira yng sedang menata meja. Ia mencium aroma tubuh Rira yang wangi dan menenenangkan

Bisa di rasakan sih saat Brayden memeluknya tiba-tiba, Tubuh Rira menengang "Tuan" ucap Rira pelan

Brayden melepas pelukannya ia membalikkan tubuh Rira. Tangan Brayden membingkai wajah cantik Rira "kenapa panggil Tuan? Kan aku udah bilang kamu jangan panggil aku Tuan lagi! Bandel banget sih" cerocosnya.

Rira diam. Menatap pakaian Brayden yang aneh. Biasanya saat pagi hari Brayden akan menggunakan kemeja dan tuxedo, tapi sekarang kenapa pria itu menggunakan kaos berwarna hitam dengan celana panjang yang senada. Apa pria di depannya tidak berangkat kerja?

"Rira kok bengong sih?" Brayden mengguncang tangan Rira pelan.

"eh. Maaf" Rira menatap Brayden "ka-kamu gak kerja?" tanyanya pelan takut jika nanti si singa marah.

Brayden tersenyum manis bahkan Rira sampai terpukau melihat sejyuman yang jarang di keluarkan oleh si tuan iblis.

"gak, Kan aku mau berduaan sama istri aku"

Rira mengerjap istri tadi? Apa dirinya bermimpin sekarang?! "nanti yang ngurus kerjaan siapa?"

"kan ada asisten pribadi suruh aja dia ngurus perusahaan"

Rira tercengang, biasanya nih Brayden akan maju paling depan jika menyangkut perusahaan yang banyak miliknya tapi sekarang , kok begini?

"Max" beo Rira

Brayden diam mengingat sebuah nama yang keluar dari bibir cantik Rira, Brayden jadi teringat seseorang.

Orang itu adalah Maxiwilian seorang pria keparcayaannya sekaligus asisten  pribadinya. Max adalah orang yang sudah menemani Brayden selama 6 tahun.

Max adalah orang yang baik ia seperti adik dan teman untuk Brayden. Tapi karna sebuah kesalahan dimana salah satu perusahaan Brayden bangkrut. Dan seseorang datang ia mengatakan bahwa semua ini ulah dari Max. tadinya Brayden tidak percaya  namun saat ia mengumpulkan bukti-bukti dan semua buktinya mengarah kepada Max ia mulai percaya.

Brayden mengurung Max dalam sebuah ruangan ia beratanya kepada Max apakah Max menghianatinya? Namun Max selalu mengatakan tidak

Tentu saja Brayden tidak percaya saat Max mengatakan 'tidak' Pikirannya waktu itu adalah, memangnya ada seorang maling mengaku maling?

Selang beberapa hari Brayden kembali ketempat pengurungan Max. Ia mulai memukuli Max dengan Brutal. Namum Max yang saat itu hanya diam tanpa perlawanan.

Melihat Max yang hanya diam Brayden semakin memukuli Max dan mulai pula menembak Max, dan saat itu pula Max menutup matanya untuk selamanya.

Namun setelah 3 bulan lebih kepergian Max perusahaan Brayden kembali bangkrut. Pria yang 3 bulan lalu mengatakan Max adalah biang onarnya kembali datang.

Pria itu mulai menghasut Brayden untuk berbuat kejam dan menghasut Brayden pula untuk melakukan hal yang bejat kepada Riranya.

Bodoh! Satu kata yang keluar dari bibir Brayden saat ia mulai menyesali semuanya.

Ia mulai menyesal saat 2 tahun memercayai pria ular itu.

Ia menyesal saat Max sudah pergi.

Ia menyesal saat dunianya hanya diam seperti mayat hidup.

Tapi sekarang Brayden tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Ia berjanji akan memberikan hukuman setimpal untuk pria ular itu!

⭐👇

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang