13. My World

71.6K 6.2K 1.3K
                                    

Uhh gak nyangka banget baru sehari up udah dapet vote banyak≧ω≦

Makasih banyak loh yang udah up+komen di part sebelumnya

Lope banyak banyak nihh ~(^з^)-♡

Plis ya komen di setiap text nya

Plis ya komen di setiap text nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


iya

Brayden menangis meraung-raung. Ia tak henti hentinya mengatakan 'Rira jangan pergi'

Kamar bernuansa hitam yang semula rapih kini menjadi berantakan. Bantal yang di susun dengan rapih keluar dari tempatnya. Beberapa barang-barang mahal tidak berada di tempatnya lagi, dan beberapa juga pecah tak tersusun.

Tapak Kaki kiri Brayden di penuhi dengan darah. Tentu saja pria gila itu habis menginjak pecahan vas bunga dengan kakinya.

Kedua tangan itu pun tak kalah berdarah, keduanya bahkan meneteskan darah-darah segar akibat Brayden memukul kaca di wetafel.

30 menit sudah Brayden habiskan dengan menangis meraung-raung dan meneriki nama dunianya. Namun sosok yang di tangisi dan di panggil itu tak kunjung datang.

Brayden melangkah pelan menuju balkon kamarnya ia menaiki pagar kokoh pembatas balkon.

Brayden merentangkan tangannya dalam hati ia menghitung, jika dalam hitungan kesepuluh dunianya tak kunjung datang maka Brayden akan menjatuhkan dirinya dari lantai dua rumahnya ke taman di bawah.

'satu'

'dua'

'tiga'

'empat'

'lima'

'enam'

'tu-'

Hitungan Brayden berhenti saat merasakan tarikan kasar di tangan kanannya. Dan karna tubuhnya yang tidak tegap membuat Brayden terhuyung ke belakang.

Tadinya Brayden ingin marah. Namun ia kembali menutup mulutnya rapat saat melihat dunianya lah yang melakukan hal tadi.

Air mata Brayden kembali menetes kali ini air mata bahagia yang ia keluarkan. Dengan cepat Brayden memeluk tubuh kecil duninya tak peduli jika posisinya sekarang sedang menindih tubuh dunianya.

Brayden memasukkan kepalanya keceruk leher Rira. Ia menghirup rakus aroma tubuh duninya "j-jangan hiks... Tinggalin Brayden hiks.." ucapnya

Brayden tersenyum dengan lebar saat merasakan dunianya membalas pelukan itu sambil mengusap punggung lebar miliknya "iya"

"Rira kenapa pergi? terus Rira pergi kemana?" tanya Brayden sambil menetap wajah cantik Rira yang berada di bawah tubuh kokohnya.

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang