4

13K 1.3K 41
                                    

Ini masih part flash back, sengaja nggak gue tulis miring. Entar kalian bisa juling kelamaan baca miring 😁

Flash back

Bisma marah, ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Sepertinya Nayla serius menamparnya.

Di sini seharusnya ia yang pantas marah, tapi mengapa justru ia yang ditampar?

Bisma memojokkan Nayla ke dinding, ia mendekatkan wajahnya ke arah Nayla.

"Jadi bener yang gue bilang? Lo udah nggak perawan? Itu sebabnya lo takut divisum?"

Nayla tak menjawab, air matanya meleleh begitu saja. Melihat Nayla menangis, Bisma jadi merasa bersalah. Tanpa sadar ia mengusap air mata gadis itu.

"Ya Allah, apa yang kalian lakukan?"

Tiba-tiba orang tua Nayla muncul, mereka kaget melihat Bisma dan Nayla yang dalam posisi intim.

"Ciuman di depan rumah, kalian itu nggak malu apa?"

Bisma dan Nayla hanya diam. Tak tau harus bagaimana menjelaskan.

"Tunggu sebulan apa nggak tahan? Ya sudah, kalau begitu pernikahan kalian dimajukan jadi minggu depan!" Papa Nayla memutuskan.

Dan akhirnya pernikahan sialan itu terlaksana ....

***

Setelah menikah Nayla dan Bisma tinggal di apartemen pemberian papa Bisma. Uang belanja ditransfer papa Bisma setiap bulan. Mama Bisma juga rutin datang untuk mengisi kulkas mereka.

Mama berpesan agar mereka tidur terpisah dulu. Katanya nggak enak, kalau Nayla hamil sebelum lulus SMA.

Siapa juga yang mau tidur sama dia? Udah datar, pendek lagi. Nggak selera gue!

Nayla sudah memutuskan mengambil home schooling. Ia tak tahan terus dibully teman sekolahnya.

Sedang Bisma tetap bersekolah seperti biasa, ia sudah kelas akhir, sebentar lagi juga ujian.

"Bini lo nggak pernah kelihatan? Apa udah bunting?" tanya Marcel, teman sebangku Bisma.

"Bunting sama biawak?"

"Ya sama lo, Bego!" Marcel memukul Bisma sampai ponselnya hampir terjatuh.

"Gue males bahas dia."

"Lo berantem sama dia? Biasa itu dalam rumah tangga." Marcel sok bijak menasehati. Seolah ia punya pengalaman berumah tangga.

Sebulan berumah tangga Bisma dan Nayla sesekali bertengkar karena hal sepele. Mereka jarang berinteraksi dan lebih sering di kamar masing-masing.

Tugas membersihkan rumah dan memasak Nayla yang mengerjakan. Semula mama Nayla ingin bi Esih tinggal di apartemen mereka, lumayan untuk bantu-bantu. Tapi Nayla menolak.

"Handuk basah apa nggak bisa digantung di kamar mandi?" Nayla kesal karena sehabis mandi Bisma selalu meletakkan handukanya di kasur.

"Itu 'kan tugas lo."

Bisma berkata cuek. Dengan kesal Nayla melempar handuk itu ke keranjang cucian.

"Terus tugas lo apa?" tanya Nayla.

"Masalah lo apa, sih? Kalau lo capek bersih-bersih bilang! Biar besok gue panggil bi Esih ke sini." Bisma ikut emosi karena menurutnya Nayla hanya membesar-besarkan masalah.

"Gue nggak tahan tinggal sama manusia jorok kayak lo. Besok gue minta papa buat kuliahin gue ke Bandung."

Bisma agak terkejut, tapi ia berusaha menetralkan ekspresinya, "Lo mau kuliah di Bandung?"

"Iya, gue mau kuliah yang lama, gue mau ngambil kedokteran." Nayla berkata dengan bangga, padahal dalam hati ia ragu. Tak mudah untuk masuk fakultas kedokteran.

"Seharusnya lo nikah sama abang gue. Nggak usah susah-susah kuliah dokter lo udah bisa dipanggil bu dokter."

Bisma berlalu meninggalkan Nayla seorang diri. Tanpa ia sadari ucapannya akan menjadi kenyataan di kemudian hari.

Malam harinya Bisma tak bisa tidur. Ia selalu terpikirkan ucapan Nayla. Entah mengapa ia merasa sedih. Tanpa ia sadari, ia mulai terbiasa dengan kehadiran gadis itu di sisinya.

Lo mau pergi, oke! Gue juga mau pergi.

Mulai saat itu Bisma memutuskan untuk mengambil sekolah pelayaran. Ia akan menjadi seorang pelaut.

Flash back end.

***

Istri SengketaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang